- U K S -

24 10 0
                                    

“Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.”~Dee Lestari

"Lessa lo sudah belajar? Gue sama sekali enggak ngerti, lo tahu 'kan kalau gue paling enggak bisa kimia." Miselle mengeluh pada Lessa yang masih dalam perjalanan menuju kelas mereka.

"Terus lo mau nyontek gitu?" tanya Lessa.

"Iya, terus gimana dong? Setiap gue coba buat belajar, gue tetap enggak paham." Terlihat raut Miselle yang sedikit kesal.

"Iya gue tahu, nanti gue coba, ya buat kasih jawaban ke lo," balas Lessa untuk menenangkan Miselle.

"Makasih, ya."

Keduanya berjalan menuju kelas dan duduk di kursi yang telah diberi nama para pemilik kursi dan jarak untuk menetralisir kegiatan mencontek.

"Gue pasti bisa!" Lessa menyemangati dirinya dalam hati bahwa ia bisa menaklukkan soal-soal kimia pada ujian kenaikan kelas ini.

Soal mulai dibagikan. Setelah menerima, Lessa langsung membaca dan mengamati setiap soal. Tak lama kemudian tangannya begitu lihai menari di atas kertas jawabannya.

Sedangkan Miselle hanya bisa membolak-balikkan kertas dan mencoba menjawab agar guru pengawas tidak curiga kepadanya.

"Duh itu guru kenapa lihatin gue mulu sih! Gue 'kan mau minta contekkan dari Lessa," cicit Miselle yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Guru pengawas yang ada di kelas tiba-tiba saja bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Miselle.

"Duh mati gue," guman Miselle seraya menepuk dahinya pelan.

"Kamu saya perhatikan dari tadi gelisah terus, ada apa?"

"Enggak Bu, cuma lupa rumus aja," jawab Miselle dengan tersenyum kikuk.

"Bukan berarti kamu mau menyontek, 'kan?" tanya guru pengawas itu yang membuat Miselle semakin memacu detak jantungnya.

"Enggak Bu, nanti saya coba ingat-ingat lagi."

"Baiklah."

Guru pengawas itu kembali ke posisi semula. Miselle merasa lega, setidaknya ia tak akan dicurigai nantinya.

"Huh ... bikin gue jantungan aja, sih."

Tiga puluh menit berlalu, Lessa dengan mudah mengerjakan semua soal kimia yang ada di lembar soal milikinya.

"Sstt ... Lessa," panggil Miselle dengan suara pelan.

Si empu pemilik nama tak mendengar panggilannya. Dengan sabar Miselle memanggilnya lagi.

"Les! Lessa!" Kini suara Miselle sedikit keras sehingga mampu membuat Lessa menoleh.

"Apa?" balas Lessa tanpa bersuara.

"Bagi jawaban."

Lessa menjawab dengan isyarat jarinya yang menautkan ujung ibu jari dengan telunjuk sebagai pertanda iya.

Lessa langsung menuliskan jawaban di kertas buram miliknya dan melipat hingga kecil lalu melemparkannya ke arah Miselle.

Tepat saat Miselle menangkap kunci jawaban yang dilemparkan oleh Lessa, guru pengawas itu juga ikut membalikkan punggungnya.

Miselle langsung mengambil sikap biasa-biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

"Duh ini pengawas dari tadi kenapa sih, enggak bisa diam aja gitu, ya!" Miselle mengumpat dalam hati.

Tinta Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang