- B u c i n -

26 10 1
                                    

"Mencari hiburan mengobati luka yang kau tanam."
-×-

"Orang tua siapa tadi yang dibahas?" tanya Miselle penasaran.

"Makan." Lessa menatap dingin ke arah Miselle memerintah untuk makan.

"Ih, 'kan gue tanya!" bantah Miselle tak mau disalahkan.

"Orang tua lo!" sela Reza angkat bicara setelah menyaksikan dua insan di depannya beradu argumen.

"Loh? Kenapa nyokap-bokap gue?" tanya Miselle kaget.

"Diajak ke-"

"Nih! Pesenan lo juga udah selesai!" seru Aldi kembali duduk di tempatnya dengan nampan di tangannya.

Ucapan Reza terpotong dan membuat Miselle kesal. Namun, ia tahan untuk tidak kembali bertanya dan memilih melanjutkan makan.

"Udah, selamat makan!" ucap Aldi.

-×-

"Eh, Les. Tapi, lo paham, 'kan pelajarannya pak Fahmi tadi?" tanya Miselle yang berjalan beriringan dengan Lessa menuju gerbang sekolah.

"Paham." Lessa hanya merespon apa adanya dan tetap berjalan santai.

"Sumpah gue ada yang enggak paham, dong! Tapi, yaudahlah, ya," lanjut Miselle heboh.

"Lo pulang naik apa?" tanya Lessa yang langkah mereka sudah sampai gerbang sekolah.

"Enggak tahu. Kayaknya naik angkot, deh," balas

"Gue temenin sampai angkot dateng," lanjut Lessa yang menarik Miselle menuju halte depan sekolahnya.

"Lo naik apa?" tanya Miselle ketika sudah duduk di kursi halte.

"Dijemput nyokap," balas Lessa.

"Ohh begitu," tambah Miselle mengakhiri pembicaraan.

Keduanya terdiam sembari menikmati angin sore yang berhembus pelan menyapu kulit keduanya. Deru kendaraan menjadi musik yang menemani mereka menunggu angkutan umum.

Tiba-tiba terdengar suara bel motor cukup nyaring dan dua pemuda dengan motor ninja yang mereka kendarai berhenti tepat di depan Miselle dan Lessa.

"Eh ayam tidur!" latah Miselle terkaget mendengar bel motor mereka.

"Hahahaha sorry-sorry! Salah siapa lo ngelamun!" tandas Aldi. Ya, mereka adalah Aldi dan Reza.

"Ngapain, sih lo!" geram Miselle yang sudah mengadu alisnya.

"Gue harusnya yang tanya. Lo ngapain di sini?" tanya Aldi melepas helmnya dan mematikan mesin motornya. Begitu pula dengan Reza. Ia melakukan hal yang sama.

"Nunggu pacar gue! Kenapa!?" omel Miselle.

Reza dan Lessa hanya memperhatikan kedua insan tersebut berdepat tanpa berminat melerai ataupun ikut campur.

"Waduh, siapa pacar lo. Emang ada yang mau? 'Kan lo punya gue!" kelakar Aldi membuat Miselle kaget dan membelalakan matanya.

"Apaan, sih lo!" Terlihat Miselle yang salah tingkah dan mengalihkan pandangannya.

"Udah sana jadian aja!" seru Reza yang melihat Miselle salah tingkah.

"Diem, Rez. Belum waktunya. Tunggu tanggal main aja," imbuh Aldi.

Tinta Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang