Her Unexpected

2.4K 209 0
                                    

Elena menatap layar komputernya. Gadis itu menghela napas. Ingatannya tentang ciuman Nicholas pagi itu selalu terulang dikepalanya. Setelah kejadian itu suasana antara dirinya dan Nicholas menjadi canggung. Elena sering kali tanpa sadar menatap pria itu. Hampir sepuluh hari kemarin mereka lembur. Proyek Bandung harus segera dilaksanakan sebelum Nicholas libur untuk pernikahan Patricia lima hari lagi. Selama itu mereka berdua selalu pulang larut.

Nicholas sedikit frustasi. Pria itu ingin membicarakan mengenai yang terjadi antara mereka berdua tapi mereka tidak pernah benar-benar sendiri. Sebentar lagi mereka akan bertolak ke Singapore, Emilia menyuruh Elena untuk ikut. Hal itu membuat Nicholas senang. Otomatis akan banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk berdua bersama Elena.

Siang ini Elena sedang mengerjakan sedikit tugasnya sebelum istirahat jam makan siang saat Arline melangkah mendekat. Gadis itu meminta ijin untuk masuk dan Elena mengangguk.

Tuut..

"Len, tolong bawa file Bandung ke ruangan saya". Suara Nicholas membuat hatinya berdebar.

"Baik Pak!" Elena menjawab lalu mengambil map-map dan membawanya ke ruangan atasannya itu. Elena mengetuk pelan dan langsung masuk. Gadis itu  melihat Nicholas dan Arline sedang duduk di sofa sambil berbincang. Elena meletakan map di atas meja dan berbalik.

"Len, tolong pesankan makan siang untuk saya dan Arline."

"Mau makanan apa Pak?"

"Kamu mau apa Lin?" Nicholas menoleh ke arah Arline.

"Hmm, bakso?" Arline melirik malu-malu.

Nicholas terkekeh. "Seriously? Oke.." pria itu menatap Elena. "Bakso 3 porsi. Satunya buat kamu."

Elena mengangguk. Lalu berjalan keluar. Sesaat sebelum menutup pintu Elena mendengar Nicholas tertawa sambil menangkap tangan Arline yang hendak meninjunya lalu menggenggam tangan gadis itu dan Elena merasakan cubitan kecil dihatinya.

Samuel menghubungi Elena untuk mengajaknya makan siang. Tapi Elena menolak karena sedang menunggu makanan untuk atasannya. Gadis itu kaget saat melihat pria itu datang sambil membawa bungkusan makanan. Akhirnya Samuel makan di pantry dekat ruangan Elena. Mereka asik makan sambil ngobrol hingga tidak menyadari bahwa Nicholas sudah berdiri didekat pintu pantry. Elena berdehem dan menghampirinya.

"Kenapa pak?"

"Kenapa makanan saya belum datang?"

Elena hampir lupa, gadis itu mengecek ponselnya. "Masih otw Pak. 5 menit lagi"

Nicholas menatapnya tajam hingga tenggorokan Elena terasa seret. "Segera antar kalau sudah datang. Arline sudah menunggu." Pria itu berlalu.

Cih, sabar keles.. desis Elena.

Nicholas masuk keruangannya. Pria itu gusar. Arline melihat perubahan yang kentara, wanita itu tersenyum kecil.

"So, masih mau ngelak?"

"About what?" Nicholas menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

"Elena... kamu pikir aku ga perhatiin perubahan sikap kamu pas Samuel dateng bawain makanan buat dia?"

"Nonsense.." Nicholas mengendurkan dasinya.

Arline tertawa. "Nick, kamu boleh bohong sama aku. Tapi kamu ga bisa bohongin perubahan muka kamu waktu gadis itu beranjak dari kursinya. Apa kamu sadar hampir setiap menit kamu terus memandang ke arah pintu? Well, aku kasih tau kalau kamu ga sadar."

Nicholas menghela napasnya. "I don't know Lin. Akhir-akhir ini aku terus kepikiran sama Elena. Gadis itu...something". Mata Nicholas menerawang.

✅ Touch By HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang