Perasaan itu seperti angin—wujudnya memang tidak bisa dilihat tetapi seseorang mampu merasakan kehadirannya. Aera ternyata tak mati rasa terhadap belaian, kehangatan, dan tubuhnya dipenuhi kenikmatan saat Taehyung memberinya usapan-usapan sensual. Lalu, semakin lama semakin intim.
Aera gemetar tak berdaya ketika gaunnya dibuka dan Taehyung membantunya, melepas gaun hitam itu. Memperlihatkan celana dalam renda, berwarna yang senada, lingerie mungil sebatas perut berbahan nilon tipis. Tanpa bra, karena gaunnya mempunyai bra di dalamnya.
Dia tak merasa telanjang, tatkala Taehyung kembali memeluknya erat dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Aera. Alih-alih Aera merasakan sesuatu yang membuatnya marah, sebab Taehyung berani melakukan hal ini setelah ia mendengar kenyataan pahit itu. Ada rasa menenangkan, yang menyembuhkan hati terlukanya. Seolah merasa hanya mereka berdua yang ada di dunia ini. Aera juga dapat merasakan resah yang ada di dalam diri Taehyung, perlahan menghilang. Bagaimana, Taehyung berusaha keras untuk memberinya kenikmatan dan berhasil melakukannya.
Pada saat Taehyung melucuti pakaiannya sendiri, Aera sudah melayang ke lamunan nirwana. Tak mampu berpisah dengan Taehyung, sangat ingin menyambutnya kembali ke dekapannya. Sangat ingin dibuat merasa begitu ringan, lembut, dan istimewa. Seakan-akan jiwa dan raganya hanya untuk Kim Taehyung. Betapa sempurnanya dada bidang, serta lengan yang volume ototnya bertambah, Aera bahkan lupa caranya bernapas—karena sibuk menikmati keindahan Taehyung di hadapannya.
Sampai tak menyadari, mereka telah memulainya. Perlahan-lahan, Taehyung meningkatkan tempo permainan cintanya. Aera nyaris memekik saat Taehyung bisa membuat bagian tubuhnya lebih terasa sensitif dan sensual.
"Taehyung..." tangan Aera terulur, mengalungkannya di leher Taehyung. Ia terkejut, Taehyung melakukan hal-hal yang terkadang membungkam bibir Aera— terdiam dan terengah dalam satu waktu.
"Ah, itu terlalu dalam."
"Maaf, tahan sebentar lagi." Taehyung menggigit bibir bawahnya, memandangi Aera dengan bola mata yang gelap.
Aera ingin sekali mengatakan kepada Taehyung, bahwa ini pencapaian yang luar biasa yang belum pernah ia alami sebelumnya. Setiap kali mata Taehyung menatapnya, pria itu seperti berkata—percayalah padaku, Aera.
Hingga, Aera menjadi semakin percaya. Dan mampu mengimbangi dalam setiap hal. Mampu membagi dunianya lewat tangan dan bibirnya di tubuh Taehyung, tatkala wanita itu berpindah posisi—berada di atas, mengambil kendali untuk memancing Taehyung mengeluarkan erangan yang begitu berat, dan terdengar seksi.
"Ahh—Aera,"
Tepat pada saat itu, Aera akhirnya memahami apa sesungguhnya kemesraan sejati, antara dirinya dan Taehyung. Tak ada satu hal pun yang bisa maupun ingin disembunyikannya dari Taehyung. Sebab, pria itu telah mengenalnya lebih dari yang Aera bayangkan.
Aera takkan pernah merasa seperti itu bersama siapa pun lagi, selain Taehyung. Jiwa dan raganya terkoneksi, dekat, sangat dekat.
Ketika akhirnya napas mereka kembali tenang, setelah berhasil menjemput kenikmatan. Taehyung membelai rambut Aera dan tersenyum hangat.
"Manis sekali, Aeraku." Taehyung memuja, seketika mendengarnya tubuh Aera menegang. Aera tahu kini pasti wajahnya memerah. "aku suka sisi dominanmu. Terakhir kali—"
Keduanya menoleh kala mendengar suara bel apartemen Aera berbunyi. Kemudian sebuah suara menyeruak melalui interkom apartemen. "Aera noona, biarkan aku masuk—ini Jisung."
Detik itu Aera melihat peringatan keras dari mata Taehyung, peringatan untuk mengabaikan Jisung. Entahlah, Jisung tiba-tiba saja muncul sedikit memancing kekesalan Aera. Di luar sana, Jisung mengetuk pintu lagi sebanyak dua kali, sebelum mereka tak mendengar apa-apa.
Aera menarik diri, duduk sembari mengatur napasnya yang tak beraturan diluputi rasa cemas. Menyusurkan jari-jarinya ke rambut, merapikan rambutnya yang berantakan. Pun membuka mulut untuk bicara, tapi Taehyung cepat menyela.
"Maaf kalau aku mengusir adikmu." ujar Taehyung, matanya menatap Aera dan tangannya berada di atas punggung tangan Aera. Taehyung mengerti, raut kecemasan yang tergambar jelas di wajah cantik itu, "malam ini aku hanya ingin berdua denganmu, tanpa ada gangguan dari siapa pun."
"Taehyung, aku sama sekali tidak tahu Jisung akan—"
"Aera-ya..." tatapan Taehyung kini berubah, begitu dalam, "aku tidak mau mendengar penjelasan, mengapa Jisung tiba-tiba datang tengah malam begini. Yang aku butuhkan, kau—di sini di sisiku." Taehyung memperjelas kalimatnya, sehingga Aera bertambah malu.
Mencoba menggapai selimut yang menutupi tubuh Taehyung, rupanya Taehyung tak membiarkan Aera. Pria Kim itu menggeleng. "Jangan ditutupi. Biarkan aku melihatnya."
"Bagaimana bisa kau—astaga Taehyung!" Aera kebingungan, frustasi, malu—bercampur jadi satu. Sulit merangkai kata di saat ia tengah berperang melawan berbagai macam perasaan, yang muncul menghinggapinya. "aku kedinginan. Jadi, biarkan aku memakai selimutnya."
"Baiklah, masuk ke dalam sini..." Taehyung membuka selimutnya, sorot mata itu membuat Aera merinding setengah mati, "kita berbagi selimutnya. Tapi, tidak usah memakai baju sampai pagi ya?"
Bibir Aera terbuka dan matanya membelalak. Sedangkan, Taehyung tersenyum nakal—jantung Aera membeku detik itu juga.
******
"Nona Kim? Ini, Sellyna—kumohon bisakah kau biarkan aku masuk, aku perlu bicara denganmu."
Di dalam ruangannya, Aera menghela napas sangat berat. Segala emosi yang hilang, begitu cepat merambat naik sekarang. Apa yang ada dipikiran Sellyna? Batin, Aera kesal.
Sellyna mengetuk lagi dan pintu akhirnya terbuka. Kim Aera dengan wajah angkuhnya, pun kemeja satin serta rok di atas lutut. Begitu anggun di depan mata.
"Sellyna, benar kan?" air mukanya kaku, penuh rasa tidak suka. Aera terang-terangan menunjukkannya. Ia tak mungkin menyambut kedatangan Sellyna dengan senyuman manis. Sebab, memang Aera sama sekali tak menyukai wanita itu, "kau tahu? Kaulah orang yang paling tidak ingin kuajak bicara. Sebaiknya, kau pergi dari gedung kantorku."
"Tidak, kumohon jangan banting pintunya di hadapanku." Sellyna, memohon, "aku benar-benar perlu membuat seseorang mengerti, dan aku—"
"Membuat seseorang mengerti?" Aera menyela, matanya menatap tajam, "siapa seseorang yang kau maksud? Jika itu adalah Taehyung, tidak ada gunanya kau mendatangiku. Karena, aku pun tak ada hubungannya dengan masalahmu. Itu urusan kalian berdua.
Kau sudah banyak menimbulkan kegelisahan di hatiku. Aku memperingatkanmu, jangan mengganggu ketenangan hidupku."
Kemudian tak menunggu lagi, Aera membalikkan tubuhnya—menutup pintu secara kasar. Ia mengusir Sellyna, tak peduli—yang ia pikirkan hanya dirinya sendiri. Aera tak mau membuang energinya, repot-repot menanggapi wanita itu. Lagi pula, yang ada masalah dengan Sellyna bukan dirinya—pikir Aera sambil memijat pelipisnya.
Barulah, Aera sejenak ingin menenangkan pikirannya. Pintu ruangannya di ketuk lagi, Aera sungguh marah, mengira itu adalah Sellyna. Kakinya melangkah cepat menuju pintu, dan membukanya. "Sudah kubilang aku—" kalimat dari bibirnya, berhenti. Di sana, berdiri Taehyung dengan raut wajah kebingungan.
"Hei, kenapa kau marah-marah? Seingatku, tadi malam kita tidak bertengkar." Taehyung mengerutkan dahinya, ia berjalan masuk ke dalam.
Menarik napas dalam, Aera tak ragu lagi memberi tahu Taehyung. "Sellyna, dia datang kemari."
"Apa?!" Taehyung jelas, terkejut.
"Ya, wanita tersayangmu dulu. Aku tidak tahu pastinya mengapa dia kemari. Katanya, ingin bicara denganku." Aera melempar sindiran, kesal.
Satu hal yang Aera inginkan, ia begitu ingin Taehyung dan dirinya dapat meraih kebahagiaan. Lalu, mengapa rasanya sulit?
Taehyung tak mampu menyembunyikan kegelisahannya, ia mendekat untuk memeluk Aera. "Aku mohon, jangan bicara dengannya. Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini. Kau hanya perlu berada disisiku, karena kau satu-satunya orang yang bisa membuatku tenang, Aera."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Proposal ✓
FanfictionPerjanjian licik serta bagaimana cara mengejar semua yang diinginkan. Semata dilakukannya agar orang yang dia cintai-kembali bersamanya. Kim Taehyung menganggap Aera, semesta. Semesta yang menjanjikan cinta. Kenangan masa lalu yang masih tersisa. Me...