28

2.9K 612 53
                                    

Keran air di wastafel mengucur. Disekitarnya berserakan pecahan gelas kaca, sisanya menyebar ke lantai.

Anna meringkuk di pojokan dapur, tangannya memeluk kaki, rambutnya acak-acakan. Ia menghela napas, kembali menatap kosong ke depan.

Ia masih menggunakan baju seragam. Omong-omong, Anna baru pulang dari sekolah. Melaksanakan kelulusan tentu saja. Namun ia begitu sakit hati sampai-sampai ia pulang dan memecahkan gelas karena tidak fokus.

Kelulusannya tidak dihadiri oleh siapa-siapa.

Gadis itu menunduk. Ia masih terbayang ketika orang-orang tersenyum bahagia dengan orang tua mereka. Saling mengabadikan momen dengan memotret diri, mendapat banyak buket bunga sebagai tanda selamat.

Sedangkan Anna?

Hanya menyimak dengan hati yang sudah terbakar. Berujung ia langsung pulang tanpa ikut berbincang dengan teman sekelasnya.

Ugh! Lagipula untuk apa ikut berbincang? Ia sudah muak berada di fase ini.

Anna mengerang frustasi. Ia bangkit dengan lunglai dari posisinya. Tepat saat ia hendak melangkah, bel unitnya berbunyi.

Anna berdecak malas. Dengan gontai ia membuka pintu.

"Sunghoon?"

Laki-laki itu membelalakkan matanya sedikit saat melihat penampilan Anna.

Sunghoon mendorong bahu Anna dengan kedua lengannya, lantas dia menutup pintu dengan kaki kanannya.

"Kenapa langsung pulang?" tanya Sunghoon khawatir.

Anna menatap jengkel pada teman laki-lakinya itu.

"Lalu? Aku harus melihat kebahagiaan mereka, begitu?" sahutnyadatar.

Sunghoon bungkam. Dia menarik bahu Anna kemudian memeluknya. Detak jantung dengan tempo yang berbeda-beda saling berpadu. Anna memejamkan mata, menghela napas berkali-kali.

"Sowry," kata Anna. Suaranya teredam oleh dada Sunghoon.

Laki-laki itu tersenyum kecil. Dia menepuk pelan punggung teman perempuannya. Sunghoon melepas pelukannya, dia menyisir rambut panjang coklat Anna.

"Hari ini aku akan berangkat."

Raut wajah Anna berubah jadi terkejut. Ia menatap mata Sunghoon dalam-dalam. Tersirat kesedihan dan rasa tidak terima atas kepergiannya yang mengharuskan Sunghoon pergi kesana.

Anna menghela napas pelan. Ia hanya mengangguk lesu.

"Ayo, ikut ke bandara," ajak Sunghoon.

Anna menggeleng, kepalanya tertunduk. Gadis itu mundur satu langkah dari posisinya.

"Aku tidak suka menangisi atau sedih dengan kepergian orang. Jadi, pergi saja sana." Suaranya nampak tercekat di tenggorokan. Bibirnya gemetar menahan tangis.

Sunghoon meraih pergelangan tangan Anna, lalu membawanya ke kamar kemudian mengambil setelan baju.

"Cepat pakai." Sunghoon menyodorkan pakaian itu ke hadapan Anna.

Gadis itu terdiam sejenak, lalu menuruti perkataan Sunghoon dan segera berganti baju di toilet.

Sembari menunggu, Sunghoon pergi ke balkon. Dia menarik napas dalam-dalam, mengembuskan pelan lewat mulutnya.

Bagi Sunghoon, Anna itu segalanya. Sebetulnya dia tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Dia tidak ingin meninggalkan Anna. Kalau bisa menawar, dia ingin kuliah saja disini. Tapi hubungan buruk antara dirinya dengan kedua orang tuanya membuat Sunghoon enggan untuk sekedar berkata-kata.

babysitter ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang