"Mba Mery.."
Mery dan Elena mendongak. "Eh, mba Arline."
Gadis cantik itu tersenyum. "Pak Nick ada?"
"Masuk aja mba. Beliau ada kok di dalem". Gadis itu mengangguk dan berjalan ke ruangan atasannya. Elena terus menatap saat Arline berlalu dan menghilang ke balik pintu. Mery tahu gadis itu penasaran. Tapi hal ini yang disukai dari Elena, gadis itu tidak bertanya sampai Mery yang berinisiatif untuk memberi tahu.
"Itu mba Arline, asisten tim design. Tapi dia spesial buat CEO kita. Selalu ijinin mba Arline masuk ya kalau kemari." Elena mengangguk. Dan kembali meneruskan pekerjaannya.
Sudah satu bulan sejak insiden kopi tumpah itu, atasannya tidak pernah memberi peringatan apapun pada Elena. Gadis itu merasa lega. Mery hanya memberi peringatan agar gadis itu tetap berhati-hati dalam bertindak.
Saat pertama kali menyambangi apartemen pak Nicholas, Elena gugup. Tapi benar kata Mery, mereka hanya meletakkan berkas dan tidak melihat batang hidung sang CEO sedikit pun.
Mery mempercepat ijin cutinya. Kehamilannya sedikit bermasalah, sehingga wanita itu harus bed rest total. Elena memegang penuh tugas sebagai sekertaris satu bulan lebih cepat.
Elena mulai memperhatikan kebiasaan atasannya. Pak Nicholas orang yang tepat waktu, displin, tegas dan bersih. Semua sangat bertolak belakang dengan Elena. Tapi gadis itu berusaha merubah kebiasaan buruknya. Gadis itu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ditambah fasilitas yang di berikan kantor berupa tempat tinggal otomatis menguntungkan Elena, gadis itu tidak perlu membayar sewa kos.
Sudah satu minggu Elena pindah ke apartemen. Untuk ukuran tempat tinggal sekertaris, apartemen itu sangat mewah dan besar. Terdiri dari 2 kamar tidur beserta kloset, 1 kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Elena tidak perlu mengisi semua perabotnya karena sudah lengkap. Gadis itu berpikir kapan-kapan akan mengajak ibu dan adiknya menginap disana.
Setiap bulan gadis itu mengirimkan sebagian gajinya untuk keluarganya di Bandung. Hanya ada mama dan adiknya saja. Papa Elena meninggal 5 tahun lalu karena sakit. Sejak itu mamanya berusaha menghidupi mereka berdua. Elena ingin membalas apa yang mamanya lakukan, gadis itu bertekad menemukan pekerjaan yang baik. Tidak menyangka akan didapatkan secepat ini. Elena merasa sangat beruntung.
Elena banyak belajar. Bosnya itu pun sangat menjunjung tinggi profesionalitas. Dan juga sedikit workaholic. Elena sering ikut lembur. Tapi bukan masalah baginya. Toh Elena tinggal sendiri dan belum punya kekasih yang menyita waktunya. Selain itu gadis itu tidak khawatir pulang larut karena selalu bareng dengan sang atasan.
Jumat ini gadis itu akan ikut atasannya ke Bandung. Melihat proyek cabang kantor yang baru disana. Elena senang, gadis itu bisa meluangkan waktunya untuk menengok kelurganya walau sebentar.
Selepas makan siang, Elena bersiap mengumpulkan file-file penting yang akan dibawanya ke Bandung. Tadi pagi gadis itu sudah menyiapkan pakaiannya di koper dan sudah diserahkan ke sopir atasannya, Pak Deni.
"Elena, sudah siap?" Tanya atasannya di telepon.
"Siap Pak!"
Tidak lama Nicholas keluar dari ruangannya. Elena langsung mengambil tas kerja sang bos. Dan mengambil tasnya lalu mereka jalan bersama ke arah lift khusus yang langsung mengarah ke basement gedung.
Sepanjang perjalanan Nicholas terus sibuk menelepon. Elena mengecek kembali jadwal mereka di buku catatan dan di ponselnya.
"Pak, malam mau makan dimana? Biar saya siapkan" Elena bertanya saat bosnya itu menyudahi pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Touch By Her
Romantizm(COMPLETE) Saat sang Boss memintanya menjadi kekasih palsu sebagai ganti dari uang yang dipinjamkan untuk pengobatan ibunya, Elena tidak menduga jika dia akan benar-benar jatuh cinta pada Nicholas. Nicholas pun tidak bisa memungkiri ketertarikannya...