Nafi membuka mata saat merasakan badannya di guncang halus oleh seseorangan. Perempuan itu meringis saat terbangun dalam keadaan tubuh yang pegal karena ia tidur terduduk di meja belajar. Malam tadi, Nafi harus mengerjakan tugas sampai malam. Sebenarnya Aryan menemani, tetapi karena hari ini Aryan harus mulai bekerja juga, Nafi menyuruh Aryan untuk tidur terlebih dulu.
"Kamu kenapa malah tidur disini, Fi? Astagfirullah," tanya Aryan langsung saat mendengar ringisan Nafi. Jam menunjukkan pukul tiga pagi, dan laki-laki itu terbangun sendiri.
Nafi meneggakan tubuhnya. "E-eh, Nafi ketiduran, ya?" Nafi bertanya dengan suara khas bangun tidur.
Aryan menghela napas, mengambil ikatan rambut istrinya dari rambut sang istri yang berantakan, lalu mengikat kembali rambut Nafi menjadi lebih rapi sembari berucap, "Sampai jam berapa kamu kerjain tugas, hm? Udah aku bilang, kan, Fi. Jangan terlalu malem, apalagi sampe ketiduran gini, sakit, kan, badan kamu?"
Nafi menatap laptop dan kertas-kertas didepannya. "Nafi kerjain cuma sampai jam setengah sebelas kok, Bang. Pas beres, Nafi gak langsung tidur, tapi diem dulu disini ... ternyata malah ketiduran, maaf, ya?" balasnya lalu menatap Aryan.
Aryan terkekeh kecil. "Kok minta maaf? Gak apa-apa, kok." Laki-laki itu menjeda ucapannya. "Oh, iya. Salat tahajud, yuk? Aku wudu dulu."
Nafi mengangguk, lalu membiarkan Aryan melangkah menuju kamar mandi yang ada di kamar mereka. Sedang perempuan itu, ia berdiri dengan susah payah dan melangkah menuju rak tempat menyimpan alat salat dan menyiapkannya.
Melihat Aryan keluar, Nafi langsung masuk ke kamar mandi untuk berwudu. Tak lama kemudian, ia keluar dengan wajah yang lebih segar. Perempuan itu baru menyadari satu hal, ia menatap Aryan yang sudah siap dan berucap, "Bang! Nafi baru menyadari satu hal."
Sontak Aryan menoleh. "Apa?"
"Bang Aryan bangun sendiri, tadi! Ya Allah, senengnya Nafi liat Bang Aryan gak ngebo lagi," ucap Nafi antusias. "Bang Aryan kok bisa bangun sendiri, sih? Wahh, keren-keren!" Lanjutnya mengacungkan jempol. Seperti yang kalian tahu, seorang Aryan memanglah sulit untuk dibangunkan. Setelah satu minggu sulit dibangunkan, hari ini Aryan bangun sendiri. Sungguh mengejutkan.
Tidak-tidak, itu hiperbola.
Aryan menatap Nafi datar. "Udah?" tanyanya tak kalah datar. Membuat Nafi yang tadi tersenyum senang langsung menetralkan wajahnya dan menunduk mengambil mukena.
Melihat itu, tawa Aryan pecah. Laki-laki itu tertawa kecil lalu berucap, "Fi, muka kamu kenapa gitu? Lucu banget langsung datar gitu mukanya, takut, kamu?"
Nafi selesai memakai mukenanya dan menatap Aryan tajam. "Tanya tuh sama diri sendiri! Kenapa mukanya datar gitu, Nafi takut? Iya! Kira Nafi Bang Aryan marah tau," kesal Nafi. Karena ya, ia mengira Aryan marah dan tidak suka Nafi.
"Masa aku marah sama istri aku yang---"
"Jangan dilanjutin, Bang. Panjang nantinya, sekarang, yuk salat," potong Nafi cepat lalu membenarkan posisinya.
Aryan mengangguk, laki-laki itu langsung membalikan tubuhnya dan membenarkan posisinya. Ia memejamkan mata, membaca niat lalu, "Allahu akbar."
Mereka melaksanakan salat dengan khidmat, Aryan menjadi imam, dan Nafi makmumnya. Sudah beberapa kali mereka seperti ini, dan jika ditanya, Aryan seperti apa yang Nafi suka ... Nafi akan menjawab saat Aryan mengimaminya salat.
Waktu berlalu, dan kini mereka selesai melaksanakan salat tahajud. Nafi yang merasakan pinggangnya sakit karena tertidur sembari duduk tadi, langsung mengubah posisinya menjadi menyandar pada ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita ✓
Espiritual[Selesai] Kisah Nafi si gadis ceria dan Aryan laki-laki yang tegas tetapi menyebalkan. Nafi adalah sepupu dari sahabat Aryan, jadi mereka selalu saja bertemu. "Kenyataannya, Bang Aryan emang gak ada yang mau, kan?" "Lo aja jomblo, kan? Sok-s...