- N y e b e l i n -

26 10 2
                                    

"Melepas luka dengan kebahagiaan yang ada"

Setelah puas bermain dan makanan pun telah habis dilahap oleh keempat anak remaja itu berniat untuk kembali ke rumah.

"Kalian pulang naik apa?" tanya Reza yang sudah bersiap dengan motornya.

"Paling angkot atau enggak taksi," jawab Lessa.

"Dari pada nunggu angkot atau taksi lama, mending kita anter aja. Lebih cepat!" Aldi memberi saran kepada Lessa dan Miselle.

"Alah lo mau mau modus aja 'kan? Ya 'kan ? Ngaku lo?"Miselle bertanya dengan sedikit berteriak.

"Salah mulu gue dari tadi di mata lo, ya! Tapi, 'kan mau pdkt sekalian, emang enggak boleh?" balas Aldi malah membuat Miselle merasa malu-malu.

"Gue pukul lo, ya!" Miselle bereaksi melayangkan tangan kanannya bersiap memukul Aldi, karena ia merasa bingung harus menjawab apa dan justru merasa kepanasan.

"Udah yuk, udah mau sore," Reza mengalihkan agar mereka segera bisa sampai ke rumah.

Masih dengan wajah sedikit kesal, Miselle tetap naik ke motor milik Aldi. Aldi ya melihat Miselle seperti itu, kian gemas.

"Udah jangan ngambek mulu kenapa sih, Lo 'kan cantik!" Lagi dan lagi Aldi menggoda Miselle ketika mereka sedang diperjalanan.

"Bisa enggak, enggak usah gombal? Capek gue dengernya!" Miselle hari ini sudah cukup banyak memakan rayuan dari Aldi.

"Itu bukan gombal, tapi fakta."

-×-

"Berarti kita beda arah, nih, Bro?" tanya Aldi membuka helmnya ketika lampu merah memberhentikan mereka.

"Iya. Gue nganterin Lessa. Lo anter Miselle," balas Reza menunjuk Lessa dan Miselle bergantian.

"Woke siap!" seru Aldi.

"Bawa ke pelaminan, Al!" timpa Lessa membuat Miselle membelalakkan matanya ke arah Lessa.

"Gue bawa ke rumah gue dulu. Kenalin ke nyokap-bokap gue. Terus gas ke pelaminan," jelas Aldi membuat Miselle semakin salah tingkah.

"Aldi, diem bisa enggak, sih?" sarkas Miselle menahan amarah dan kebahagiaannya menjadi satu.

"Bisa, diem-diem bawa lo ke pelaminan," balas Aldi yang kembali membuat Miselle salah tingkah.

"Gue duluan, Bro!" pamit Reza yang langsung menancap gas motornya membuat Lessa kaget dan spontan memeluk Reza.

"Ati-ati, Bro!" teriak Aldi yang melakukan hal sama dengan Reza.

"Reza! Lo enggak bisa pelan-pelan gitu?!" omel Lessa yang melepas pelukannya.

"Udah, sih. Peluk aja enggak apa-apa," balas Reza santai.

"Enggak masalah itu. Gue kaget bego!" dumel Lessa yang menjadi badmood karena Reza.

"Makanya pegangan!" pinta Reza yang sedikit memundurkan kepalanya agar Lessa mendengar.

"Bodo," gerutu Lessa.

Tiba-tiba Reza membawa motornya ke pinggir jalan lalu berhenti. Hal itu membuat Lessa bingung. Apa yang mengharuskannya berhenti?

Tinta Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang