Her Desperate

2.1K 193 11
                                    

Elena terduduk dilantai disamping ranjangnya. Dia menahan isakannya, tangannya terkepal di dada, berusaha menghilangkan sesak, seolah ada batu besar menghalangi jalan napasnya.

Kelibat kejadian tadi, saat melihat Nicholas berciuman dengan Catherine terus terlihat jelas di ingatannya. Bagaimana pria itu memagut bibir Catherine, tangannya melingkar di pinggang wanita itu.

Elena sedih, teramat sedih. Dia merasa semakin kehilangan peluang untuk Nicholas ingat tentang hubungan mereka.

Tadi Ethan ingin menghampiri Nicholas, tapi Elena menghalangi. Ethan marah, tapi apa yang bisa Elena lakukan. Elena tidak ingin Nicholas berpikir aneh kalau Ethan sampai menegurnya. Bagi pria itu siapalah mereka.

Ponselnya berbunyi, Elena tidak menyadari kalau ada lima panggilan tidak terjawab dari calon mertuanya. Elena menghapus airmatanya dan menetralkan suaranya.

"Ha..halo.."

"Elena sayang, Mom ada di lobby apartemen. Bisakah kamu turun sebentar?"

Elena menyernyitkan dahinya. Untuk apa Mama Nicholas datang kemari?

"I..iya sebentar aku turun Mom."

Elena beranjak bangun, melihat matanya yang sembab di kaca meja riasnya, lalu dia menepukkan bedak tipis dengan harapan bisa menyamarkan mata bengkaknya. Elena mengambil cardigan, lalu keluar kamar. Dia tidak melihat siapapun, mungkin Mama dan Ethan sudah tidur pikirnya. Elena lalu keluar dan turun ke bawah.

Dia melihat mobil sedan mewah terparkir di seberang lobby dengan mesin menyala, lalu supir Emilia membuka pintu dan mempersilahkan Elena masuk.

"Elena.." Emilia menatapnya penuh rasa bersalah.

"Mom, ada apa malam-malam kemari?"

Pandangan wanita paruh baya itu turun ke perutnya dan Elena tidak lagi menutupi tubuhnya dengan cardigan, dia yakin Emilia sudah tahu tentang kehamilannya. Emilia menarik Elena masuk ke pelukannya.

"Oh sayang.."

Elena tidak bisa membendung airmatanya, dia menangis hebat dipelukan Emilia. Wanita itu bisa merasakan kesedihan Elena, tangisnya menyayat hati Emilia.

"Maaf, mom ga perhatian sama kamu."

Elena menggeleng sambil mengurai pelukan mereka. "Maaf aku ga kasih tau. Semuanya begitu tiba-tiba dan aku... Aku tidak ingin membebani masalah Nicholas dengan kehamilanku."

Emilia menyuruh supirnya untuk jalan, Elena tidak menanyakan mereka akan kemana.

"Elena, Mom sangat bahagia, walau yah.. kamu masih harus bersabar dengan Nicholas. Dan.." Emilia menatap ragu ke wajah cantik Elena. Entah dia harus mengatakan apa pada calon menantunya itu bahwa si ular jahat mulai kembali menahlukan hati anaknya, Emilia mendapat laporan dari mata-matanya bahwa akhir-akhir ini Nicholas kembali dekat dengan Catherine. Belum lama ini putranya itu juga menginap di tempat wanita ular itu.

"Mom.. aku ga mau Mom terbeban dengan kehamilanku. Ini semua tanggung jawabku. Aku akan mengurus anakku walau Nicholas tidak akan pernah mengingat apapun tentang kami."

Emilia menggeleng menyingkirkan kemungkinan itu, ini cucu pertamanya, Emilia apalagi Daniel suaminya tidak akan pernah melepas keturunan murni mereka.

"Elena, Mom tetap akan menyiapkan yang terbaik supaya Nicholas cepat kembali ke tengah-tengah kita. Sekarang kamu harus fokus sama kehamilan kamu. Kamu kurus banget..."

Elena kembali menangis dipelukan Emilia. Hingga setengah jam kemudian mereka sampai dirumah keluarga Nicholas.

"Mom sudah minta ijin Mama kamu, supaya beberapa hari ini kamu tidur dirumah Mom. Besok kita ke dokter kandungan ya. Mom pengen liat cucu Mom.."

✅ Touch By HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang