"Sahabat itu seperti ikan paus dan remora, mereka berbeda tetapi selalu bersama saling melengkapi dan menguntungkan."
_________________Pagi ini Bianca terpaksa pergi ke sekolah jalan kaki karena Farah ada jadwal mendadak mengurus pasien kecelakaan pagi tadi. Pagi ini seperti biasa macet. Tak heran dengan ibu kota yang selalu ramai dengan berbagai macam kendaraan memenuhi jalan, suara riuh klakson terdengar dari segala penjuru.
Jujur Bianca merasa sedikit terganggu, yang ia inginkan adalah ketenangan. Tapi ia tidak heran karena Jakarta memang selalu seperti ini kan? orang yang berangkat kerja maupun sekolah pasti mereka ingin berangkat tepat waktu, tanpa adanya kata telat. Makanya mereka tak sabaran dengan cara membunyikan klakson kendaraannya.
Sejenak Bianca meronggoh saku tasnya mengambil earphone untuk disumpal kan ke telinga. Lebih baik mendengarkan alunan musik yang lebih indah dari pada alunan klakson berirama kacau. Dengan cekatan ia mencolokkan earphone nya ke ponsel yang berlogo apel di gigit, membuka aplikasi musik dan menekan salah satu lagu favoritnya. Meant To Be - Bebe Rexha & Florida Georgia Line.
Dari jarak dekat Bianca dapat mendengarkan suara klakson motor dan suara motor yang sangat familiar di telinganya. Semakin mendekat semakin tidak asing, ia sangat tahu betul siapa pemilik motor tersebut.
Saking kesalnya Bianca tidak menoleh, pengendara tersebut langsung menghadang jalan Bianca berhenti tepat di depan gadis itu.
"Sombong banget sih di panggilin juga," kata pengendara tersebut.
"Why?" tanya Bianca sambil melepas satu earphone nya yang bertengger di telinganya.
"Tumben jalan?"
"Punya kaki," setelah itu Bianca berjalan meninggalkan orang itu. Belum tiga langkah pergelangan tangannya sudah di tahan oleh pengendara tadi.
"Bareng yuk?" tanyanya.
Bianca menimang sebentar ajakan cowok bertubuh jangkung di depannya siapa lagi kalau bukan cowok yang belakangan ini sering ia temui, Arka Gibran Delwyn. Setelah di pikir-pikir lebih baik ia ikut dari pada telat dan dihukum. Memang sih telat bukan hal yang tidak biasa bagi Bianca, telat sekolah sudah menjadi makanannya sehari-hari walaupun sekarang sudah jarang.
Akhirnya Bian mengangguki ajakan Arka. Dengan sigap Arka memberikan helm kekinian berwarna coklat pada gadis itu.
"Udah?" tanya Arka saat merasakan gadis tersebut sudah menaiki motornya. Bianca hanya berdehem menjawab pertanyaan Arka.
Sesampainya di sekolah keduanya langsung turun dari motor sport milik Arka. Mereka beriringan berjalan menelusuri koridor sekolah menuju kelas. Banyak tatapan memuja maupun tatapan sinis dari siswi-siswi rajawali. Siapa lagi kalau bukan fans fanatik dari seorang Arka?
Tatapan itu lebih ditunjukkan kepada Bianca, gadis yang belakangan ini di gadang-gadang kan dekat dengan idola mereka. Tapi Bianca tak ambil pusing, toh itu hanya gosip kan bukan realita?
Setahu mereka kan Arka tidak pernah terlihat dekat seperti ini dengan seorang wanita. Bahkan mantan-mantannya itu hanya di anggap angin lalu saja saat mereka berpacaran. Semua orang juga tahu Arka tidak pernah mengungkapkan perasaan pada seorang gadis.
Tapi setelah di pikir-pikir bukan kah selama ini yang dilihat-lihat mereka memang benar bahwa dirinya sedang dekat dengan cowok tampan di sampingnya ini. Bianca memang mengakui bahwa Arka itu tampan, sangat. Tapi itu hanya sebatas mengagumi tak lebih.
"Udah nggak usah di tanggepin." Arka yang melihat raut kesal Bianca yang mendapat tatapan mengintimidasi kan dari siswi-siswi pun langsung membuka suara. Tangan kanannya mengelus pelan rambut halus Bianca. Aroma vanilla dapat Arka hirup dari rambut gadis di sampingnya, mungkin itu akan menjadi aroma favorite nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANCA
Fiksi Remaja🦋 it's just a world of imagination Bianca Amora Pradipta, Seorang gadis cantik yang memiliki sejuta kejutan. Siapa sangka, bahwa ia merupakan leader dari gangster VICIOS. Geng terkenal seantaro Jakarta. awalnya VICIOS dipimpin oleh abangnya yaitu A...