][ Adolescence: Haya Helia
][ Chapter 24: diluar dugaan dan menghilangYasa terus bersama Haya, seharian.
Menunggu di minimarket sampai Haya selesai. Namun, sikap Yasa yang lebih banyak diam mengkhawatirkan. Ia memang tak bertanya, tetapi saat mata mereka bertemu ... Yasa langsung memalingkan wajah dan terkikik-kikik.
Menakutkan, Haya tak mengetahui alasan dibalik itu.
Saat pulang, cowok yang rambutnya enak dipandang itu masih diam dan berjalan dengan kaku di sampingnya.
"Yasa, lo baik-baik aja?" Akhirnya Haya bertanya, kaku. Tertular oleh sikap Ayakasa Dheerandra beberapa saat yang lalu sebelum ditanya.
Yasa melirik dengan senyum tertahan dan mengangguk pelan. Haya Helia tak yakin bahwa orang di sisinya baik-baik saja.
"Jadi?" tagihnya, berharap kepastian.
"Katanya, cewek nggak suka orang yang banyak ngomong. Apalagi banyak tingkah kayak gue."
Haya berkedip, netranya memandang Yasa penuh tanya. Apa yang dibicarakan pemuda ini?
"Siapa yang bilang?"
Yasa menoleh dan bergumam, "Danish."
"Oh, Danish." Haya mengangguk-angguk saja.
Jika dibilang tak suka, mungkin jawabannya tidak juga. Jawaban yang tak pasti itu Haya simpulkan bahwa ia tak membenci Ayakasa Dheerandra karena hal demikian.
"Gue nggak membencinya, kok."
Hal itu membuat Ayakasa Dheerandra berbinar. Haya berhenti saat orang yang berbicara dengannya berdiri di depan, saling berhadapan.
"Jadi, lo menyukai gue?"
Haya tak langsung mengangguk, ia menjadi bingung harus menjawab apa. Rasanya seperti saat Yasa bertanya apa dia keren atau tidak saat pertama kali bertemu dan merusak sepedanya.
"Mungkin ...." Haya tak yakin, ia masih belum paham definisi suka yang dikatakan Yasa. Tak mengerti sepenuhnya.
Yasa merubah raut wajahnya menjadi datar dan mengikis jarak antara mereka. "Kalau begitu, gue juga nggak membenci lo." Sedetik kemudian, senyum di bibir terukir. "Jadi Haya, kapan lo akan menyukai gue?"
Haya mengalihkan dan kembali berjalan untuk pulang.
Yasa tertawa pelan dan menyusul. "Jangan bilang lo nggak paham apa itu suka?"
Malu, Yasa sampai tahu itu.
"Gue cuma nebak, beberapa kali lo memang terlihat nggak ngerti ucapan gue yang kayak tadi, tapi menurut gue ... lo juga menyukai gue." Yasa menggaruk belakang kepalanya sambil menahan senyum. Ia tak salah bicara bukan?
Sementara, Haya Helia hanya diam memikirkan kalimat Yasa yang menurutnya mungkin bisa benar. Namun, bisa juga tidak. Sudah Haya bilang bahwa ada banyak hal yang tak pahami. Hati manusia terlalu sulit untuk dimengerti.
"Menurut lo, suka itu apa?"
Yasa sempat berdecak, "Kenapa lo baru tanya sekarang. Kalau nggak ngerti tanya gue aja, Hayangg." Meski bilang demikian, Haya perlu berulang karena tak yakin mendapatkan jawaban yang pasti. "Jadi, menurut gue suka itu perasaan di mana lo mau nikah sama gue pas dewasa nanti."
Nah, Haya tak yakin bisa disebutkan seperti itu. Apalagi saat orang di sampingnya berkacak pinggang dan tertawa dengan bangga. Menikah itu menurutnya jauh berbeda dengan suka, tetapi mungkin bisa terjadi karena perasaan itu ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescene: Haya Helia [Complete]
Teen Fiction"Takdir hanya potongan kecil yang terjadi di masa lalu." Apa tak mempunyai teman dan selalu sendirian adalah bagian dari takdir yang diciptakan? Jika begitu, apa benar Haya Helia akan selalu sendirian dan kesepian? Jika sendirian dan kesepian hanya...