Her Changing Mind

2.3K 202 3
                                    

"Wow.."

Mata Elena berbinar menatap sunset indah sore itu, sudah pukul 18.35, tapi langit masih berwarna jingga kelam. Elena duduk di samping kolam renang, menunggu Nicholas sedang mengambil makanan riangan untuknya sebelum jam makan malam tiba. Dia melirik ke arah samping letak dapur kering rumah itu, mengamati pergerakan pria tampan mondar-mandir entah menyiapkan apa.

Nicholas berubah menjadi lebih protektif padanya, bahkan untuk berjalan saja pria itu memaksa untuk menuntunnya. Elena senang dengan perhatian ini, tapi apa artinya bagi Nicholas?

Elena menarik dalam napasnya, dia termenung setelah kejadian tadi, Nicholas tidak mengerti apa-apa. Perhatian yang dia berikan mungkin hanya kasihan pada kondisi Elena.

Elena sudah menyusun matang apa saja yang akan diceritakan pada Nicholas sebelum berangkat. Lalu, jika pria itu tetap tidak ingat padanya, apa yang akan dia lakukan? Kekecewaan pastinya yang akan semakin bersarang.

Dan setelah satu minggu, mereka akan kembali lagi ke rutinitas sehari-hari. Nicholas akan tetap bersama Catherine. Maka sia-sialah satu minggu ini.

Memang dia seharusnya tidak boleh berharap lebih, tapi bukankah pengharapan itu harus ada dalam menjalani kehidupan? Dan dia berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pria itu kembali.

Jadi Elena merubah segala rencananya, dia tidak akan berupaya keras mengembalikan keadaan. Yang dia akan lakukan adalah, menjalani sewajarnya. Membuat kenangan baru agar Nicholas mengingat tentang kebersamaan mereka di ingatan barunya.

Dalam hal ini justru Elena merasa kasihan pada Nicholas. Dia yakin Catherine pasti banyak menceritakan kebohongan yang membuat akhirnya pria itu mau kembali bersamanya. Dan Elena tidak mau seperti itu, baginya bagaimana pun kehidupan Nicholas, pria itu berhak bahagia.

Suara piring berdenting dengan meja membuyarkan lamunan Elena. Dia tersenyum saat Nicholas memberikan piring kecil berisi puding dan potongan buah didalamnya.

"Thanks Nick.." Elena menegakkan duduknya, lalu duduk berhadapan dengan Nicholas. "Disini luar biasa. Sangat cantik." Elena kembali menatap ke bentangan lukisan nyata di hadapannya.

"Ya.. cantik." Gumam Nicholas membuat Elena menoleh dan menyadari bahwa pria itu mengatakan kalimat 'cantik' sambil menatap wajahnya.

Elena berdehem menunduk merasakan wajahnya memerah. Dia lalu menusuk buah semangka dengan garpu dan memasukannya ke dalam mulut membuat cairan merah menetes keluar dari sudut bibirnya dan Nicholas dengan sigap meraih tissu dan mengelapnya.

Mereka berdua tertawa. "Oh God, aku kayak anak kecil.." Elena merasa malu.

"It's oke Len, aku suka anak kecil."

Kalimat Nicholas membuat mereka terdiam sejenak lalu kembali tertawa.

"So, apa yang mau kamu ceritakan padaku?" Nicholas menunggu saat-saat ini.

"Mm.. apa yang kamu mau tau?" Tanya Elena.

Nicholas menyatukan kedua tangannya di bawah dagunya. "Us. There is something between us, right?"

"Yeah. Kamu boss, aku asistennya." Kelakar Elena.

"Ck! Seriously Len. I wanna know." Raut wajah Nicholas seserius ucapannya.

Elena membuang pandangannya lurus ke depan. Dia menghembuskan napas panjang. "Kalau kamu bertanya apa ada hubungan di antara kita, aku jawab ya. Memang kita ada hubungan."

"Hubungan apa?" Nicholas menatapnya dalam. "Apa benar kita dijodohkan oleh Mom?"

Elena menggeleng pelan. "Tidak Nick, kita tidak dijodohkan."

✅ Touch By HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang