29. More Than Enough

783 94 8
                                    

Setelah kalimat tegas itu terucap, kedua lutut Aera melemas tatkala Taehyung kembali mempertemukan labium mereka. Sensasi ciuman Taehyung bahkan lebih dari sebelumnya, Aera tak diberi kesempatan untuk protes maupun menolak. Terus menerima hingga Taehyung melepas mantelnya dengan terburu-buru.

Kemudian, perlahan membawa Aera ke sofa ruang tamu yang gelap. Pencahayaan minim seperti ini, tidak menghalangi jalan Taehyung. Bibir dan tangannya bekerja bersamaan, mencium pun melepas pakaian Aera begitu lembut. Tentu, dibuat terlena tak sanggup menolak, terlalu candu.

Di saat Aera berhenti-mengambil napas, matanya menyaksikan Taehyung membuka kaus hitamnya, pemandangan yang membuatnya terpaku. Pipi wanita itu mulai memerah malu. Padahal, Aera masih memakai satu-satunya kain tipis di atasnya-tetapi, mengapa seolah mereka melakukan untuk pertama kali?

Matanya bertemu pandang dengan pupil Taehyung yang terus menatap tanpa henti. Aera ragu mengeluarkan suaranya, beruntung Taehyung memahami. "Bisakah bantu aku membukanya?" lalu, pandangannya turun ke bawah, sehingga Aera mati-matian menahan semburat kemerahan pipinya.

Seluruh tubuh Aera merinding, bodohnya ia tak ragu membuka kancing dan menurunkan ritsleting celana jeans Taehyung. Belum berhasil terbuka semuanya, Taehyung membungkam bibirnya lagi. Aera pikir dia sudah gila malam ini, tahu bahwa Taehyung telah berubah menjadi harimau yang siap menerkamnya.

Embusan napas Taehyung, menerpa begitu hangat di permukaan wajah Aera. Jantung Aera berdebar kencang, seiring bibirnya membalas ciuman yang terus menuntut.

"Aera..." bisik Taehyung lembut dengan suara serak yang Aera sukai.

Dipanggil pun bisikan yang terdengar di telinganya, mengundang kenikmatan merambat naik. Aera membiarkan Taehyung melepaskan masing-masing tali yang terikat di bahunya. Hal itu Aera biarkan karena Aera begitu menyukainya, suka sewaktu jemari indah Taehyung menyentuh kulit halusnya.

"Ke mana perginya Aeraku yang suka menjadi dominan?" Taehyung bertanya, bola mata besarnya bak menelanjangi Aera, "apa kau gugup? Tubuhmu dingin."

Aera benar-benar sulit menjawab, entah mengapa dia berubah sangat pemalu malam ini. Taehyung jelas terkejut pun tak berbohong jika menyukai Aera yang malu-di matanya, Aera begitu manis.

"Jawab aku Aera. Kalau tidak mau menjawab, cium aku lagi."

Wanita itu sedikit bangun, meneliti wajah Taehyung dan tersenyum. "Apa yang membuatmu bisa semesum ini Tuan Kim?"

"Kau." Tak Aera sangka kepala Taehyung merendah, memberikan kecupan manis di pundak Aera.

Ada jeda beberapa detik, sebelum akhirnya kecupan Taehyung berlanjut pada leher Aera. Mendongkak, memberi Taehyung ruang. Sebenarnya, Aera tahu apa yang saat ini tengah Taehyung pikirkan. Fantasi menggiurkan, pikiran yang hampir membuat Aera kehilangan kewarasannya.

Waktu seolah berhenti, kala Taehyung memulai semuanya. Tangannya perlahan-lahan menggenggam tangan Aera-terkulai, lemas di bawahnya. Aera pikir ia sudah tenggelam pada aura dominan Taehyung.

******

Lengan Taehyung menjadi tempat ternyaman untuk Aera berbaring. Menghabiskan malam-malam terindah bersama pria yang dicintainya, terlelap di balik selimut hingga pagi menjelang.

Dia sudah bangun terlebih dahulu, sebelum Taehyung menggodanya. Tetapi, enggan beranjak meninggalkan pria itu. Memandangi wajah tidur Taehyung yang lucu dan manis.

Terdiam beberapa saat, Aera pun mengambil buku hariannya. Mencari halaman kosong, menggambar wajah Taehyung tanpa prianya sadari. Lama tak menggambar, ternyata sedikit pun tidak menghilangkan bakat terpendam Aera. Pensilnya bergerak leluasa, Aera diam-diam tersenyum.

"Sedang apa? Ayo, tidur lagi." mendengar suara mengantuk Taehyung, Aera segera menutup buku hariannya-dia, takut ketahuan.

"Tidak ada, aku hanya..."

"Aku mendengar suara pensil. Apa kau diam-diam melukis wajahku?" pertanyaan itu jelas menjebak Aera, terlebih senyuman Taehyung yang langsung menduga tepat sasaran.

Taehyung menggoda lagi. "Iya kan? Coba aku mau lihat."

"Tidak mau. Kembali tidur, Taehyung."

"Tidak mau juga." senyuman Taehyung makin lebar, sangat manis.

Tidakkah Taehyung tahu? Efek senyum itu sangat menggetarkan jiwa Aera. Rasanya, Aera ingin menghujani Taehyung dengan kecupan-kecupan sayang di pipi. Teramat menyayanginya sampai jantungnya sakit, setiap hari mungkin berdebar keras.

"Taehyung, kenapa kau membuatku jatuh cinta setiap hari begini?" ini terlalu tiba-tiba untuk Taehyung, dia bahkan belum jelas mendengar ungkapan Aera.

"Baru saja kau bilang apa?" Taehyung meminta Aera mengulang, "aku tidak salah dengar kan?"

"Tentu saja tidak. Dan sayangnya aku tidak bisa mengulang kalimatku."

"Wah, Aera yang dingin telah kembali. Aku kecewa."

Keduanya saling melempar tawa. Percakapan manis di pagi hari yang takkan mungkin Taehyung lupakan. Aera tanpa riasan di wajahnya, lebih menarik di mata Taehyung.

Namun, suara tawa mereka berhenti ketika ponsel Taehyung berdering.

"Biarkan saja. Aku malas menerima telepon sepagi ini, Aera." Taehyung, merengek. Tangannya terulur ingin mendekap Aera, "kita tidur lagi atau berkencan di rumah seharian. Aku tidak mau pergi."

Aera mengabaikan, ia mengambil ponsel Taehyung dan melihat nama pemanggil yang tertera di sana, dengan terkejut.

"Siapa?"

"I-ibumu."

Terperanjat, Taehyung melebarkan matanya. "Abaikan panggilannya. Kau tidak mau kan? Telinga kita berdua berdengung mendengar ocehan ibu." gerakan Taehyung cepat sekali, mengambil ponsel di tangan Aera dan tanpa pikir panjang mematikan daya ponselnya.

"Bagaimana kalau teleponnya penting?" tanya Aera cemas.

Seperti sebuah takdir yang tak dapat dihindari. Ponsel Aera berdering setelahnya, tentu dengan nama pemanggil yang sama-ibu Taehyung.

"J-jangan di jawab Aera---,"

"Ya, ibu?" terlambat, Aera menjawab teleponnya. Dia perlu membungkam pelan mulut Taehyung dengan telapak tangan. "Hem, Taehyung ada di sini. Belum, dia belum bangun. Baiklah, akan aku sampaikan bu." sambungan telepon terputus, sesudahnya helaan napas berat terdengar.

Aera menyembunyikan raut wajah sedihnya. Dia tidak pernah memikirkan masalah ini pasti akan terjadi. Pun terlalu mudah bagi Taehyung untuk mengetahuinya.

"Dia memintaku menemani Sellyna datang ke acara pertemuan orangtua. Aku tentu tidak bisa datang, kau tahu jadwalku padat akhir-akhir ini." Taehyung berterus terang. Bukan ini titik permasalahannya.

Sejujurnya, yang mengganggu Aera-mengapa, ibu Taehyung tampak lebih mengutamakan Sellyna dibandingkan dengannya? Aera seakan terasingkan karena kehadiran Gilly. Dia berusaha mengenyahkan pikiran buruk itu.

"Kita bisa datang bersama, Taehyung. Aku juga boleh menemanimu bukan?" pemikiran cerdas Aera perlu di saat mendesak, dia jelas tak mau kalah, "kapan acaranya diadakan?"

Taehyung menyadari sesuatu, tersenyum menggoda. "Oh, kau cemburu?" Aera yang diam, makin menguatkan firasat Taehyung, "Aera, jangan khawatir. Sampai kapan pun, kau segalanya bagiku. Seseorang yang saling mencintai, tidak butuh alasan untuk menjelaskan. Kurasa, yang kulakukan semalam cukup membuktikan kau sepenuhnya jadi milikku---,"

"Astaga, apakah itu masih berlaku? Itu pembuktikan untuk menjeratku bukan?" Aera menaikkan alisnya, tak terima.

"Memangnya ada wanita yang hanya menginginkan seks tanpa cinta?" Taehyung menantang, ia sengaja meniup mata Aera. "Tidak ada bukan?"

'Sial, bahkan sampai akhir dia masih saja terus menggodaku.' batin, Aera berteriak kesal.

"Taehyung-"

Membeku tepat ketika Taehyung mencuri kecupan manis di pipi Aera. Mencondongkan tubuhnya ke samping, berbicara setengah berbisik, "Kau dan aku tidur bersama berkali-kali, aku juga sudah melamarmu. Jangan marah. Semua itu fakta yang tidak boleh dibantah, Aera."

[]

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang