18. Renata Injured

4.5K 280 166
                                    

"Mencintai itu suatu pilihan, bukan suatu paksaan."


_____________

Keduanya telah sampai di sekolah. Arka membelokkan stang motornya ke arah parkiran khusus anggota vorgeon. Disana sudah ada kelima sahabatnya yang sedang duduk manis di atas motornya masing-masing.

"Wuih, pak bos sama ibu negara nih!" pekik Edgar saat Arka dan Bianca turun dari motor.

"Ketua vorgeon yang terhormat, jangan lupa jamin-jamin nanti istirahat ya. Sebagai pajak jadian, wajib!" kata Galang menunduk saat mengucapkan kata terhormat.

"Tumben Lang pagi-pagi udah pinter." Ryan menepuk pundak Galang.

"Yadong, GALANG!" ujar pemuda Gavriel tersebut sambil menepuk dadanya.

"Galang yadong!" sahut Edgar.

"Pinter karena makanan aja bangga," sinis Reynal.

"Lo kenapa sih Rey sensi banget sama gue?" ketus Galang.

"Nyenyenye," cibir Reynal.

"Rey dendam kayaknya sama lo, gara-gara semalem lo kempesin ban motornya." Galang terkekeh mendengar ucapan Gerdan. Kemarin malam saat keenam pria tersebut ingin pulang kerumah masing-masing, ban motor Reynal kempis gara-gara ulah Galang.

Cowok itu dengan sengaja mengurangi angin ban motor Reynal saat yang punya sedang tertidur nyenyak di sofa kecil warsam.

"Mana nggak tanggung jawab lagi, main pulang aja. Untung Arka baik hati ngestepin Rey sampe bengkel Joni," kata Ryan.

"Galang ada-ada aja," kekeh Bianca.

"Mau ke kelas?" tanya Arka pada gadisnya. Bianca mengangguk singkat.

"Ayo aku anter," Arka sudah siap menggenggam tangan Bianca.

"BIANCA!" teriak Dira dari arah gerbang. Dira melambaikan tangannya pada Bianca. Gadis itu berlari menuju kerumunan para inti vorgeon serta sang ratu ditengah-tengah mereka.

"Heh bocil jangan teriak-teriak!" ketus Galang.

"Bacot maymunah!" cibir Dira.

"Aku suka bodi goyang mamay munah, mamay munah tarararararara.." sambung Edgar.

"Mama muda bego!" umpat Ryan.

"Suka-suka gue lah, versi gue!" ketus Edgar.

"Up to you!" Ryan memutar bola matanya.

"Up to you, up to you." Edgar mengikuti ucapan Ryan dengan nada mengejek.

Dira menatap jengah kedua pria yang sedang berdebat. "Debat mulu. Kalau debat mending jangan di parkiran deh, saran gue kalian ikut aja seleksi lomba debat bulan depan mewakili sekolah."

"Gue setuju sama ayam Dira," sahut Galang.

"Ayam-ayam, lo kira gue AYAM!" pekik Dira di ujung kalimat.

"Iya, lo kan ayam peliharaan gue."

"Ngadi-ngadi lo, cantik-cantik gini disamain kayak ayam!" Dira membuang mukanya kesamping tidak mau menatap lawan bicaranya.

"Iya lo cantik," ucapan Galang sukses membuat Dira mengulum senyumnya. "Cacar bintik-bintik HIYAAA!" ejek Galang sambil tertawa kencang.

"Si–" ucapan Dira terpotong.

"Udahlah cil, jangan ngeladenin juragan jengkol mulu. Bisa diabetes ntar loh," sahut Edgar.

"Heh gue bukan BO–CIL ya Edgar yang terhormat." kata Dir menatap tajam Edgar. Gadis ini tidak suka dipanggil bocil, karena menurutnya ia sudah remaja bukan lagi bocah cilik yang masih ingusan. "Dan satu lagi, diabetes hubungan sama jengkol dengan dia apaan?" tunjuk Dira pada Galang menggunakan dagunya.

BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang