32. Baby [Final Chapter wp ver]

1.7K 120 18
                                    

Jangan lupa baca A/N di akhir bab ya! Selamat membaca!






Pagi harinya, sebelum Taehyung bangun-Aera dengan cepat memperbaiki penampilannya, membasuh wajahnya dan merapikan rambut. Ketika ia kembali, berniat ingin membuat sarapan pagi-rupanya, Taehyung sudah menggantikannya mengambil alih melakukan itu.

Aera menghela napas saat duduk berhadapan dengan Taehyung, pun segelas cokelat hangat di atas meja yang masih beruap. "Terimakasih, pagi ini aku memang membutuhkan cokelat hangat. Tapi, Taehyung kau tidak perlu repot---,"

"Aera, kalau kau mengatakan hal itu sekali lagi, aku akan terpaksa menciummu."

Mengangkat gelasnya, Aera memandangi Taehyung lewat pinggir gelas itu. Semalam tidurnya tidak nyenyak, mungkin juga Taehyung menyadarinya yang terlalu sering mengubah posisi tidur. Terlebih lagi, lingkaran seperti memar di bawah matanya, itu semua menjadi bukti bahwa Aera sempat menangis dalam diam.

Ketakutannya makin hari kian bertambah. Meskipun jelas suasana hatinya jauh dari kata baik, Aera berusaha memaksakan diri untuk tersenyum. Dia tidak mau Taehyung khawatir. Sayangnya, pria Kim itu tak pernah bisa dibohongi.

Seusai meneguk cokelat hangatnya, Taehyung pun tidak mau menunggu Aera bicara. Cukup dari pancaran mata gelisah itu, dari ekspresi takut yang disembunyikan, terlalu mudah bagi Taehyung menebaknya.

"Aku mandi duluan. Habiskan sarapanmu." ujar Taehyung dingin. Kehabisan cara menghadapi keras kepala Aera.

"Apa kau menghindariku?" Aera tiba-tiba beranjak dari duduknya, berdiri menatap mata Taehyung dengan jengah, "Taehyung, hubungan kita sudah sangat rumit. Berhenti membuatku terlihat buruk."

Ini yang lebih Taehyung khawatirkan. Saat Aera dikuasai kegelisahan tanpa henti.

"Tidak ada yang membuatmu merasa buruk. Kau yang semakin memperburuk keadaan, memangnya kau mau kita bertengkar pagi-pagi begini?" Taehyung menjawab sambil menghela napas dalam, membalas tatapan mata Aera lemah lembut dan tak meninggalkan ketegasannya.

Di waktu yang penuh api amarah, Taehyung mampu memadamkan api amarah itu pada Aera.

Sedangkan, semua saraf di dalam tubuh Aera menjerit menyuruhnya mengatakan kepada Taehyung, bahwa untuk memberinya sedikit ruang mengungkapkan sesuatu yang menyesakkan dadanya.

"Tidak," Aera membuka mulut setelah jeda beberapa detik, "sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kukatakan."

"Tidak perlu. Jika itu membuatku marah, tidak perlu mengatakannya. Aku tahu saat ini kau cemburu." jawaban enteng Taehyung memancing Aera tersulut emosi. Agaknya, Taehyung yang sekeras mungkin bersabar hati, tetapi kesabarannya menipis seiring Aera terus meributkan ini.

"Ya. Aku cemburu. Sangat cemburu. Aku tidak pernah membayangkan, bersaing dengan wanita yang memiliki anak darimu."

"Oh, bagus. Aku suka akhirnya Kim Aera mengaku juga." Taehyung terang-terangan memutar bola matanya.

Terkadang, Taehyung sulit memahami Aera. Wanita dan pemikirannya, adalah hal yang membingungkan.

Namun, tatkala Taehyung menghampiri Aera-sengaja, menciptakan momen menegangkan bagi wanita itu. Menarik sebuah senyuman tipis di sudut bibirnya, pun sedikit menunduk demi menyamai tinggi badan Aera. Nyaris saja, Taehyung tertawa mendapati Aera yang menahan napas. Kalimat yang susah payah disusunnya, menghilang begitu saja.

"Mengapa tersenyum di depanku?!" Aera menekan nada bicaranya.

"Bertengkar denganmu dan mengakhirinya karena kau lucu. Tadinya, aku ingin sekali membuatmu semakin marah padaku."

"Kim!"

"Aera, ayo mandi berdua."

******

Seokjin diam-diam memperhatikan Jungkook yang tersenyum sendirian. Apa yang membuat adiknya itu tersenyum saat rapat berlangsung?

Seokjin menyikut lengan Jungkook. "Jung, kau tidak gila setelah menjadi duda kan?"

Jungkook tertawa. "Tentu saja tidak, Kak."

"Lalu? Mengapa tersenyum-senyum sendiri begitu?" Ryu Seokjin tak diragukan selalu ingin tahu tentang adiknya.

Sejak kemarin, wajah Jungkook terlihat gembira. Seperti teka-teki yang harus dipecahkan, tak mungkin kegembiraan hati seorang Ryu Jungkook tanpa sebab.

"Tidak ada. Aku hanya sedikit senang, mungkin?" Jungkook tersenyum lagi, sambil menulis sesuatu di secarik kertas-kemudian, memberikannya pada Seokjin.

Seokjin bertanya-tanya, "Mungkin?" kertas itu sampai di tangannya, pria itu hampir berteriak kalau saja tak menahan diri dan umpatan dalam hati, "jangan gila, Jung. Taehyung yang jadi duri dalam rumah tanggamu dulu, lupakan perbuatannya. Tidak mungkin setelah itu semua terjadi, kau yang akan---,"

Pasalnya, di sana tertulis nama Kim Aera. Tidak dijelaskan pun, Seokjin paham betul apa maksud tersembunyi di balik tulisan Jungkook. Firasat, Seokjin langsung berubah buruk. Jangan sampai adiknya melakukan sesuatu di luar dugaan. Jungkook tak mudah ditebak, tetapi ketika Seokjin menilik sebuah senyuman tipis samar di bibir adiknya-firasat buruk itu terus menghantui.

"Menjadi duri juga? Ya, tidak mungkin. Kecuali, jika Taehyung mengecewakan Aera. Aku takkan membiarkannya, Kak."

******

'Apakah yang baru kudengar tadi adalah mimpi?' batin, Aera saat dirinya dan Taehyung keluar dari ruang dokter kandungan. Taehyung tersenyum bahagia seraya merangkul pundak Aera, membawanya menuju parkiran mobil.

Pada akhirnya, Aera menemukan dirinya yang sangat bodoh akhir-akhir ini. Penuturan dokter tadi, membuat dirinya tak langsung memercayainya. Sebelum, hasil tes pemeriksaan itu ia baca sendiri.

"Ada apa hem? Kau ingin makan sesuatu?" Taehyung bertanya pada Aera seusai ia menutup pintu mobilnya.

"Tidak, Taehyung aku-"

"Iya, kau hamil anakku." diperjelas agar Aera tenang, tak lupa senyuman manis dan usapan telapak tangan hangat yang Taehyung beri di pipi Aera, "walaupun tidak terlalu sering melakukannya karena aku sibuk... Kau tidur denganku saat masa subur, jadi, Aera-"

"Sudah sangat cukup penjelasannya!" Aera membekap pelan mulut Taehyung, dia malu. "Yang jelas aku tidak mau berjalan di altar dalam keadaan perut yang besar! Kau harus secepatnya menikah denganku!"

Bola mata Taehyung membesar. Well, dia memang akan menikahi Aera secepatnya tanpa wanita itu minta. Aera tak tahu, Taehyung bahkan mempersiapkan semuanya sejak beberapa minggu lalu. Semua persiapan pernikahan telah selesai, tinggal menunggu waktu untuk memberi tahu kabar baik ini pada orangtua mereka.

Tangan Taehyung melepas tangan Aera yang membekap mulutnya, lalu tangannya yang lain menepuk puncak kepala Aera. "Tidak boleh marah-marah terus."

"Aku jadi ingin memelukmu seharian, tahu." Aera melempar senyuman manisnya, "apa tidak ada yang ingin kau katakan? Paling tidak, kalimat manis?"

"Kalimat manisnya mau diganti saja?" Taehyung mendekatkan wajahnya, mata indahnya menatap Aera sangat dalam, dari sana ia menyampaikan seluruh rasa sayangnya.

"Diganti dengan apa?" mata Aera berbinar, menanti jawaban.

Sayangnya, waktu Kim Taehyung tak pernah habis untuk menggoda dan menimbulkan rona kemerahan di pipinya. Hari ini menjadi hadiah terindah dari tuhan untuk kedua insan itu. "Ciumanku. Kau menyukainya kan?"

[]

A/N author note :

Helo this is El speaking!
How's your day Winny? I miss you so much!
Oh ya, mungkin yang sudah membaca DP (sebelum aku re-pub) tau habis bab ini, masih ada kelanjutannya. Tapi, dengan berat hati. Aku memutuskan untuk menamatkan DP versi wattpad sampai disini. Semoga kalian tidak kecewa dengan keputusanku. Karena, aku pernah bilang kalau DP akan dijadikan ebook, bukan?

Nah! Itu jawabannya. Dirty Proposal bisa kalian baca kelanjutannya di ebook nanti. Aku belum bisa menentukan kapan pastinya open PO, sebab saat ini aku sedang hiatus.

Terimakasih banyak untuk kalian semua yang telah memberikan komentar, vote dan dukungan buatku! I promise, i will be back! Love you Winny!

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang