6. Bossy

1.8K 206 16
                                    

Hai, Winny! Bab ini gak terlalu panjang. Maaf kalau momen Taehyungnya sedikit :"  belum aja masuk ke konflik yang sesungguhnya. Taehyung nanti beraksi hehe. Ayo tim Taehyung dan Jungkook tunjukkan diri kalian. Atau, Tim mbak Aera yang tidak mau kalah juga?
Happy reading :*

+++



Kim Aera seperti baru saja mendengar alunan piano di dalam hatinya—hanya dia sendiri yang bisa mendengar melodi tuts piano yang memilukan tersebut. Seolah terjebak dalam kesendirian. Pilu. Kepalanya menunduk, memeluk lutut. Jikalau memang harus mengalami luka dan duka berkepanjangan, Aera harus siap menerimanya.

Ia lelah menangis. Namun, ia juga tidak ingin ada oranglain yang melihat kerapuhannya. Sebab telah terlanjur membiarkan luka bersemayam di hati. Semakin terus terluka, hingga yang melukai tidak pernah sadar akan hal itu.

Langit yang begitu gelap, begitu tahu tentang hatinya yang diselimuti kesendirian. Aera menarik napas dalam-dalam, bergumam lirih. "Aku sangat membutuhkanmu." suaranya tercekat, meredam tangisnya. "Tapi, kupikir tidak ada lagi alasanku untuk bertahan. Sudah waktunya aku mengakhiri semua ini, agar tidak ada lagi yang terluka."

Seorang wanita pun jika sudah jatuh cinta dan di kecewakan. Pasti memilih pergi, karena kehadirannya tidak dihargai.

Di sisi lain, Jungkook yang berniat mengetuk pintu kamar Aera—mengurungkan niat. Agaknya, merasa bersalah. Diserang berbagai pertanyaan dalam benaknya. "Sebenarnya kau menginginkanku atau dia?"

******

Untuk menebus kesalahannya, Jungkook rela bangun pagi-pagi. Menyiapkan sarapan pagi—menu sederhana tapi ia bangga membuat roti isi dagingnya sendiri. Well, dapurnya berantakan. Tak apalah, Jungkook sudah melakukan yang terbaik. Tidak ingin setiap pagi, dirinya bertengkar terus dengan Aera.

"Noona, duduklah. Kita sarapan bersama." ujar Jungkook, tak lupa senyuman gigi kelinci yang manis.

"Jung, kau demam?"

"Huh?"

"Iya. Kau demam ya? Apa aku tidak salah lihat? Kau menyiapkan sarapan?"

Hening, beberapa detik. Mata bulat Jungkook berkedip kebingungan. Entah jiwanya berlarian ke mana, mungkin terpesona melihat penampilan Aera pagi ini. Aera sampai perlu melambaikan tangannya, di depan wajah Jungkook. Aneh, tentu. Bukan, seperti Ryu Jungkook yang terang-terangan menunjukkan perhatiannya.

"Cantik sekali."

Dua kata itu Jungkook sebut, matanya tampak berbinar. Aera bukannya senang mendapat pujian, tetapi merasa aneh. Memilih, mengabaikan Jungkook yang tetap memaku di tempatnya. Jungkook omong-omong, belum mandi. Masih memakai piyama, dengan bibirnya yang sedikit menganga. Rasa-rasanya, Aera gemas—mau menjejalkan roti isi ke mulut Jungkook.

"Katanya mau sarapan bersama? Setelah ini, aku---,"

"Bekerja? Menemani mantan kekasihmu?" Jungkook menyembunyikan raut wajah kesalnya, nada bicara pun terdengar santai.

"Koreksi, bukan menemani. Aku memang bekerja dengannya."

"Ya. Bekerja sekaligus menemani bukan?" alis yang menukik itu, mampu menciutkan nyali Aera. "Tunggu aku lima belas menit."

"Jung—"

"Aku ingin mengantar. Bukan ingin memancing keributan." tegas, Jungkook. Kesan manis beberapa saat yang lalu hilang dari wajah tampannya.

******

Kedatangan, Ryu Jungkook pagi ini menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang memandang kagum ke arahnya, di sebelah kirinya Aera hanya memalingkan wajah. Aera malu dan gugup, sebab Jungkook mengantarnya masuk ke dalam gedung kantor Taehyung.

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang