28. Ramyun

1K 115 1
                                    





'Ah, dia mulai melemahkanku lagi.' jerit, Aera dalam hati.

Membuang napas beratnya, Aera enggan menjawab lagi. Sewaktu, Aera mencoba melepas rangkulan Taehyung-satu tangan kiri Taehyung beralih memeluk pinggangnya. "Taehyung," nada suara Aera begitu lembut memanggil.

"Apa-" Aera tak membiarkan Taehyung melanjutkan kalimatnya, ia bahkan tidak peduli hal yang dilakukannya ini semakin menimbulkan rona merah di pipinya. Ketika Aera mencium bibir Taehyung selama dua detik.

Hanya satu sesapan, tapi sukses membekukan pergerakan Taehyung. Seolah detik berhenti, tangannya di pinggang Aera spontan terlepas begitu saja.

Aera tidak ingin suasana berubah canggung, dia tersenyum-mewujudkan, apa yang Taehyung inginkan beberapa saat lalu. "Temani aku. Kita lakukan apa pun. Makan malam di apartemenku, menonton serial netflix berdua sampai pagi. Hal-hal manis yang belum sempat kita lakukan, aku---,"

"Baiklah, ayo kita lakukan."

'Mengapa setiap aku menatap matanya-pikiranku, langsung kosong? Ada apa denganmu Kim Aera?' lagi, hati wanita itu menjerit. Aera yakin pipinya sangat merah sekarang.

Terlebih lagi, senyum manis Taehyung selalu saja membuat dirinya meleleh, luluh, pun jantung yang nyaris runtuh. Tatapan beserta senyuman yang mengandung sihir baginya.

******

Malu. Satu kata itu yang mengungkapkan suasana hati Aera. Sesekali, ekor matanya melirik Taehyung di sisi kirinya-pria itu, berjalan santai sambil memasukkan satu tangannya. 'Sungguh, apa tidak ada sepatah kata pun yang ingin dia katakan?' Aera jadi serba salah sendiri, sebenarnya ingin menggenggam tangan Taehyung tapi rasa malunya itu terus menghinggapi.

Tatkala, Aera memberhentikan derap langkah kakinya-Taehyung cepat tanggap, seolah keadaan ini yang ia tunggu-tunggu. Kedua bola matanya memusatkan atensi pada Aera, lalu pandangan itu turun tepat di bibir, lantas kembali ke mata Aera. Ya, Taehyung memberi isyarat, mustahil Aera tak mengerti.

Satu detik hingga ke detik berikutnya, tak ada satu pun dari keduanya yang bicara. Ketika, Taehyung mendekat-mengulurkan tangannya ke depan untuk menyentuh pipi Aera, wanita itu justru menjauhkan wajahnya tapi matanya tetap memandangi Taehyung.

"Imutnya." Taehyung bergumam tanpa sadar. Dia sudah lama tidak pernah mendapati Aera yang keras kepala bersikap begitu manis dan malu-malu, "jangan menjauh dariku..." diucapkan dengan nada memohon yang dilebih-lebihkan.

"Kita sudah berjalan beriringan, Kim." ucap Aera cepat.

"Iya, tapi..." sengaja menggantung kalimatnya, Taehyung mendekatkan wajahnya seraya mengulas senyuman memikat, "ah, lupakan. Kemarikan tanganmu."

"Tidak mau."

"Aku ingin menggenggamnya, Kim Aera."

"Kita-ya! Kim Taehyung!" tangan mungilnya digenggam erat, lalu ditarik dengan terburu-buru, berjalan begitu cepat menghampiri pintu apartemen Aera.

Aera tidak mau bayangannya beberapa saat lalu berubah menjadi kenyataan. Ralat, mungkin bukan bayangan belaka tapi hal yang memang dia harapkan. Berciuman di lorong apartemennya dan kegilaan lain yang kerap berlarian dalam isi kepala.

Tak tahu saja, Taehyung detik ini diam-diam tersenyum. Jelas, dia memahami situasi yang terjadi, memilih berpura-pura tidak mengetahuinya agar Aera bernapas sejenak.

Begitu pintu apartemen terbuka, Taehyung sedikit menyeret tangan Aera, masuk ke dalam dan menutup pintunya. Bahkan, tak sampai di situ, Taehyung benar-benar sengaja menciptakan situasi bertambah tegang, memenjarakan Aera tepat di punggung pintu dengan tangan yang menempel di sana. "Sekarang, apa kau bisa menghindariku lagi?"

"Tidak."

"Bagus. Tolong buatkan ramyun untukku." kata, Taehyung santai. Sehingga, Aera perlu mencerna kalimatnya untuk beberapa detik, "buatkan ramyun untukku, sayang."

Sial.

Aera kehabisan kata, "Ramyun? Ha, sungguh?" menahan gejolak amarah yang memuncak, ia berkacak pinggang. "Untuk apa kau membeli-"

Jangan lupakan situasi mereka yang belum berubah. Taehyung masih memenjarakan Aera, tak mudah untuk melepas wanitanya begitu saja.

"Tidak apa-apa. Memangnya tidak boleh meminta calon istriku membuatkan ramyun?" nada suara Taehyung makin menyebalkan.

"Bukan itu masalahnya!"

"Diam dan buatkan saja, Aera."

"Wah, kau menguji kesabaranku Tae! Kau menyebalkan-hmphh..." sudah terlanjur geram, Taehyung mencium bibir Aera dalam satu tarikan napas panjang.

Ada yang Aera lupakan, mengapa Taehyung meminta dirinya memasak di tengah malam seperti ini? Taehyung pikir, Aera akan mengingat kenangan mereka dahulu. Taehyung mencoba membangkitkan jaring kenangan masa lalu. Pria itu kecewa, Aera melupakan satu kenangan manis mereka yang paling Taehyung suka.

Setelah menepuk dada Taehyung berkali-kali, Aera belum juga mengingatnya, ciuman ini mengosongkan pikirannya sampai kedua tungkai itu lemas. Aera menyerah, dia membiarkan Taehyung meraih kemenangan.

Telepon rumah berdering, cukup mengganggu lalu Taehyung melepas pagutan bibirnya pada Aera. Keduanya sama-sama menatap telepon itu. Entah, apa yang Aera pikirkan, ia tak memedulikan dering telpon yang makin keras tersebut, Aera mengambil tindakan bodoh-mengalungkan, tangannya di leher Taehyung.

"Aera, aku tidak yakin bisa berhenti jika kita melanjutkannya. Sudah kubilang, buatkan aku ramyun." pupil mata Taehyung berubah gelap, bukan ini yang dia inginkan. Well, setidaknya untuk sekarang. Ada yang lebih penting dari ini.

"Kau yang menciumku. Tidak, maksudku kita berciuman." Aera tak mau kalah.

"Kau seperti wanita yang baru berciuman, tahu." tersenyum tipis, Taehyung menghapus jejak yang tertinggal di bibir Aera, mengusap bibir itu dengan ibu jarinya, "aku kecewa, ternyata kau melupakannya? Aera, dahulu aku sering memintamu membuatkan ramyun untukku."

"Lalu?" Aera mulai tertarik, percakapan ini menarik. Alisnya berkerut, dia membalas Taehyung.

"Kau akan menyesal." ancaman pertama, Taehyung tidak main-main kali ini.

"Kenapa harus?"

Ah, benar. Aera enggan mengalah bila Taehyung tampak mengontrol wanita itu. Taehyung memikirkan cara lain. Pertanyaan akan di balas pertanyaan pula oleh Aera. Serumit itu. Jika saja Aera berkencan dengan pria lain, Taehyung rasa tidak ada yang mampu bertahan selain dirinya.

"Oke, aku menyerah. Aku ingin kau dan aku makan ramyun bersama malam ini. Ini adalah lamaranku. Kau puas?"

Aera diam mendengar itu, lidahnya kelu untuk menjawab.

Taehyung melanjutkan, "Kau yang marah semakin memesona di mataku. Aku suka melihatmu marah. Tapi, aku juga tidak suka melihat dirimu terus-menerus marah padaku. Mmm... Jadi, bisakah sekarang buatkan ramyunnya?"

Dibuat tercengang, takjub, dan tak percaya-adalah, Kim Aera malam ini. Bola matanya berkedip kebingungan, benaknya ingin berteriak tapi dia lebih ingin berteriak sungguhan. Taehyung terkadang sulit dimengerti, dan ini adalah lamaran katanya? Sulit dipercaya tapi caranya unik.

"Kim, aku bisa membuatkanmu ramyun sekarang."

"Tunggu apalagi? Buatkan sekarang. Aku sudah memohon berulang kali, Aera. Tunggu sebentar... Apa ramyunnya sekarang penting?"

Jebakan. Aera tertawa kecil, "Jangan bilang kau-"

Faktanya, ramyun menjadi nomor dua setelah Taehyung menegaskan. Ataukah mereka tidak sempat makan ramyun seusai memadu cinta?

"Ya. Keduanya. Aku ingin Kim Aera dan ramyun."

[]

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang