Alergi

446 116 31
                                    

♥♥

Imbasnya, kemarin Rae Na demam.  jadi terpaksa izin tidak masuk. Bagaimana lagi? Kepalanya pusing, badannya sakit karena posisi tidur yang salah. Seharian itu, dia gunakan untuk istirahat. Untungnya hari ini sudah bisa masuk.

"Rae?"

Tepat melewati loby, Rae Na berpapasan dengan Joohyun. "Udah sembuh?"

"Udah, kak"

"Yakin? Muka kamu masih pucet, loh. Kalau belum benar-benar sembuh harusnya gak usah masuk dulu"

"Udah lebih baik, kok"

Terus berjalan menuju ruangan. Setelah saling diam beberapa saat, Joohyun kembali bersuara. "Gak mau periksa ke dokter?"

"Gak, kak. Aku udah baik-baik aja"

Nasib buruk harus berpapasan dengan senior jahat itu. "Waah! Udah sembuh?"

Memilih diam.

"Dua minggu udah demam dua kali. Muntah-muntah, gak? Jangan-jangan hamil?"

Entah sengaja atau tidak. Tapi, orang itu bicara saat para pegawai mulai berdatangan dan siap duduk di tempat masing-masing.

"Hati-hati kamu kalo bicara"

Sukses dapat tegur dari Joohyun.

"Loh, siapa tau. Dia kan, selalu diantar-jemput pacar"

"Kalo aku hamil, kakak bakal jadi orang pertama yang tau" begitu kata si mungil dengan berani sebelum berlalu pergi.

Kini, tinggal mereka berdua di sana. Ditonton beberapa pegawai yang sudah duduk.

"Aku gak tau salah dia sama kamu apa. Tapi, kalo sampai dia kenapa-kenapa, awas kamu. Aku bisa tuntut kamu. Selama ini aku diam, karena aku sadar di sini juga cuma pendatang. Tapi, kamu makin keterlaluan rupanya. Selamat merasa bersalah kalo terjadi sesuatu sama dia"

Dan siang itu, kira-kira pukul 11.15. Para pegawai diributkan dengan Rae Na yang tiba-tiba pingsan di koridor ujung, dekat dengan toilet. Hampir dibawa ke ruang kesehatan. Tapi, Joohyun minta untuk dibawa ke rumah sakit. Dia yang akan bicara pada atasan atau rekan lain, nanti.

"Jangan-jangan kamu bener, dia hamil" celetuk salah satu dari dua orang yang mengantar ke parkiran.

Angkat bahu. "Bisa jadi"

Joohyun yang dengar itu hanya melirik keduanya dengan kesal. Ingin menegur, tapi tidak ingin membuat keributan.

Pukul dua siang, Rae Na baru membuka mata. Efek obat yang disuntikkan dia jadi pingsan lebih lama. Menoleh ke samping, ada selang infus mengalir di tangannya. Dia di rumah sakit? Pikirnya.

Masih mencerna keadaan, pintu ruangan terbuka. Joohyun masuk bersama dokter dan satu perawat yang langsung memeriksa.

"Dokter, kapan aku bisa pulang?"

"Tunggu sampai infusnya habis dulu dan hasil pemeriksaan keluar"

Hasil pemeriksaan apa lagi?

"Kak?" menatap Joohyun yang terlibat gelisah.

"Sekarang, hubungi orang tuamu, ya. Beri tahu mereka"

"Tapi-"

Dengan segala pengertian. Akhirnya, Rae Na patuh. Pukul lima, ayah bunda datang dengan tergesa dan raut khawatir. Sepertinya, ayah meminta pulang lebih dulu dari tempat kerja hanya untuk menjemputnya.

Sementara, Joohyun sudah pergi dua jam lalu. Ada pekerjaan yang menunggu. Tapi, katanya nanti akan datang lagi setelah pulang.

"Rae," bunda langsung peluk anaknya yang masih terbaring. "Kita pulang, ya?"

"Tapi-"

"Kabari Kak Gi, besok gak usah jemput. Kamu pulang hari ini"

"Bunda~, aku cuma pingsan. Udah sem-"

Bunda langsung menggeleng, tanda menolak bantahan apapun.

"Yah?"

"Ayah ketemu dokter dulu. Terus kita pulang"

Ingin menangis saja rasanya. Tapi, ditahan. Kemudian, mengambil ponsel dan hubungi pacarnya.

"Kak Gi, aku pulang hari ini dijemput ayah. Jadi, besok kakak gak usah jemput"

"Hmm? Pulang? Sekarang? Kenapa? Besok libur?"

"T-tadi, a-aku-"

"Sini, biar bunda yang bilang"

Ambil ponsel digenggaman anak. Lalu, jelaskan pada Yoongi. Tentu, Yoongi ingin datang. Tapi, bunda bilang akan segera pulang. Jadi, ketemu di rumah saja.

.

Ternyata, Yoongi sudah lebih dulu datang ke rumah. Tengah menunggu di teras.

"Kak Gi?" begitu turun dari mobil dan lihat kakaknya yang berdiri cemas.

Ayah bunda masuk lebih dulu. Biarkan mereka bertemu.

Si mungil langsung datang memeluk kakaknya dan menangis di dekapannya.

"Kak, a-ku resign"

Yoongi usap punggungnya. "Gak apa-apa. Yang penting kamu sehat"

"Tapi-"

"Jangan dipikir. Kalo sudah sembuh besok cari pekerjaan lain lagi, kakak bantu"

"Kak?"

Sebenarnya, belum pasti. Karena, Rae Na belum membuat surat pengunduran diri. Tapi, sudah jelas dia akan berhenti. Ayah bunda sudah tidak bisa diajak kompromi. Tidak akan biarkan anaknya jauh dari jangkauan.

"Gak apa-apa" ciumi pelipisnya. "Kakak lebih tenang kalo kamu di rumah. Sudah jelas ada yang jaga. Kamu gak tau, kan gimana gelisahnya kakak kalo ingat kamu?"

Dengar begitu, justru tangisnya makin menjadi. Yoongi jadi bingung juga sedih di waktu bersamaan.

"Masuk, ya. Di luar dingin"

Dibawa masuk, masih dalam dekapan. Yoongi usap halus pipi pacar yang basah. Di dalam, rupanya bunda sudah siapkan teh hangat juga coklat hangat.

"Gi, minum" ajak bunda.

Mereka duduk di ruang tengah. Rae Na duduk di samping bunda. Sandarkan kepalanya yang pusing di bahunya.

"Oh, ya. Ayah mau bicara sebentar sama kamu setelah minum"

Karena Yoongi baru menenggak coklat hangatnya, jadi hanya mengangguk.

"Ayah mau bicara apa?" Si mungil penasaran. "Kenapa gak sekarang aja. Aku mau tau"

Meski begitu, ayah tetap menolak. Bunda langsung ajak putri malangnya masuk ke kamar. Setidaknya untuk ganti baju yang lebih hangat.

"Ada apa, yah?"

"Dokter bilang, obat yang dikonsumsi Rae Na sudah tidak efektif lagi. Obatnya mulai menyerang lambung. Belum parah. Tapi, akan lebih baik dihentikan. Karena bisa menyebabkan pendarahan lambung. Sekarang justru muncul alergi dari salah satu obat yang dikonsumsi. Itu sebabnya, dia mudah demam dan kesulitan bernapas"



~♥~

H-1 ultah bang yoon. Takut ditinggal wamil 😭

Lavyu

Ryeozka

Your Boyfriend, His Girlfriend / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang