8. Sweet Disaster

1.8K 155 37
                                    

Sejumlah bintang bertaburan di atas sana, tidak ada artinya bagi Jungkook malam ini. Ia merasa tenggelam dan mengutuk kesepian. Pelariannya, meminum alkohol sampai mabuk berat. Bukan pilihan bagus sekali, batin salah satu temannya. Jung Hoseok, sebenarnya malas bertanya—tahu betul apa yang membuat Jungkook kacau. Hoseok tidak mau ikut campur, kendati geram dengan sikap Jungkook yang tak pernah berubah.

Kalau jatuh cinta, Jungkook tidak langsung menyatakan perasaan. Memendam hingga cintanya begitu besar dan saat ia ingin menyatakan—terlambat. Wanitanya malah sedang menikmati tubuh pria lain. Jungkook tak menyalahkan Aera lagi, ini bermula karena kesalahannya juga.

"Aku antar pulang. Kau sudah mabuk berat."

"Tidak mau!"

Hoseok menghela napas, kesal. Tiba-tiba terkejut mendapati kehadiran satu wanita lain. Mendekat ke arah mereka, cahaya temaram di klub menghalangi penglihatan Hoseok. Saat wanita itu sangat dekat, barulah ia menyadari—Kwon Heejin, tersenyum manis padanya.

"Wah, sudah lama tidak bertemu!" wanita cantik itu menyapa. "Kak Hoseok, bersama—" menoleh ke arah Jungkook yang kini menutup mata, tertidur.

"Ya, bocah sialan ini." Hoseok mendengus, "apa kabarmu?" lanjutnya.

"Aku baik. Kasihan sekali, Jungkook. Bagaimana kalau aku yang mengantarnya pulang?" Heejin ternyata masih menyukai Jungkook. Mantan kekasih sewaktu kuliah. Tidak kalah cantik dari Aera.

******

Tersesat, definisi kata yang pas untuknya. Aera seorang wanita, ia juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Terlebih, Jungkook suaminya tak pernah memberikan itu. Dia tidak bisa menolak Taehyung, kenikmatan yang diberi oleh Taehyung candu sekali.

Seperti sekarang, keduanya tengah berada di dalam mobil. Di parkiran bawah tanah, apartemen Aera. Berniat mengantar Aera pulang. Waktu memanglah tak dapat di prediksi—Taehyung mengulang lagi perbuatannya. Asik bercumbu dengan istri orang. Wajah pria itu merah, menahan gairah. Sedikit lagi menelanjangi Aera di mobilnya.

Dalam seketika—niat gilanya gagal. Tatkala, Aera mendorong dada Taehyung. Aera melihat Jungkook dan seorang wanita—keluar dari mobil.

"Taehyung, aku---,"

"Aku apa?" Taehyung marah, "lihat bukan? Jungkook baru pulang dengan keadaan mabuk. Dia juga tidak sendirian. Ada wanita lain bersamanya."

Waktu yang tepat, batin Taehyung. Lidah licinnya mulai menghasut. "Pertanda, dia juga punya oranglain. Kau tidak bersalah, yang salah itu—kalian memaksakan diri tetap bertahan."

Ada benarnya, tetapi Taehyung ini pintar menghasut. Api-api kebenciannya muncul, ia tidak suka Aera menolaknya demi Jungkook. Taehyung begitu cemburu. Inginkan, semesta Aera hanya berputar padanya saja. Hanya dia satu-satunya. Bahkan, rela menjadi yang kedua demi meraih posisi utama.

"Taehyung, aku lelah sekali." Aera gelisah, ia menunduk.

"Kau bukan lelah tapi menghindariku. Harus berapa kali ku katakan? Aera, aku sangat mencintaimu. Tolong mengerti diriku." seolah sedih dan terluka. Padahal, ia senang dalam hati—kehancuran hati Aera berpeluang besar baginya. Taehyung takkan menyia-nyiakan kesempatan di depan mata.

Satu tarikan napas terdengar, Aera tampak berpikir. Ia kebingungan, menunggu kepastian. Hatinya dilema.

"Malam ini aku sudah mengambil keputusan." mengepalkan tangannya, Aera menatap Taehyung.

Pria Kim itu senang sekali. Tahu jawaban Aera yang selanjutnya. "Aku muak menunggu. Ini saatnya aku lepas dari Jungkook."

******

"Heejin-ah..."

Suara, Jungkook amat frustasi. Semesta tertawa melihat kebodohan pria itu. Luluh dengan mantan kekasihnya yang menjelma sangat manis. Heejin mencium bibirnya dan mengatakan rindu berkali-kali.

"Koo, aku merindukan kita." bisiknya, "aku tidak peduli—kau sudah menikah."

"Aku juga tidak peduli, Heejin." Jungkook menjawab dengan nada kesal, yang ada di bayangannya—Heejin adalah Aera. Kesadarannya belum penuh.

Akan tetapi, ia tahu sedang berbicara dengan siapa. Heejin itu wanita lemah lembut, penurut. Cocok disandingkan dengan Jungkook yang keras kepala. Pun ia tak dapat menolak, Heejin duduk di pangkuannya dan melakukan kesalahan. Hal gila yang Jungkook inginkan dari Aera. Ia dapat dari Heejin.

Di ruang tamu, neraka itu terjadi. Jungkook begitu cepat melampiaskan amarahnya—dengan melakukan hubungan seks. Secara kasar. Sampai, Heejin menjerit nyaring.

Suara jeritan Heejin di dengar oleh Aera. Wanita berambut sebahu itu, membungkam bibirnya sendiri—mengurungkan langkah kakinya yang hendak masuk ke dalam. Aera mengatur detak jantungnya, ia merogoh ponsel di dalam tas. Berharap, Taehyung masih ada di parkiran. Pesannya di balas cepat, Aera menutup pintu perlahan, takut ketahuan.

Dadanya terasa di remas kuat. Aera meneteskan air mata. Mengasihani dirinya yang bodoh. Tangisan itu tak bisa di redam, kala Taehyung menghampirinya dan memeluk Aera. Dari sejak pertama mereka saling kenal, Taehyung menjadi obat terampuh untuknya. Happy pill, pemancing api kesenangan, gairah, dan menghilangkan duka.

"Sshhh, sudah jangan menangis. Kau wanita yang kuat." Taehyung mengusap punggung Aera. "Aku berjanji. Akan selalu menemanimu, hingga kita berdua kembali bersama."

"Bawa aku pergi bersamamu, Taehyung."

"Kau tidak keberatan kuculik?" Taehyung terkekeh, "sayang, kau istrinya Ryu Jungkook. Aku hampir gila jika menyulik istri orang. Apalagi membawamu ke tempat jauh. Bisa-bisa setiap malam, kubuat kau sibuk di atas kasur."

"Aku menginginkanmu." jawab Aera, tangannya meremas jas Taehyung.

"Ap-apa?" sampai, kehilangan kata sebab Aera mengalungkan lehernya, dan dalam waktu cepat—mengecup bibirnya singkat.

"Iya, Taehyung. Aku mau kita kembali."

"Kau serius?!" saking bahagianya berseru.

"Sangat. Tidak ada gunanya aku membuang waktu dengan pria kasar itu."

Taehyung tersenyum penuh arti. Menggandeng tangan Aera, menuntunnya masuk ke dalam mobil. Tidak usah di tanya lagi, apa yang terjadi selanjutnya. Kedua pasangan itu, berciuman panas. Menyentuh satu sama lain—napas tersengal-sengal. Taehyung terbakar, membuka kancing kemeja Aera.

"Tae, tunggu sebentar..." Aera dibuat terkejut, Taehyung benar-benar nakal, "jangan di sini. Aku mau di apartemenmu. Di sana, sepuasnya. Cintai aku."

Pertama, yang Taehyung suka—Aera juga nakal padanya. Dan kedua, tidak malu-malu mengungkapkan.

"Besok pagi kita ke Daegu." dengan usapan sensual di leher Aera, Taehyung menggigit bibir bawahnya, "rumahku yang ada di sana, jauh dari keramaian. Cocok untuk berdua."

"Apa pun untukmu, Taehyung." demi menutupi rasa sedihnya, Aera bertingkah manis, "sebelum pergi. Boleh aku meminta sesuatu darimu?"

"Tentu, sayang." pria sehangat Taehyung, idaman Aera.

Tidak ada yang Aera butuhkan selain hangatnya kasih sayang. Serta pelukan di kala sedih. Sederhana, hanya itu yang dia mau.

"Katakan apa? Aku bersedia melakukannya." meyakinkan, Taehyung menunjukkan binar mata yang penuh harap.

"Aku mau—kau menghamiliku."

Dua bola mata Taehyung melebar. "Sayang, maksudmu..." gugup setengah mati, "kau mau, hamil anakku?" diperjelas lagi. Taehyung terkejut bukan main.

"Kalau tidak mau---,"

"Oh, mau!" langsung menyela, memeluk Aera detik itu juga. "Berapa anak? Lebih dari lima, aku sanggup membuatmu hamil."

Sial.

Aera tertawa, ia menepuk punggung Taehyung. Sejujurnya sangat bahagia, karena Taehyung menjadi seseorang yang paling ia butuhkan. Terdengar jahat, memanfaatkan Taehyung untuk berlari dari Jungkook. Tetapi, Aera pantas memperjuangkan kebahagiaannya.

"Dan jangan pernah pergi, Aera. Aku takkan melepas, saat dirimu memilihku. Tidak ada jalan untuk kembali."

[]

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang