Taraz membuka pintu rumahnya lalu masuk dan diikuti Aldi dan Reza. Bukan kali pertama Aldi dan Reza berkunjung di rumah Taraz. Namun, sudah berkali-kali seakan rumah Taraz menjadi bascame mereka.
"Gas langsung mainlah!" seru Aldi berlari ke kamar Taraz.
"Gue dulu, woi!" sambung Reza mengikuti Aldi.
Taraz hanya berjalan santai tak peduli dengan kedua temannya. Ia memilih untuk ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan dan minuman untuk ia berikan kepada kedua temannya.
Setelah selesai, Taraz menyusul menuju kamarnya. Ia melihat kedua temannya sudah asik dengan PS di tangannya.
"Nih, minum dulu!" pinta Taraz yang meletakkan nampan di meja depan layar televisinya dan duduk di samping Aldi.
"Al, yang bener woi!" teriak Reza yang telah asik dalam permainannya.
"Kanan woi, kanan!" lanjut Aldi yang juga berteriak.
"Terus!" sambung Taraz memperhatikan permainan mereka.
"YAHH!" pekik ketiganya ketika game yang dimainkan kalah.
"Gue udah bilang 'kan! Lo itu kalahan!" ejek Aldi pada Reza.
"Gue udah bener tadi, woi!" elak Reza.
"Udah-udah! Sini, gantian gue!" tukas Taraz meraih stick PS yang ada di tangan Aldi.
"Lah? Noh ambil punya Reza!" sarkas Aldi.
"Udah, gue mau main sama Aldi. Ayo, Al!" seru Taraz.
"Gas!"
Aldi dan Taraz memulai permainan baru saling lawan dalam pertandingan permainan. Saat seru bermain, ponsel Taraz berdering. Panggilan masuk dengan nama Lessa yang tertera.
"Aish! Lo kalau main matiin hp napa, woi! Bucin banget, lo!" tukas Aldi melihat layar ponsel Taraz.
"Nih, nih, nih joki-in gue!" Taraz menyerahkan stik PS yang dipegangnya pada Aldi.
"Dasar lo!"
Taraz menyahut ponselnya lalu berdiri berjalan menuju balkon kamarnya untuk mengangkat panggilan dari Lessa.
"Apa Sayang?" kata Taraz setelah panggilan terhubung.
-×-
"Lessa, makan, Nak!" teriak Gea.
"Iya, Ma!" balas Lessa yang juga berteriak.
Lessa langsung berlari memenuhi panggilan mamanya untuk makan. Ia melihat Gea yang sibuk menyiapkan seporsi makanan untuknya dan tak lupa segelas minum.
Tak banyak bicara, Lessa segera duduk di salah satu meja makan dan meletakkan ponselnya di meja.
"Tadi kamu pulang diantar Taraz?" tanya Gea yang tangannya sibuk meletakkan piring untuk Lessa.
"Iya, Ma. Dia langsung balik, soalnya dia main sama temennya," jelas Lessa mulai mengambil sendok.
"Tetep inget batasan, ya, Sayang. Mama enggak mau kamu terlalu sayang sama dia kalah akhirnya kamu sendiri yang sakit hati," tutyr Gea mengusap kepala Lessa sayang.
"Iya Mama. Lessa tahu, kok," balas Lessa meyakinkan Gea.
"Yaudah makan. Mama mau ke taman belakang, bunga Mama belum disiram," sambung Gea yang lalu pergi.
"Mama pikirannya aneh-aneh," gumam Lessa yang lalu melanjutkan makannya.
Tak butuh waktu lama, Lessa sudah mengelesaikan makannya. Setelah menncuci piring bekas makannya, ia kembali ke kaman dan bersantai menikmati angin sore melalui jendela kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...