13. Addicted

1.4K 138 21
                                    

Air mata terbuang percuma. Tidak ada gunanya menangis. Hanya membuang-buang energi saja, tetapi dengan menangis setidaknya Aera merasa lega. Meski, ia meminta Taehyung menjauh. Pria itu tetap berlarian dalam hidupnya. Seperti malam ini, setelah bertengkar—Aera dapat dengan mudahnya luluh. Didekap hangat oleh Taehyung. Hati Aera terlalu lemah, terperdaya. Tapi, sejujurnya Taehyung benar-benar tulus memeluk Aera. Taehyung tak pernah bohong jika soal perasaan. Berbeda, tentang hal-hal lain yang tentunya ia dalam sekejap berubah jahat—demi meraih keinginannya.

Mengusap pucuk kepala Aera, pun Taehyung berbisik rendah. "Istirahatlah, jangan menangis lagi."

Entah, Aera harus menjawab apa. Yang jelas ia masih kesal. Bodohnya ia larut seperti hati dan jiwanya di aduk-aduk. Aera menarik napas dalam, mendongak memandangi wajah Taehyung yang juga menatapnya.

"Kenapa sulit sekali membencimu?"

"Semakin kau berusaha membenciku. Kau justru setiap hari, jatuh cinta padaku."

Percaya diri sekali, batin Aera. Kemudian, ia berniat melepas pelukan Taehyung. Sayang, Taehyung tidak mau melepaskan Aera begitu saja.

"Di sini dulu sebentar." bisik, Taehyung. "Dua hari tidak bertemu denganku. Kau merindukan sentuhan dariku bukan?" tangannya memainkan kancing kemeja Aera. "Aku merindukan---"

"Just shut fuck up. Ini larut malam, aku sangat mengantuk." geram, Aera.

Taehyung terkekeh, "Aku suka kau yang marah. Seksi."

"Oh, bukan waktu yang tepat kau memujaku." merotasikan matanya, wanita itu akhirnya berhasil lepas dari predator semacam Taehyung, "Sebelum tidur, sebaiknya kau mandi. Dan jangan menanggapi kalimatku ini dengan balasan yang kotor."

Aera selalu tahu isi kepala Taehyung, yang membuat pria itu tertawa kecil ketika Aera berjalan meninggalkannya. Cintanya untuk Aera begitu besar, hingga sulit membedakan yang mana cinta dan obsesi. Kedua-duanya menyatu.

******

Tak membutuhkan waktu lama bagi Jungkook, kembali pulih. Ia kini akan menyelesaikan masalah yang membuatnya muak. Kendati, Jungkook rasanya sulit melepaskan. Begitu mencintai Aera, berusaha membangun rumah tangganya kembali. Namun, usaha kerasnya gagal. Jungkook terlambat. Awalnya ia yang membenci perjodohannya dan Aera, berakhir jatuh cinta.

Jungkook tersenyum manis ketika Ayah mertuanya berjalan ke arahnya. "Ada apa, Jung? Apa ada sesuatu yang penting? Kau tidak biasanya datang ke rumah Ayah sepagi ini."

"Iya, Ayah. Aku ingin membicarakan hal yang penting. Ini tentang hubunganku dan Aera." langsung pada intinya, Jungkook membuka suara tanpa ragu, "aku dan Aera, mau---,"

"Wah, ada Jungkook di sini!" Aera berteriak melengking, bergembira menyambut Jungkook, "kebetulan sekali, ya!"

Dalam hati, Jungkook mengumpat kesal. Apa-apaan reaksi palsu itu?

"Ayah, aku dan Jungkook datang—mau memberi tahu soal proyek kerja sama perusahaan kita. Benar kan Jung?"

Sejak kapan Kim Aera berubah menjadi wanita ular begini? Jungkook aneh sendiri. Kalau sudah lebih dulu bicara, ya mau bagaimana? Jungkook tak dapat membantah. Agaknya, Aera tertular liciknya dari Taehyung, pikir Jungkook kesal.

"Noona, bisakah kita bicara di kamarmu saja berdua?" bukan sebuah pertanyaan melainkan ajakan.

Di sisi lain, Taehyung menunggu diselimuti rasa cemas. Mencengkram setir kemudi mobilnya, Aera lama sekali. Rasa-rasanya, Taehyung ingin masuk ke rumah orangtua Aera—membocorkan rahasia mereka.

Tiba di kamar Aera, Jungkook tidak lagi bersabar. Pria itu memegang kedua pundak Aera—menatapnya begitu tajam. "Kau mempermainkanku lagi, Aera?" tatapan Jungkook bak sebilah pisau yang menghunus jantung Aera.

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang