Nicholas masuk ke dalam apartemen dengan langkah gontai. Dia membuang foto yang Catherine berikan padanya di tempat sampah disamping pintu lift. Dia tidak melihat Elena setibanya didalam unit apartemennya. Pria itu duduk disofa dan menunduk tidak ingin mencari, entah apakah Elena kecewa padanya, pasti kecewa.
Nicholas tidak melakukan apapun setelah Catherine menamparnya. Tidak bisa melakukan apapun tepatnya. Sungguh Nicholas merasa kesal, kalau bukan karena permintaan Catherine, dia tidak akan menahan diri. Mengingat tentang pembicaraannya dengan Patricia dan Christian, betul, wanita itu sanggup melakukan apapun.
Nicholas bangkit, mengambil air dingin dan meminumnya, lalu melempar gelas itu dengan kesal. Lalu dia memukul dinding hingga punggung tangannya kesakitan dan luka, tapi dia menganggapnya setimpal dengan rasa sakit yang Elena alami.
"Kita harus membuat Elena menjauh. Sejauh-jauhnya.. kita tidak boleh membahayakan kandungannya. Sabar Nick.."
Kalau saja kalimat itu tidak terngiang di telinganya, Nicholas tidak akan membiarkan Catherine menyentuh sedikitpun tubuh Elena. Nicholas bersabar, dia yakin sebentar lagi Catherine akan tau dimana tempatnya.
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*
Elena terduduk di apartemennya sendiri, dia terisak, kejadian tadi cukup membuatnya takut. Kenapa kisahnya seperti di televisi? Dimana dia dihadapkan pada sang mantan yang nekat melakukan apa saja agar sang pria kembali padanya. Ditambah lagi kehamilan Catherine, benar atau tidak itu anaknya tidak ada yang tahu. Dan Elena merasa frustasi, hanya ingatan Nicholas yang dapat menyelamatkan hubungan mereka.
Elena berusaha bekerja seperti biasa walau ada rasa kecewa saat harus bertemu Nicholas. Selama satu minggu itu Nicholas seperti menghindar. Entah mengapa Elena merasa pria itu tidak mempedulikannya. Jangankan bicara, menatap Elena saja seolah enggan.
Ditambah lagi rencana Catherine untuk menikah dengan Nicholas sepertinya akan terwujud. Wanita itu dengan terang-terangan mendatangkan WO ke kantor Nicholas hampir setiap hari, seolah ingin menunjukkan pada Elena kalau pernikahan mereka akan terjadi. Dan Nicholas seolah membiarkannya.
Semuanya terasa seperti sinetron yang sering Mama Tania tonton setiap hari. Elena tidak menduga akan mengalami hal seperti ini.
Elena tengah makan siang di mejanya saat Catherine keluar dari ruangan pria itu, dia berdiri didepan meja Elena dan mengetuk kayu itu membuat Elena mendongak tanpa minat.
"Elena.. terima kasih. Kamu mengindahkan peringatanku tempo lalu. Maaf, aku terpaksa harus melakukan itu, pipi kamu gapapa kan?" Catherine mengejeknya. "Tapi jangan khawatir, selama kamu menjauhi Nicholas, maka tidak akan ada yang tersakiti." Catherine tersenyum licik berlalu dari hadapan Elena.
Elena mengeratkan tangannya ke pegangan kursi. Wanita itu memejamkan matanya menahan gejolak emosi, ingin rasanya mencakar wajah Catherine, tapi kandungan Elena sudah delapan bulan dan dia tidak ingin terjadi sesuatu jika mereka bertengkar. Elena mengambil ponselnya dan kembali membaca pesan tanpa nama yang dia dapat seminggu lalu.
"Diam, jangan melakukan apapun. Jangan sampai bayimu terluka."
Elena tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan itu. Kalimatnya lebih kepada mengingatkan dibanding mengancam. Dan Elena menjadi was-was, dia ingin bicara pada Nicholas tapi lagi-lagi pria itu sulit untuk di dekati, bahkan mba Mery sudah mulai masuk kembali, bersiap menggantikan dirinya saat melahirkan nanti. Nicholas seolah mengurangi porsi kerja Elena, wanita itu jarang pergi kemana-mana dengannya. Elena lebih banyak duduk dibalik meja kerjanya.
Elena tinggal kembali bersama Mama dan adiknya. Untunglah mereka tidak bertanya macam-macam saat kembali ke Jakarta tiga hari lalu. Semoga apapun yang Tuhan rencanakan itu terbaik untuk mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/225900482-288-k73177.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Touch By Her
Romansa(COMPLETE) Saat sang Boss memintanya menjadi kekasih palsu sebagai ganti dari uang yang dipinjamkan untuk pengobatan ibunya, Elena tidak menduga jika dia akan benar-benar jatuh cinta pada Nicholas. Nicholas pun tidak bisa memungkiri ketertarikannya...