4. Hukuman

8.1K 470 38
                                    


"Cepet dong kak ntar aku telat," seru seorang gadis yang terus melirik jam dipergelangan tangan kirinya.

"Halah biasanya juga manjat pagar." Farah memutar bola matanya. Memang benar sih, sebelum bianca pindah ke SMA Rajawali, gadis itu sangat amat santai walaupun sudah telat. Katanya sih "pagar belakang siap membantu".

"Aku udah insaf kak," katanya sambil cengengesan.

"Insaf hari ini aja kan?"

"Maybe."

Sepuluh menit berlalu, kini mereka sudah sampai di gerbang kebesaran SMA Rajawali yang sudah tertutup rapat.

"Yahh telat." Bianca mengerucutkan bibirnya.

"Selamat berjuang." Farah menepuk puncak kepala adiknya, membuat Bianca menatap sinis Farah. Setelah itu Bianca mencium punggung tangan milik Farah, itu sudah jadi kebiasaannya saat mereka memutuskan untuk tinggal bersama.

Farah melajukan mobilnya meninggal Bianca sendirian didepan pagar sambil menimang-nimang agar tetap masuk atau bolos, dengan hitungan lima jarinya.

"Masuk ngga masuk ngga masuk," gumamnya.

"Engga aja deh," seketika senyumnya mengembang, sudah lama ia tidak bolos sekolah.

"Lima jari tapi nentuin pilihan sendiri," sahut seseorang disebelahnya.

Bianca melirik sinis Arka yang sedang bersandar ditembok dengan kedua tangan dimasukkan disaku celana abu-abunya. Lagi-lagi Arka!

"Sejak kapan lo disitu?" tanya bian sambil menaikkan alis kanannya.

"Sejak lo ngitung lima jari."

Tanpa menjawab, Bianca berlalu meninggalkan Arka yang melongo. Baru tiga langkah berjalan lengannya sudah ditarik oleh seseorang.

"Mau kemana lo?" tanya Arka.

"Ya masuk lah."

"Tadi katanya ngga mau masuk." Arka menaik turunkan kedua alisnya.

"Udah ngga mood."

"Bisa gitu?" gumam Arka tetapi masih bisa didengar oleh bian.

"Ya bisa lah."

"Santai."

Arka menarik pergelangan tangan Bianca. Saat ini keduanya sedang di depan tembok putih yang tidak terlalu tinggi.

"Ngapain kesini?" tanya Bianca.

"Katanya pengen masuk. Kalau lo lewat gerbang depan yang ada lo ditangkep macan garang."

"Gue juga tau."

"Yaudah ayo."

"Manjat?" Arka mengangguk menjawab pertanyaan bian.

"Lo duluan gue pega—" belum selesai berbicara Arka melongo melihat bianca menaiki tembok pagar dengan santai. Katanya tadi udah insaf?.

"WOI CEPETAN!" teriak bian dari balik tembok membuyarkan lamunan Arka. Dengan sigap Arka menaiki tembok tersebut. Sekarang mereka tengah berada di taman belakang sekolah yang jarang di kunjungi orang.

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang