Her Dilemma part 2

2.2K 178 7
                                    

"Kak.." Ethan memandangnya dengan wajah cemas.

"Kenapa Than?"

"Itu..mmm... Anu.. maaf kak aku ga ijin kakak dulu. Tadi pagi kak Nicholas telepon, dia tanya kita ada dimana, jadi aku..."

Elena tersenyum. "Gapapa Than, ga masalah."

"Dan aku sepertinya ga ikut pulang sekarang. Aku bareng Mama gapapa kan?" Adik tampannya itu menatap takut-takut.

Elena mengangguk membuat Ethan bernapas lega. Mereka lalu pamit ke Mama Tania lalu Elena mengikuti Nicholas ke arah mobil.

Elena mengambil jarak saat duduk di samping Nicholas, pria itu duduk di sampingnya, mereka terdiam saat mobil mulai berjalan ke arah Jakarta. Biasanya kalau weekend Nicholas menyuruh supirnya untuk libur, tapi dia meminta tolong pak Deni untuk mengantarnya ke Bandung menjemput Elena.

Saat tiba di Bandung, Nicholas terkejut melihat kehadiran pria itu, teman Elena saat melihatnya berjalan masuk ke dalam lobby rumah sakit. Dan dia juga mendengar apa yang pria itu katakan pada Elena. Seketika emosi Nicholas memuncak, tapi dia menahannya di depan Elena.

Siapa pria itu berani meminta Elena untuk ikut dengannya? Nicholas menyadari, dia sejak awal sudah curiga pada karyawan bernama Samuel itu, pria itu pasti menyukai Elena.

Wait.. Nicholas memejamkan matanya, kepalanya berdenyut nyeri. Darimana dia tahu kalau pria itu teman Elena saat pertama kali melihatnya?

"Arrgggh.." Nicholas merintih, memegang kepala dengan kedua tangannya.

Rintihan Nicholas yang tiba-tiba mau tak mau membuat Elena menoleh.

"Nick.." Elena mendekati pria yang nampak kesakitan itu. "Nick! Kamu kenapa?" Elena berubah panik.

Nicholas merasa pusing, napasnya berubah menderu saat Elena mendekapnya. Elena mengelus pelan bahu dan lengan Nicholas seolah itu bisa membantunya meringankan rasa sakit yang pria itu rasakan.

Nicholas berubah tenang, bau tubuh Elena mengalihkan pikirannya. Nicholas melingkarkan tangannya ke pinggang Elena. Mereka terdiam dengan posisi itu selama beberapa saat.

Keringat dingin yang sedari tadi keluar dari tubuh Nicholas mulai berhenti. Elena mengambil air mineral dan menyuruh Nicholas untuk minum. Pria itu menyandarkan kepalanya di senderan jok, tangannya digenggam Elena dan Niholas mulai tenang. Nicholas masih memejamkan matanya, Elena menatapnya cemas. Mereka belum bicara sepatah kata pun sedari tadi, berusaha menutupi saat ada didepan Mama dan keluarga lainnya.

Elena rindu pada pria itu.

Nicholas membuka pelan matanya dan memiringkan kepalanya ke arah Elena. Wanita itu tersenyum dan Nicholas tidak bisa menahan rasa leganya, Elena menurunkan tembok pertahanannya.

"Len.." tangan Nicholas bergerak ke perut Elena. "I missed you so much." Bisiknya.

Wanita itu mendekat, kemudian merebahkan kepalanya ke bahu Nicholas, pria itu mengecupnya. Cukup seperti ini dulu, sebelum mereka bicara tentang hal lain. Elena menikmati Nicholas untuk dirinya sendiri sebelum entah badai apa lagi yang akan menggoyahkan hubungan mereka.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

"A..apa?" Emilia merasa jantungnya mendadak nyeri. Pasokan oksigennya seketika berkurang dari paru-parunya.

"Aku mengandung anak Nicholas, Mama Mertua. Jadi kami harus segera menikah". Tubuh Emilia lemas sehingga Patricia membantu mamanya untuk duduk. Wanita itu menatap wajah temannya tidak percaya.

"Cath.. aku mohon tolong jangan bergurau seperti itu.." Patricia menatap cemas wajah sang Mama yang berubah pucat.

"Pat, untuk apa aku berbohong? Kemarin aku sudah mengajak Nicholas ke dokter kandungan, dia melihat sendiri kalau aku memang mengandung."

✅ Touch By HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang