31. Promise

823 113 10
                                    

Begitu banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat. Aera memejamkan mata dan merasakan dirinya limbung karena lelah. Sepertinya, hanya ada satu hal yang harus dilakukan-segera pulang dan pergi tidur.

Alih-alih berniat pulang, semua kejadian yang dialaminya terus berputar dibenaknya. Taehyung mungkin ingin memberi Aera sedikit waktu untuk sendiri. Tetapi, faktanya-pria itu melupakan sesuatu. Ryu Jungkook yang masih ada di kantor Aera, setia menunggu.

Apakah tidak terlalu naif, kalau berpikir bahwa kedatangan Jungkook ingin membahas bisnis? Sudah jelas, Jungkook mencoba mengambil keuntungan dari hubungan "sahabat dekat" di antara dirinya dan Aera. Apalagi alasan Jungkook rela menunggu?

Kesalahan terbesar Aera adalah bertemu Jungkook di waktu yang tidak tepat. Di saat wanita itu sedang frustasi terus memikirkan nasib hubungannya dan Taehyung. Sedangkan, peran Jungkook pun datang menggoyahkan hatinya.

"Apa noona baik-baik saja?" Jungkook bertanya hati-hati, kala Aera duduk di sebelahnya.

"Apa aku terlihat baik-baik saja di matamu?" Aera memijat pelipisnya, duduk dengan lunglai sesekali menarik napas dalam menenangkan dirinya sendiri.

Jungkook menggeleng setelah beberapa saat memandangi raut wajah Aera. "Maaf, jika kedatanganku membuat noona tidak nyaman." sejujurnya, Jungkook menyesali itu. Dia mendadak bodoh dan mementingkan egonya, ketimbang harga diri yang selama ini ia pertahankan.

"Jangan berkata seperti itu, Jung. Lagi pula kau sudah mau meluangkan waktu dan menungguku. Kurasa aku membutuhkan teman untuk berbagi cerita selain Gaeul." Aera tersenyum menatap Jungkook, hal yang seketika mengundang debar bagi pemuda Ryu itu.

Mencari topik pembicaraan terasa amat sulit, kala berhadapan dengan wanita secerdas Kim Aera. Jungkook mengulas senyuman canggung, sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak mengucapkan kalimat yang tak seharusnya.

Jungkook masih mencintai Aera, dia berusaha mengubur perasaan itu.

Lebih dalam ia memikirkan Aera, kini lebih jelas wanita itu memang sedang berada di posisi sulit. Jungkook tidak bisa mengabaikan saat Aera membutuhkannya. Pada akhirnya, Ryu Jungkook lemah melawan hati.

Bahkan, Aera tak menyadari-secangkir teh dan kopi dibawakan untuknya dan Jungkook. Aera benar-benar sibuk tenggelam pada lamunannya.

Menarik cangkir teh itu ke arah Aera, Jungkook pun membuka suara. "Minumlah tehnya, noona. Kau boleh bercerita dan menghubungiku, kapan pun yang kau mau."

Apa yang diucapkan Jungkook, Aera tidak memiliki jawaban atas perasaan yang ditimbulkan pria itu dalam dirinya.

******

Malam ini terasa panas dan sesak, Aera pulang dan menangis seorang diri di apartemennya. Meluapkan kemarahan yang ia tahan. Dekapan hangat Taehyung tertinggal dengan perasaan cinta itu untuknya. Semakin ia memikirkan hal itu, membuatnya teringat pada masa lalu. Pernikahannya yang gagal, apa semua ini hukuman? Belum cukup penderitaannya selama ini?

Kemudian bel apartemennya berbunyi, dan ketika ia menyalakan layar keamanan, terdengarlah suara Taehyung.

"Taehyung, kau!" jeritnya di interkom. "Apa-"

"Biarkan aku masuk, Aera." pinta, Taehyung.

"Tapi-"

"Aku tidak akan pergi." tegas, Taehyung. "Jadi, kalau kau lebih suka melihatku mati kedinginan di sini, atau kau terlalu pengecut untuk menemuiku-"

"Aku tidak begitu!"

"Kalau tidak, biarkan aku masuk."

