Di waktu yang terasa amat kritis. Siapa pun mungkin tidak tahu tentang isi hati yang sebenar-benarnya. Memang selama menikah, Ryu Jungkook bahkan tidak pernah peduli pada Aera. Terserah istrinya itu mau melakukan apa saja. Ongkang-ongkang kaki, bersantai sebab Jungkook sudah memenuhi semuanya. Uang, fasilitas mewah, nyaris tidak ada kekurangan. Hanya satu kekurangannya, dia tidak pernah memberikan Aera cinta.
Namun, malam ini—Jungkook tampak kesal sambil mengerutkan dahinya, memperhatikan Aera yang hendak melangkah keluar dari rumah di jam sepuluh malam. Tentu saja, Jungkook berang—nyata, terlihat dimata bulatnya.
"Apa kau tidak punya mulut?" pertanyaan Jungkook menyentak Aera, "paling tidak meminta ijinku untuk pergi. Dan—mau ke mana malam-malam begini?"
Aera stagnan, membeku, merasa ada yang salah—karena tidak biasanya Jungkook mempermasalahkan perihal meminta ijin.
"Ada urusan sebentar."
"Urusan apa?"
"Oh, apakah kau sekarang mulai peduli?" Aera terkekeh, remeh. Sejenak memandangi wajah Jungkook yang tidak bereskpresi menatap ke arahnya, "Tuan Ryu, aku sangat tersentuh—tapi, sayangnya hari ini aku tidak punya waktu berbasa-basi." tekan Aera di akhir kalimatnya. "Temanku menunggu."
Rahang pria itu mengeras, sekuat tenaga tak memancing sisi gelapnya muncul. "Noona..." Jungkook bersuara dingin. "Aku tidak mengijinkanmu pergi."
Sontak, Kim Aera menganga—tak memercayai apa yang baru telinganya dengar—seolah Jungkook mengucapkan mantra aneh yang tidak ia mengerti. Pun Aera maju, melangkah mendekat pada Jungkook.
"Bukankah jelas-jelas selama ini pernikahan kita hanya sebatas status? Selebihnya tidak ada arti bagimu bukan? Lantas apa hakmu melarangku?" Aera tak habis pikir, mendecih muak, "tenang, Jung. Aku sebentar lagi bebas dari pernikahan memuakkan ini. Kau tidak sabar menanti perceraian---,"
"Aera noona, apa kau tidak pernah menyadari seberapa banyak aku menahan diri?" lirih Jungkook, "kau tidak melihatnya? Aku—berusaha untuk melupakanmu dan berhenti mencintaimu. Apakah kau sadar akan hal itu?!"
"Kalau begitu lupakan aku! Aku tidak pernah memintamu bertahan! Selain demi keluarga kita, sekalipun mengorbankan perasaanku, Jungkook!" seru Aera, napasnya tersengal-sengal. Matanya hampir meneteskan air mata. "Ingat jika aku saat ini—sangat membencimu. Kau pikir, mudah bertahan menikah dengan seseorang yang bahkan tidak pernah peduli?
Jungkook, aku banyak memikirkan ini. Kau dan aku tidak bisa bersama. Karena aku ingin lepas darimu, menjauh dan pergi."
Seusai dia puas meluapkan semua isi hatinya, Aera berbalik badan—pun di saat yang sama Jungkook segera menarik tangannya, membuat tubuh Aera mundur ke belakang—kini Jungkook memeluknya.
Pelukan untuk pertama kali. Dekapan hangat yang tidak pernah Aera dapatkan dari Jungkook. Sesuatu yang dahulunya, Aera harapkan.
"Jangan pergi." kata Jungkook, suaranya terdengar lemah, "ku mohon, jangan pergi dariku, Aera."
Kalau sudah dihadapkan pada kelemahan seorang Jungkook. Kim Aera mengepalkan tangannya, dia tidak mau, melibatkan hatinya lagi. Tidak untuk jatuh cinta dan berakhir menjadi harapan kosong.
*****
Bersikap tenang adalah Kim Taehyung pagi ini, mendapati Aera yang buru-buru masuk ke ruangannya karena datang terlambat. Taehyung menikmati wajah gugup Aera, dan bagaimana tangan wanita itu yang tampak gemetar. Menebak, pasti Aera sedang ada masalah hingga secemas itu.
"Sudah siap berkerja hari ini? Kalau tidak, mungkin kau dan aku bisa pergi ke apartemenku."
"Entahlah, aku hanya merasa sedikit---,"
"Takut? Memikirkan suamimu?" Taehyung tertawa rendah, lalu beranjak dari duduknya untuk menghampiri Aera yang berdiri kaku di dekat meja kerjanya. "Begini saja. Lupakan dia sebentar. Di dalam proposal kita, saat kau bersamaku—kau tidak boleh memikirkan oranglain. Hanya ada aku di sini." kemudian memeluk pinggang Aera, mengembuskan napas di leher itu yang sontak mengundang desir aneh, "kau pasti tidak sabar ingin melihat duniaku lagi, sayang."
Bisikan Taehyung bagai hipnotis, Aera tentu larut bersamanya—sewaktu Taehyung perlahan memegang rahangnya, mengapit dengan jemari panjang indah itu—bersiap menjangkau bibir Aera. Sedikit lagi menyentuh, sebelum Taehyung berbisik. "Kita lakukan nanti. Sekarang, tenangkan dulu pikiranmu."
Napas tercekat, Aera rasa-rasanya malu karena tertangkap basah—begitu inginkan Taehyung menciumnya. Kedua matanya berkedip cepat, seraya meloloskan helaan napas kelewat berat. Cemas, takut. Berbagai macam perasaan menyerangnya.
"B-bisakah kau membuatku melupakannya?" Aera ragu mengatakan ini. Terbata-bata.
"Tentu. Tanpa kau meminta, itulah tujuan utamaku." kata Taehyung yakin, "Jungkook, suamimu yang telah menyia-nyiakan istri secantik dirimu. Kalau aku jadi dia—tidak mungkin ku sia-siakan. Setiap detik, kubuat sibuk di atas kasur denganku."
Semakin memanas, Taehyung sebenarnya tidak tahan lagi. Jakunnya naik turun, mata tak lepas menatap Aera yang memakai rok di atas lutut, begitu ketat membungkus lekuk tubuhnya. Pun kemeja satin berwarna putih, sedikit menerawang. Agaknya, Taehyung melawan hasrat yang sedari tadi berkobar.
"Asal kau tahu, aku ingin sekali kau dan aku bercinta di sini. Di atas meja." tangan Taehyung turun, mengusap leher Aera, "tidak sabar mendengar desahanmu, Aera. Seperti dulu. Aku tergila-gila."
"Tae—berhenti melakukan ini." Aera memegang erat pergelangan tangan Taehyung. "Kau sengaja, ya?"
"Hem, sengaja. Apakah kau merasakan hal yang sama?"
"Iya, sama." mata Aera begitu sayu. Dia luluh, sebab Taehyung bagaikan racun yang mematikan. Serta anggur, memabukkannya.
Dalam seketika, Taehyung menipiskan jarak, meraih tengkuk Aera, menciumnya dengan cepat—tergesa-gesa, sangat berisik. Meninggalkan bunyi cecap yang mendominasi ruangan.
Tidak peduli lagi kala suara dering ponsel Aera berdering di dalam tasnya. Seseorang menunggu Aera menjawab teleponnya, tanpa tahu Aera dan Taehyung berada di dunia mereka—berciuman panas memadu cinta, mengenang indahnya masa lalu.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Proposal ✓
FanfictionPerjanjian licik serta bagaimana cara mengejar semua yang diinginkan. Semata dilakukannya agar orang yang dia cintai-kembali bersamanya. Kim Taehyung menganggap Aera, semesta. Semesta yang menjanjikan cinta. Kenangan masa lalu yang masih tersisa. Me...