"Les, entar sore gue jemput buat ke taman. Tadi, Aldi dan Reza ngajakin," ujar Miselleyang keduanya sama merapikan bukunya setelah pembelajaran berakhir.
"Ngapain?" tanya Lessa.
"Biar lo sedikit tenang!" tandas Miselle.
"Gue enggak stres!" elak Lessa.
"Tapi sinting!" ejek Miselle.
"Udah lah, pokoknya gue nanti jemput lo. Gue dateng, lo harus udah siap!" pinta Misalle sedikit mengancam.
"Ya," singkat Lessa.
-×-
Sepulangnya sekolah, Lessa dijemput oleh Gea. Sepanjang jalan keduanya diselimuti keheningan. Tak biasanya Lessa diam seperti ini. Lessa yang dulu suka bercerita apapun yang ia alami di sekolah. Kali ini? Dia hanya membisu.
"Lessa? Lessa ada masalah?" tanya Gea pelan.
"Ha? Enggak kok, Ma," balas Lessa yang jelas berbohong.
"Mama enggak percaya. Biasanya kamu berangkat dan pulang sama Taraz, 'kan? Sekarang dia mana?" lanjut Gea yang seakan tahu kondisi Lessa.
"D-dia ada kok, Ma," jawab Lessa gugup.
"Tapi, kok enggak pernah jemput dan antar kamu?" Gea semakin curiga dengan Lessa.
Lessa tak mampu menjawab pertanyaan Gea yang benar adanya. Hanya saja Lessa masih berusaha menyembunyikannya.
"Mama enggak maksa kamu buat cerita, kok. Mama tunggu kamu cerita, ya. Cerita kapan aja ke Mama," pesan Gea yang tangan kirinya mengelus sayang kepala anaknya.
Lessa mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Tak kerasa, mobil mereka sudah memasuki garasi rumahnya.
"Oh iya, Ma. Nanti aku diajak ke taman sama Misalle," pamit Lessa sebelum membuka pintu mobil.
"Iya," balas Gea menampilkan senyum hangatnya.
Lessa langsung berlari menuju kamarnya. Melempar tasnya asal. Matanya menangkap foto yang berdiri cantik di meja belajarnya membuat hatinya kembali teriris.
"Taraz, mama nanyain kamu, loh." Lessa mengambil foto itu dan mengusapnya pelan.
"Kamu enggak ada niatan balik?" lanjutnya.
Lagi-lagi air matanya turun. Rindu yang amat menyelimuti dirinya. Cukup mendapat kabar dari Taraz saja sudah membuat ia sedikit tenang.
"Aku izin main sama Miselle dan temen kamu, ya?" lirihnya kembali meletakkan foto itu.
Lessa bergegas mengganti seragamnya dengan baju untuk pergi. Memandang dirinya di cermin dan bergumam, "Aku kangen kamu panggil 'cantik', Tar."
"Lessa, ada temen kamu, Nak!" teriak Gea dari arah luar kamarnya.
Lessa langsung mengambil tas kecilnya dan ponsel yang ia masukkan asal lalu keluar untuk menemui Miselle.
"Lessa izin ya, Ma," pamit Lessa mencium punggung tangan Gea.
"Hati-hati, ya," tutur Gea.
"Izin ya, Tante," sambung Miselle.
"Iya, hati-hati," jawab Gea.
Miselle dan Lessa langsung keluar menuju mobil Miselle yang dikemudikan oleh sopir keluarganya.
"Lo udah baikan, 'kan?" tanya Miselle bersemangat.
"Ya gitu, deh," ungkap Lessa mengangkat bahunya tak acuh.
"Gue harap, pulang dari taman lo harus kayak Lessa yang dulu!" mohon Miselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...