Aneh. Ya sangat aneh mendapati kepedulian yang tiba-tiba muncul seiring rasa ketidakrelaaan mendominasi diri. Jungkook memijat pelipisnya, pun melirik ke arah ponsel yang tergeletak mengenaskan di lantai—hancur sebab dihempas kuat meluapkan kekesalan. Jungkook tidak mau berprasangka buruk. Tetapi sialnya prasangka buruk itu, semakin menjadi mengingat istrinya mungkin sedang bermesraan dengan bajingan yang tak kenal lelah—berupaya merebut hak miliknya.
Bagaimana bisa disebut hak milik? Sedangkan dia saja mengaku tidak peduli? Mari, tertawa terbahak-bahak karena Jungkook melupakan fakta—jika ia selama ini berpura-pura tidak peduli. Dalam arti—dia sengaja membangun benteng jarak di antara Aera, agar wanita itu membencinya. Mengapa demikian? Pada saat itu, Jungkook memanglah sama sekali tidak menginginkan pernikahannya dan Aera terjadi. Jungkook terpaksa, pun berakhir tak mampu mengontrol perasaannya—dia jatuh cinta.
"Tuan Ryu, maaf mengganggu." Yumi datang menghampiri, membawa map cokelat di tangannya lalu memberikan itu pada Jungkook. "Ini dari Detektif Choi. Beliau berpesan, tidak bisa menemui Tuan karena ada urusan."
"Ah, baiklah terimakasih. Kau bisa pergi." kata Jungkook—langsung meminta Yumi pergi, tak mau karyawannya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Jungkook sengaja menyewa Detektif, untuk memata-matai Aera. Katakan dia berlebihan, kenyataannya begitu. Ada yang tidak beres, pun benar setelah ia membuka map yang berisi foto-foto Aera. Lengkap dengan lokasi, dan tempatnya.
Foto istrinya yang dirangkul pria lain, masuk ke dalam mobil. Photographer sialan itu, mencari masalah rupanya. Jungkook mendecih, meredam emosi.
"Kau jangan coba-coba bermain denganku, Taehyung."
******
Perasaan was-was Aera bertambah, memeriksa ponselnya yang dipenuhi panggilan dari Jungkook. Menggigit kukunya yang dihiasi cat kuku berwarna merah. Tiga jam, Aera mematikan ponselnya. Selama itu pula, ia sibuk bersama Taehyung. Bisa disebut—Taehyung yang membuatnya sibuk terengah di atas kasur.
Taehyung selalu menjadi dopamine bagi Aera. Begitu pun sebaliknya. Rasa senang, gairah yang menjadi satu. Tentu, Taehyung begitu menikmati waktunya. Kini masih berbaring, bertelanjang dada memandangi Aera yang memakai jubah mandi.
"Sayang?"
Bibir pun tak ragu, memanggil dengan panggilan yang hanya boleh digunakan untuk seseorang menjalin hubungan serius. Sebenarnya, Aera merinding mendengar Taehyung memanggilnya seperti itu.
"Kemarilah, aku masih merindukanmu."
Aera bukannya mendekat tapi mengerutkan dahi, memasang wajah angkuhnya. "Jika merindukanku. Apa perlu kuingatkan lagi bagaimana kau dulu membiarkanku menikah---,"
"Apa harus membahasnya sekarang?" Taehyung menyela, beranjak duduk. Tatapan matanya berubah tegas. "Aku yakin setelah kau mendengar semua penjelasanku. Kau akan memilih kembali padaku dan menceraikan Jungkookmu itu." well, Taehyung cemburu.
"Percaya diri sekali. Ayo katakan!"
Taehyung menarik napas dalam. Dia malas sekali menjelaskannya, membuat kenangan menyakitkan itu terputar kembali.
"Aera, aku jadi ingin menyerangmu lagi kau tahu?" menggertak, Taehyung dan tatapan mematikannya seketika meruntuhkan nyali Aera.
Wanita itu diam, memalingkan wajahnya. Di sini ia yang memanfaatkan Taehyung, agar bisa bercerai dari Jungkook. Namun, terlihat jelas Taehyung yang memanfaatkannya.
Digiring ke atas kasur. Kemudian melakukan hal gila. Sekujur tubuhnya panas seusai Taehyung memberinya wine. Jelas, wine itu dicampur sesuatu. Taehyung tetaplah bajingan jika soal menyangkut Aera dan urusan ranjang. Teramat frustasi. Mengerti bila Aera tidak bisa memenuhi keinginannya, dan Taehyung menggunakan cara licik—menyampurkan obat perangsang.
"Taehyung, sebegitunya kau menggilaiku?" Aera tertawa sinis, "sampai harus memakai obat? Padahal kau bisa memintanya padaku."
"Di saat kau sibuk memikirkan Jungkook? Aku mengerti dirimu, Aera." nada suara Taehyung sedikit menekan, kesal, "perasaanmu tidak sama lagi. Kau mulai mencintainya."
Tepat, detik itu juga—Aera berjalan cepat mendekat ke arah Taehyung, "Aku mencintainya?" berani mengapit rahang Taehyung dengan jemarinya, inginkan Taehyung menatap ke arah mata yang memancarkan api amarah. "Kita lihat, apakah ini yang disebut aku mencintai dia."
"Aera—kau, hhmpphh—"
Taehyung belum memproses, belum menyelesaikan kalimatnya. Secepat yang Aera bisa, ia melumat bibir Taehyung—menyesapnya kuat. Dia sangat marah, dan melampiaskan itu melalui ciuman yang menggebu-gebu.
Jika diberi kenikmatan, pun ciuman yang menjadi candunya. Taehyung mana mau menolak. Membalasnya lebih liar, tangannya pun bergerak menelusup ke dalam jubah mandi Aera.
Diserang secara brutal, Aera bersuara lirih—napasnya tersengal-sengal. Spontan melepas ciuman Taehyung, menyisakan benang saliva yang tertinggal. Kedua bola matanya sayu.
"Masih menantangku? Boleh dilanjutkan. Kalau kau mau kubuat tidak bisa berjalan." geram, Taehyung. "Aku bisa bermain liar dan tidak memikirkan perasaanmu, Aera. Bodohnya, aku selalu berharap kau nyaman denganku. Di saat kita bercinta atau melakukan apa pun." sekesal-kesalnya, kalah menghadapi perasaan sendiri.
Mata Aera berkaca-kaca. Dia kacau sekali. Perlahan tangannya terulur memeluk leher Taehyung. "Tae, tolong aku. Aku sudah tidak sanggup lagi."
"Jangan menangis Aera. Jangan pernah menangis untuk pria lain. Dia yang pantas menangis saat kehilangan dirimu."
Hatinya terasa panas. Tahu penyebab air mata Aera adalah Jungkook. Taehyung takkan mengalah, ia akan membuktikan bahwa Jungkook kelak menyesal menyakiti Aera.
"Kurasa kita harus melanjutkan ke poin proposal yang kedua." Taehyung berbisik, melayangkan kecupannya di kening Aera.
"Mengkonfirmasi hubunganmu denganku."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Proposal ✓
FanfictionPerjanjian licik serta bagaimana cara mengejar semua yang diinginkan. Semata dilakukannya agar orang yang dia cintai-kembali bersamanya. Kim Taehyung menganggap Aera, semesta. Semesta yang menjanjikan cinta. Kenangan masa lalu yang masih tersisa. Me...