][ Adolescence: Haya Helia
][ Chapter 22: dendam yang mengotori tanganUjian hari pertama.
"Hayangg, gue lupa pensil gue. Pinjem, dong."
Ujian hari kedua.
"Hayangg, penghapus gue ilang. Pinjem, dong."
Haya Helia memberikan penghapus yang ia belah menjadi dua bagian. "Pensil kemarin ada?"
Yasa menggaruk bagian belakang kepala dan cengegesan, maka jawaban yang diberikan adalah tak ada.
Ujian hari ketiga.
Yasa datang ke kelas dengan lembar jawaban yang robek.
"Gila Hayang, pas ngehapus jawaban kertasnya malah sobek."
"Minta lagi sama pengawas?"
Yasa menggeleng dan Haya mengernyit, seharusnya dijawab ia, bukan? "Nggak, gue minta temen sebelah yang senyum-senyum kepaksa gitu."
Bagaimana wajah Yasa bisa sangat biasa, tak habis pikir. "Kasian orang di sebelahnya," gumam Jemima di bangku samping.
Ujian hari keempat.
Yasa datang lagi saat istirahat sepuluh menit, bahkan selalu menyapa Ramadhan Alfarras yang kembali sekolah dengan sapaan aneh yang berubah-ubah.
"Halo, Hantuuu," ucapnya diseram-seramkan, "Gue bawa brownis kayak hantu, nih, mau nggak, mau nggak?" Disodorkan kotak yang berisikan brownis, Han tak meladeni dan kembali menutup mata—tidur. Meski demikian, Yasa berdalih, "Gue nggak mungkin dong bagi sama orang, bahkan Hayang nggak bakal gue kasih."
Jemima yang mendengar itu berdecak. "Haya, lo kuat banget temenan sama dia."
Ujian hari kelima.
"Hayangg, lo demam? Gue nggak mau rawat lo."
"Yasanjing!" Danish langsung mengumpati saat orang yang malas ia temui datang ke ruang kesehatan. Teman seperti Ayakasa Dheerandra perlu dicekik hingga napas tak lagi berembus.
Ujian hari keenam—terakhir.
"Hayangg, lo udah sembuh, ih. Ayo makan rendang, tapi lo yang bayar."
Aksen yang pulang bersama mereka berjalan kaki itu memicing ke arah Yasa yang langsung tersenyum kaku dan mengangguk-angguk.
"Nggak jadi, deh, nggak jadi. Mending makan nasi padang aja, yuk?"
Semua orang memicing ke arah Yasa.
Saaya Naisha memberikan catatan yang idenya berasal dari Danish. "Apa kamu mau aku buat berjalan kodok sampai rumah Haya?"
Yasa menggeleng langsung, ketakutan.
Berjalan gaya kodok ke rumah Haya itu menyeramkan, apalagi rumah Haya menanjak dan menaiki tangga. Mungkin, kakinya akan sangat bengkak dan susah berjalan karena kesakitan.
Setelah ujian pergantian semester usai, peserta didik dibiarkan pulang setelah berkumpul dengan wali kelas masing-masing sebab ada persiapan yang harus disiapkan untuk beberapa minggu ke depan.
Sebelum Festival Sekolah yang diadakan setiap tahun itu dilaksanakan, dua hari kemudian ada pengumuman peringkat nilai di papan pengumuman. Tempat itu cukup lenggang saat jam istirahat dan Haya serta yang lain mencari nama mereka di sana.
"Cari nama lo, bodoh. Gue batalin barbeque-nya nih?" Danish mengancam Yasa yang diam di belakang dengan tusuk gigi di antara giginya. Beberapa orang yang niat lewat memutar arah mereka karena penampilan Yasa sudah bak preman yang bajunya berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescene: Haya Helia [Complete]
Fiksi Remaja"Takdir hanya potongan kecil yang terjadi di masa lalu." Apa tak mempunyai teman dan selalu sendirian adalah bagian dari takdir yang diciptakan? Jika begitu, apa benar Haya Helia akan selalu sendirian dan kesepian? Jika sendirian dan kesepian hanya...