Mereka bilang dia senang? Jungkook saat ini justru merasa khawatir. Separuh jiwanya berkata—untuk apa kau mengkhawatirkan wanita itu? Helaan napas Jungkook terdengar sesudahnya. Rasa bersalah menghinggapi hati. Ia enggan berprasangka buruk.
Kenangan bahagia dirinya dan Aera memang tak banyak. Jungkook terlalu dalam melukai Aera kala itu. Seraya menopang dagunya, Jungkook kembali mengingat-ingat momen pernikahannya. Hari pertama ketika keduanya resmi menjalin bahtera hidup.
Flashback
"Kamarmu ada di sana." Jungkook mengarahkan dagunya, kedua bola mata bulatnya tampak lesu, "jangan bermimpi, setelah menikah kau tidur satu kamar denganku."
Aera selalu pandai menyembunyikan kesedihannya. Tersenyum manis, wanita itu tertawa rendah. "Percaya diri sekali. Siapa juga yang mau tidur dengan kelinci gendut sepertimu?"
Kalaulah terus diingat, agaknya Jungkook susah melupakan. Dia malu. Inilah sebabnya, tidak boleh membenci. Berbahaya bila rasa benci itu berubah jadi cinta.
Terlebih lagi, sejak Jungkook melakukan kesalahan. Disaksikan langsung oleh Aera, Jungkook tak yakin—Aera mudah memaafkannya. Aera sulit ditebak. Sedangkan, Jungkook yang penasaran ini bersembunyi. Diam-diam mencari tahu. Sampai rasa penasarannya terjawab, Jungkook bahkan belum mendapat jawaban yang tepat.
"Jung, makan sarapanmu dulu." Kakak Sulungnya itu tersenyum manis, melangkah masuk ke dalam ruang kerja Jungkook. Kendati, Jungkook bersalah, Seokjin tetap berusaha memberi pengertian, "aku takkan marah dan mengomel, makanlah."
"Kak..."
"Jangan menatapku seperti minta dibelikan susu pisang. Kau sudah dewasa." Seokjin tahu benar, apa yang ada dipikiran adiknya, "Keluarga Aera sekarang menunggu dia pulang ke rumah. Minta maaf pada mereka. Walau bagaimanapun, kau juga bersalah."
"Tapi, aku tidak sanggup menjelaskan semuanya. Aku tidak mau melihat Aera semakin terluka. Itu sama saja membuka luka lamanya, Kak."
"Ya, jika saja kau tak sembrono—membawa wanita lain ke rumah kalian. Aera, dengan senang hati mau memaafkanmu. Berbaikan atau tidak, setidaknya dia melihat kesungguhan dirimu, Jung." kalimat Seokjin baru saja menampar keras, Jungkook.
Kegelisahan hatinya bertambah. "Kakak kan tahu, Aera dan Taehyung itu mantan kekasih. Mereka—"
"Heejin mantan kekasihmu juga!" baiklah, kesabaran Seokjin menipis seiring berjalannya waktu, "kau ini di nasihati selalu membantah, Kakak!"
"Aku benci jadi manusia yang pasrah." gerutu, Jungkook.
******
Mencari kesenangan di luar, berharap segala luka yang dideritanya selama ini menghilang—bukan hanya Aera saja yang mengalami itu. Ada begitu banyak kisah lain, yang bahkan memilukan. Dari banyaknya kisah tersebut, Aera sedikit demi sedikit mengerti. Bahwa, segala sesuatu yang berupaya ia perjuangkan—belum tentu berakhir bahagia.
Hatinya begitu rusuh. Prasangka buruk terus berkeliaran dalam benak. 'Langkah apa yang harus aku ambil sekarang?' kesadarannya, mengatakan—bahwa ia tidak bisa tinggal diam seperti seorang pengecut.
Suasana hati Aera sendirilah yang membuatnya takut. Satu tempat ternyaman yang Aera inginkan kini adalah pelukan hangat.
"Well, Taehyung... Aku menyimpulkan di luar sana banyak orang yang menunggu kita bicara." Aera terdiam dan mengatur suaranya, yang sepertinya mulai meninggi, "tidurku sungguh tak nyenyak. Sekarang, aku mengikuti jalan permainanmu."
"Yang aku tahu, Kim Aera membenci kalimat perintah. Kecuali, dalam hal lain." sahut, Taehyung—seraya mengusap bibir bawahnya. Memandangi wajah Aera, tampaknya jelas pria itu sedang memikirkan ide licik lainnya, "jangan mulai lagi, Aera. Pikirkan, bagaimana caramu menjawab pertanyaan mereka? Orangtuamu, mertua, dan suami tersayangmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirty Proposal ✓
FanfictionPerjanjian licik serta bagaimana cara mengejar semua yang diinginkan. Semata dilakukannya agar orang yang dia cintai-kembali bersamanya. Kim Taehyung menganggap Aera, semesta. Semesta yang menjanjikan cinta. Kenangan masa lalu yang masih tersisa. Me...