Aera menggertakkan giginya, sungguh ia belum mau bertemu Taehyung. Lalu ia memandangi dirinya yang tampak menyedihkan di cermin, buru-buru mengganti pakaian dengan blus kuning dan celana pendek putih. Aera masih mengancingkan blus itu sewaktu bel apartemen terus berbunyi. Terlebih, tak tahu apa maksud kedatangan Taehyung di malam hari begini? Tanpa memberinya kabar.

"Apa?! Kim Taehyung ini sebentar lagi larut malam!" ujar Aera galak.

Tatapan Taehyung menuruninya dan menatap di kaki telanjang Aera. Taehyung masih berbusana rapi, dalam kemeja putih yang lengannya digulung sampai ke siku. Sangat menggambarkan sosok pria tampan berkuasa.

"Kuharap aku tidak membuatmu bangun dari tempat tidur-atau mengganggu sesuatu?" sorot mata Taehyung berkelana ke atas dan singgah di blus Aera.

Aera melirik ke bawah dan mengutuk dirinya sendiri di dalam hati, karena blus itu dikancing sembarangan. "Tidak, tapi-"

"Mengenai kedatanganku yang bertamu semalam ini..." akhirnya tatapan mereka beradu ketika Taehyung menyela apa yang hendak dikatakan Aera. "Kau hamil, kan?"

Mulut Aera ternganga mendengar itu. Barulah ingin protes, Taehyung lagi dan lagi menyela. Seolah memang Taehyung tidak mau mendengar penjelasannya.

"Jangan katakan padaku bahwa itu tidak terpikir olehmu?" Taehyung menerobos masuk, melangkah melewati ambang pintu, menutup pintu apartemen Aera dengan wajah kesal.

Nyaris saja Aera tersandung setelah ia mundur beberapa langkah. Beruntungnya, Taehyung mengulurkan tangan dan memeluk pinggang Aera. Kemudian, Taehyung berdiri sambil mengamati wajah Aera. Sampai akhirnya pria itu tak tahan, berucap pedas, "Hanya kau yang bisa sebodoh ini, Aera. Mual di waktu pagi, terlihat pucat-"

"Siapa... siapa yang mengatakan padamu bahwa aku mual di waktu pagi?" Aera kebingungan.

"Gaeul dan sekretarismu. Mengapa kau merahasiakan ini padaku? Mengapa juga Gaeul baru memberi tahuku dan berpura-pura tak menyadari ini?" Taehyung marah tetapi berusaha berbicara dengan kepala dingin.

Sementara, Aera cukup terkejut hingga tidak melawan saat Taehyung menuntunnya untuk duduk di sofa ruang tamu. Dia hamil? Yang benar saja? Aera terdiam, ia mengalami begitu banyak tekanan, hal yang membuatnya makin tersiksa.

Kepala Aera berputar, ia mendadak jadi sepucat kertas. Meski dirinya tak langsung memberi tahu kondisi kesehatannya, Taehyung teramat mudah mendapatkan informasi itu.

"Aku belum tentu hamil, Taehyung. Mungkin asam lambungku-"

"Apa kau sudah memastikannya ke dokter?" Taehyung tampak khawatir, ia mendekat merangkul pundak Aera.

"Tidak. Dan belum." kegugupan Aera bertambah.

"Jadi kau belum mengaku pada diri sendiri jika mengandung anakku?" Kim Taehyung dan prasangkanya, menuntut Aera menjawab. Seperti tak sabaran dan mengharapkan itu benar terjadi.

Bibir Aera terbuka, ia tersedak air ludahnya sendiri. Menemukan wajah Taehyung yang berseri penuh harap, tak lantas membuatnya bahagia. Dia justru takut menghancurkan impian Taehyung, bila kenyataannya jauh dari harapan.

"Sudah kubilang aku belum tentu hamil."

"Dan aku ingin kau hamil." tidak suka dibantah, Taehyung lalu melembutkan tatapan matanya, "pergi tidur. Aku akan menemanimu pergi ke dokter besok."

"Taehyung..." Aera memanggil dengan suara putus asa. Kedua bola matanya berkaca-kaca, tak sanggup berbicara lagi.

Ada kalanya di mana Taehyung begitu hangat, dewasa, dan lemah lembut. Pendamping yang teramat Aera butuhkan. Mendekap erat tubuh Aera, dan menghujani dengan kata cintanya.

"Tenanglah, jangan pikirkan apa pun selain aku. Ingat janjiku, aku selalu mencintaimu."

[]

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang