- G a g a l A n n i v ? -

45 15 4
                                    

"Kamu yakin mau sekolah hari ini?" tanya Dion halus dengan membelai sayang rambut anaknya.

"Iya, Pa. Aku udah sehat, kok," balas Lessa menampilkan senyum manisnya yang tentu palsu untuk meyakinkan orang tuanya.

"Kalau ada apa-apa langsung telepon Mama, ya," pesan Gea seraya menyodorkan kotak makan untuk bekal Lessa.

"Pasti." Senyum hangat dari Lessa selalu tersaji. Namun, itu palsu.

"Yaudah, Lessa berangkat ya, Ma." Lessa mencium punggung tangan Gea dan tak lupa mencium kedua sisi pipinya.

"Hati-hati ya, Sayang," tutur Gea.

Lessa mengangguk. Dion merangkul putrinya untuk berjalan keluar dan berangkat ke sekolahnya.

Jalanan terlihat sepi, menjadikan mobil yang dikemudikan Dion melaju cukup cepat. Hingga tak membutuhkan banyak waktu, ia sudah menepikannya di depan sekolah Lessa.

"Kalau ada apa-apa telepon mama atau Papa, ya?" pesan Dion ketika anaknya mencium punggung tangannya.

"Iya, Pa. Lessa berangkat, ya. Papa hati-hati!" Lessa langsung berlari kecil memasuki gedung sekolah.

Di koridor ia bertemu dengan Aldi dan Reza yang sepertinya baru datang. Tak banyak bicara, ia menghampiri keduanya dengan tujuan yang sama untuk saat ini.

"Aldi! Reza!" teriaknya karena keduanya sudah berjalan dan berjarak dengannya.

Aldi dan Reza memberhentikan langkahnya, menoleh ke sumber suara. Didapatinya Lessa yang berlari menghampirinya.

"Kenapa, Les?" tanya Reza.

"Udah tahu kabar Taraz, belum?" Lessa langsung to the point.

Aldi dan Reza saling tatap untuk beberapa detik. Keduanya melihat Lessa kasihan. Karena, Taraz pun tak mengabarinya sama sekali.

"Kita juga belum dapet, Les," jawab Aldi.

"Terakhir dia enggak bilang apa-apa, gitu?" lanjut Lessa.

"Terakhir kita main PS di rumahnya dan itu berjalan normal," jelas Reza.

"Enggak ada pamit kemana, gitu? Atau tanda-tanda dia mau pergi?" desak Lessa yang sangat menginginkan informasi tentang Taraz.

"Enggak," balas Reza.

"Nanti kita bantu lihat ke rumahnya, ya," timpal Aldi.

"Gue ikut! Lo berdua bawa motor, 'kan? Gue nebeng enggak apa-apa, 'kan?" mohon Lessa.

"Iya, boleh, kok." Lessa tersenyum girang mendapat jawaban dari Reza.

"Yaudah gue duluan, ya?" pamit Lessa berjalan menuju ke kelasnya.

Aldi dan Reza kembali saling melempar pandang. Sepertinya kedua insan itu memikirkan hal yang sama.

"Sumpah gue kasian sama Lessa," ucap Reza tersenyum miris.

"Gue juga, kali. Taraz kemana, ya?" lanjut Aldi terheran.

-×-

"Nanti pulang sekolah!" seru Lessa dengan nafasnya yang terengah-engah.

"Kenapa? Sini duduk dulu," titah Miselle.

"Pulang sekolah gue mau ke rumah Taraz!" jelas Lessa.

"Lo yakin? Gue takut enggak sesuai ekspetasi, lo," terang Miselle.

"Kenapa gue harus enggak yakin?" tanya Lessa bingung.

"Ya gue takut lo tambah kepikiran kalau hasilnya enggak memuaskan," sambung Miselle.

Tinta Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang