33. Olive Anatasya

2.2K 166 116
                                    

SELAMAT MALAM/PAGI/SIANG/SORE BUAT YANG LAGI BACA PART INI👋🏻

TERNYATA LAMA BANGET YA AKU GAK UPDATE HEHE.
PASTI KALIAN UDAH PADA TAU KAN YA KENDALA AKU LAMA GAK UPDATE, PERTAMA KARENA KUOTA DAN YANG KEDUA KARENA AKU UDAH KELAS 12 JADI MAU FOKUS DULU SAMA SEKOLAH, SOALNYA KAN BENTAR LAGI UJIAN🤧

BTW ABSEN DULU DONG KALIAN SEKARANG KELAS BERAPA? ADA YANG SAMA KAYAK AKU?

TERUS DI TEMPAT KALIAN ADA YANG UDAH SEKOLAH OFFLINE ATAU MASIH ONLINE?

YUK SEBELUM BACA SEPERTI BIASA VOTE DULU! GAK SUSAH KOK CUMAN TEKAN BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH.

SAMA SATU LAGI, AKU SARANANIN BACA PART INI KALIAN PLAY LAGU GALAU DEH WKWK, KALI AJA FEELNYA DAPET.

Happy Reading!


"Bintang tugasnya cukup bersinar di langit jangan di hatiku, soalnya itu khusus tugas kamu."


_______

Jam 5 subuh Bianca sudah berada di markas. Baru saja selesai sholat subuh tiba-tiba Raden menelfonnya untuk segera ke markas, katanya sih penting. Bianca turun dari motornya berjalan menuju pintu masuk, tak lupa ia menenteng tas kecil yang berisikan baju seragamnya.

Gadis itu melempar tas tersebut beserta tas sekolahnya ke arah kursi kosong. Yang ada dipikiran Bianca sekarang adalah semua orang yang ada di dalam sini pasti masih asik dengan alam mimpinya. Ya, ada beberapa anggota yang lebih memilih untuk tidur disini dari pada di rumah masing-masing. Salah satu alasannya adalah untuk menjaga markas bila ada serangan mendadak. Bianca sih fine fine aja selagi mereka masih ingat yang namanya rumah untuk pulang.

Hah.. ngomong-ngomong soal rumah, gadis itu sepertinya jadi teringat kasur, padahal baru ia tinggalkan beberapa menit yang lalu. Harusnya selepas sholat subuh kembali tidur walau sebentar tetapi malah ia sekarang malah berada di sini.

"Bian," panggil seseorang yang Bianca hafal suaranya, tak lain tak bukan ialah Raden. Oknum yang membuat Bianca badmood pagi ini.

Bianca berusaha tersenyum pada Raden. "Kenapa Bang manggil Bian kesini?" tanya Bianca.

"Gak papa, Abang cuman pengen ngobrol sesuatu sama kamu aja," jelas Raden.

Bianca berdecak. "Harus banget ya pagi-pagi gini?" kesalnya.

"Enggak sih, cuman kalau nanti siang, sore, atau malam Abang gak bisa. Eyang Abang telfon katanya kangen, jadi Abang harus berangkat ke Medan siang ini," kata Raden tersenyum lembut.

"Loh, kok gak bilang-bilang sama Bian?" kedua alis Bianca berkerut.

"Barusan Abang ngapain?" ucap Raden berjalan menuju sofa.

"Ya, tapikan barusan banget. Itu mendadak banget Bang Raden." Bianca mengikuti Raden duduk di sofa posisinya berhadapan dengan Raden.

"Haha yaudah Abang minta maaf, lagian Eyang nelfonnya tadi malem mana sempat Abang kabarin kamu," kekeh Raden.

Bianca ikut terkekeh. "Bian titip salam sama Eyang, ya Bang. Sekalian pulangnya bawain Bianca oleh-oleh dari Medan."

"Iyaaa, Abang tau mau kamu apa kalau Abang pulang ke Medan." Raden tersenyum miring. "Bolu Meranti Medan kan?" tanya Raden dengan kedua alis di naik turunkan.

"Iyap 100!" seru Bianca.

"Oh iya Bi, Abang boleh tanya sesuatu sama kamu?" tanya Raden.

"Tanya aja kali Bang," jawab Bianca.

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang