23. Chaotic

1.1K 137 10
                                    

Melihatnya tak bercahaya lagi, seperti memudar. Seolah harapan itu hilang karena dipenuhi rasa kecewa. Kendati kenyataannya begitu pahit, Kim Aera tak pernah berpikir untuk meninggalkan Taehyung. Tidak sedikit pun. Ia terlanjur bersama pria itu, meski terluka karena cintanya.

Aera berjalan dengan lesu, mencari kamarnya. Kemudian, membuka pintu kamar yang masih gelap dan ia tak menyalakan lampu—segera mengunci pintunya. Bersandar di pintu itu sambil menarik napas dalam-dalam, melawan nalurinya untuk tidak meneteskan air mata lemah. Bahkan, mungkin saja—setelah ini Aera mengurung dirinya, memilih tak menemui siapapun.

Mengapa rasanya seperti Taehyung telah dimiliki oranglain? Mengapa dengan mudahnya takdir berkata seperti ini? Aera meremas helai rambutnya. Kacau, teramat—hatinya remuk redam.

"Aera, sayang buka pintunya." sedangkan, Taehyung di luar, berusaha ingin menemui Aera—begitu keras keinginannya untuk menenangkan hati Aera. Pria itu tidak mau, Aera salah paham.

Namun, kedunya terbelenggu dengan rasa cemas pun amarah. Aera nyaris menjerit, memaki Taehyung kalau saja ia tak menahan dirinya mati-matian, mengepalkan tangan lalu berkata. "Tinggalkan aku sendiri. Aku butuh waktu seorang diri sekarang, Taehyung. Meski aku mendengar penjelasanmu, itu tidak mengubah apa-apa." kalimat terakhirnya terbata-bata, terucap getir.

Sakitnya, menusuk jantung—entahlah, entah harus bagaimana lagi Aera mengungkapkannya. Ia pun tak mengerti, ada apa dengannya saat ini. Aera berpikir—ia terlalu mencintai Taehyung sehingga sulit mengontrol diri. Hal yang selama ini ia takutkan, akhirnya datang juga. Aera membenci nasibnya yang tak berubah.

"Aera..." Taehyung mulai putus asa. Tangannya mengetuk perlahan, "aku mencintaimu, percaya itu. Aku takkan pernah meninggalkanmu."

Wanita itu meneteskan air matanya, napasnya tersengal—ia masih bersandar di pintu, berdiri dengan perasaan yang semakin kalut. Aera meletakkan tangannya di atas dadanya yang berdebar kencang, ia cemas. Dan tak ada yang berhasil menyembuhkannya selain Taehyung. Maka, hatinya luluh—Aera tidak peduli lagi. Membuka pintu dan menemukan Taehyung berdiri di depan pintu kamarnya—kedua mata Taehyung bergetar. "Maaf, aku minta maaf." segera menerjang Aera dengan dekapan hangatnya.

Taehyung begitu takut kehilangan Aera lagi. Sangat takut Aera pergi—memeluk erat, melupakan semua kegelisahan yang mendera hatinya kini.

"Aku semakin takut mendengarmu meminta maaf." Aera membalas pelukan itu, menenggelamkan kepalanya di dada Taehyung—suaranya tercekat tatkala kembali berujar, "seolah setelah ini kau memang akan meninggalkanku dan memilih wanita itu."

"Tidak!" Taehyung menyela, berkata tegas, "aku tidak akan memilih oranglain. Hanya kau yang aku mau." pelukannya bertambah erat, bertambah posesif—di saat seperti ini, Taehyung terlihat sangat manis. Aera perlahan tenang, menepuk-nepuk punggung Taehyung.

Detik pun berlalu, saling memeluk satu sama lain—hingga akhirnya, Aera mengurai pelukan itu—tangannya terulur membelai pipi Taehyung. "Karena kau yang hanya bisa membuatku utuh, Taehyung."

"Masalah ini justru menguatkanku, agar aku bisa mencintaimu dengan cara yang benar." sebelum, Taehyung kembali memeluk Aera. Dia memejamkan matanya, membuang prasangka buruk, "maaf karena dulu menjebakmu dan membuatmu berada di posisi tersulit, Aera."

"Kalau tidak dijebak, aku dan kau mana mungkin bersama." Aera menjawab diselingi tawa kecil, "aku menghargai setiap usaha kerasmu, merebutku dari Jungkook."

"Sekarang?" tanya Taehyung, ia tiba-tiba saja melepas pelukan hangatnya saat mendengar pernyataan Aera, "apa kau juga menghargai usahaku?"

"Usaha yang mana?"

"Usaha terakhir, untuk menikah denganmu."

******

Semakin di ingkari, semakin Jungkook mengerti hidupnya tak lengkap tanpa Aera lagi. Ia mengaku bisa, tetapi hatinya tak pernah berhasil melupakan Aera. Jungkook berpura-pura relakan Aera memilih cinta yang lain.

Sakit yang ia rasa, bukan karena ditinggalkan. Jungkook lebih sakit, ketika menyadari bahwa dahulu ia begitu melukai Aera. Pria itu menghela napas berat, sambil menatap foto Aera yang memakai gaun pernikahan—foto itu bahkan masih terbingkai rapi di atas meja kerjanya.

Kemudian, ponselnya berbunyi. Satu buah pesan dari seseorang. "Bagaimana? Apa kau sudah memikirkannya, Tuan Ryu? Kurasa, rencanaku ini bisa membuatmu kembali dengan Istrimu."

Jungkook mengabaikan pesan itu, ia bergumam. "Aku tidak mungkin melukainya. Apalagi mendapatkan dia kembali dengan cara jahat. Kau memilih orang yang salah, Sellyna."

******

Taehyung tak bisa membohongi, hatinya kepada Aera. Meski ia sembunyikan, Taehyung tetap memikirkan. Selalu ada dalam hati dan perasaan. Tak pernah terlintas untuknya—membuat hati Aera terus bersedih.

Lebih tak menyangka lagi, jika Sellyna merencanakan ini seperti sengaja sekali menyeret Ibu Taehyung, ikut serta dalam permasalahan mereka.

"Ibu tidak bisa merubah keputusan yang sudah kubuat." Taehyung membuka suara, sejak Ibunya—Hyewon datang beberapa saat lalu—Taehyung hanya diam, ia tak ada tenaga untuk membalas. Dan, kali ini—Taehyung rasa, di tidak boleh diam lagi.

Bahkan, Taehyung mengabaikan kehadiran anak Sellyna. Tidak ada niat untuk menyapa, apalagi memeluk anak itu—anak yang wanita itu bilang, adalah anaknya. Taehyung tak sedikit pun peduli setelah melihat anak laki-laki, yang tengah memegang tangan Sellyna erat.

"Kau memang keras kepala." Hyewon menjawab dingin, matanya melirik ke arah Aera yang tampak cemas, "Ibu tahu, kau mencintai Aera. Tetapi, kau tidak boleh melepas tanggung jawab—"

"Anak itu belum terbukti adalah anakku, Ibu!" kesabaran Taehyung habis, nada suaranya meninggi, "aku perlu melihat hasil tesnya lagi, di sini. Apakah kau kurang jelas juga, Sellyna?!"

Sellyna terdiam, ia menunduk—sejujurnya ia pun resah. Menunggu hasil tes DNA yang akan keluar. Dia pun menyadari, Taehyung sama sekali tak melepas genggaman tangannya pada wanita yang pria itu cintai. Sedari tadi, menggenggam tangan Aera. Kenyataan pahit yang melukai hati Sellyna.

"Kim, kepalaku pusing. Aku juga sedikit mual." Aera memegangi kepalanya, "bisakah aku menunggu di mobil saja?"

"Kau sakit?" Taehyung dan tingkah berlebihannya ini mengundang Hyewon membalas dengan tajam.

Ibunya itu mendekat, lalu melepas paksa genggaman tangan keduanya. "Jangan berlebihan! Kita semua sedang ada masalah, ini bukan waktunya untuk menunjukkan kemesraan kalian berdua!"

"Aera!" Taehyung spontan memekik, reaksi alami kekhawatirannya ini mengejutkan semua orang yang berada di rumah sakit. Melihat, Aera sedikit lagi terjatuh—tak kuasa menopang tubuhnya sebab kepalanya begitu pening. "Ibu, keterlaluan! Ibu lihat sendiri kan, kekasihku sakit!"

"Oh ya ampun! Ibu tidak mengerti lagi, mengapa kau sangat mencintai Aera? Setidaknya lupakan—"

"Tidak bisa! Jangan memintaku melakukan hal yang tidak mungkin ku lakukan, Ibu!" sela, Taehyung. Detik itu pula ia segera menggendong Aera. Tak peduli lagi, Hyewon berteriak-teriak memanggilnya.

[]

Dirty Proposal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang