prologue ][ kamu pasti baik-baik saja

15 3 1
                                    

][ Adolescene: Haya Helia
][ Prolog: kamu pasti baik-baik saja

Semula, semua terlihat baik-baik saja.

Tak tampak adanya akan sebuah perubahan.

Semuanya biasa saja dan pemilik nama Haya Helia itu sangat menikmatinya.

Dia tak berbohong, tetapi pandangan matanya selalu teralihkan. Orang di depannya menghela napas gusar dan bilang, "Lo aneh."

Tak apa Haya, kamu masih baik-baik saja.

Batinnya seakan membuat hati Haya kembali merasakan sesak. Tak apa, semua pasti baik-baik aja. Lagi, Haya tak bisa menghindari kalimat-yang tak harus dipercayai-itu.

Esoknya masih sama, tetapi seseorang seperti enggan pergi dari hadapannya.

"Lo ... aneh." Haya semakin menunduk dan gelisah. "Tapi gue nggak membenci lo."

Haya tak pernah bermimpi manis hingga ada orang yang mengatakan hal seperti itu. Dia tak bisa diam untuk meremas jari-jari dikedua tangannya, lalu dia harus merespons apa saat matanya melirik kanan-kiri hanya karena tak bisa menatap lawan bicaranya.

Saat Haya bergumam untuk bicara karena terlalu gagap, orang di depannya memadamkan sesuatu yang menggebu di dada. Menyesakkan.

"Lo memang aneh ...."

Setelahnya, dia hanya terdiam dan merapatkan bibir. Perempuan berjas biru tua khas Skyline School itu semakin menunduk saat siswa yang tak pernah dia tatap lamat-lamat kembali berbicara.

"Lo nggak ngerti kalimat gue?"

Haya jelas mengerti dan dia mengangguk pelan.

"Lo cuma harus jadi diri sendiri, kayak biasanya."

"Jadi aneh?" Haya gugup dan dia tak berpikir bahwa dua kata itu akan terucap. Memang bodoh, dia terlalu senang hanya karena hal sesederhana ini.

"Haha, lo memang aneh." Orang di depannya tertawa, Haya bisa menatap wajah itu untuk seperkian detik hingga siswa tersebut kembali membuka mata. "Temen kelas bilang lo orangnya pemurung, nggak pernah ngobrol sama anak kelas, atau makan di kantin sama yang lainnya. Ya, lo memang aneh."

Haya tak begitu mengerti, tetapi perkataan orang itu layaknya anak panah yang langsung menusuknya.

"Meski begitu, gue pikir lo sama sekali nggak kayak yang orang-orang bilang. Lo cuma sedikit canggung, 'kan?" Haya terdiam, dia tak tahu harus menjawab seperti apa. "Oh, ya, arti nama Haya itu cahaya, bukan? Gue pikir ... lo mungkin bisa jadi cahaya paling terang di antara orang-orang."

Semenjak itu, Haya Helia merasa tak baik-baik saja.

Haya merasa bahwa awan-awan tebal yang selalu menutupi cahayanya perlahan memudar seiring waktu.

Haya tak pernah merasa sangat bersinar seperti ini.

Namun, cahaya yang telalu bersinar selalu membuat sekitarnya menjauh. Haya tak menginginkan itu, lebih baik dia menjadi cahaya dibalik awan-awan tebal yang menyelimutinya.

Tak apa Haya, kamu pasti baik-baik saja.

-][-

Adolescene: Haya Helia [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang