"Dulu kita selalu mengucap kata sayang di penghujung malam. Kini, kita tidak lebih dari dua orang asing yang merindukan masa lalu secara diam-diam." ~Fiersa Besari
-×-"Les! Beneran ayo!" rengek Miselle pada Lessa yang tangannya masih sibuk dengan buku seusai pelajaran berakhir.
"Lo dianter Aldi, 'kan?" goda Lessa.
"Ish! Lo kenapa, sih, Les!" keluh Miselle.
"Enggak kenapa-kenapa," balas Lessa santai.
"Makanya ayo!" ajak Miselle sedikit berteriak.
"Yaudah, ayo!" seru Lessa.
"Naik angkot aja, ya?" tawar Miselle yang terus menggandeng Lessa ketika keduanya berjalan keluar gedung sekolah.
"Panas," tolak Lessa.
"Terus naik apa?" tanya Miselle khawatir yang langsung melepaskan tangannya dari lengan Lessa sembari mengempoutkan bibirnya bak balita meminta permen.
"Kayak bocah lo!" sarkas Lessa.
"Ih, Les! Gue serius!" Miselle menghentakkan kakinya karena ejekan dari Lessa.
"Beneran serius?" sahut siswa yang kebetulan lewat di depan mereka.
"A-apaan, sih, lo!" tandas Miselle ketika mengetahui siswa tersebut.
"Katanya mau serius," ujar Aldi mengulang kalimatnya. Ya, dia Aldi dan Reza yang kebetulan lewat di jalan yang sama dengan Lessa dan Miselle.
"Noh, sama Aldi aja napa sih, Selle!" sambung Lessa.
"Apaan, sih, Les!" tukas Miselle.
"Ngajak ke mana, sih?" tanya Aldi.
"Gramed," balas Lessa.
"Yaudah, sih gue anter, aja," lanjut Aldi bermain alis di depan Miselle.
"Gratisan, Selle," bisik Lessa mendekatkan kepalanya pada telinga Miselle.
"Pala lo!" sarkas Miselle.
Reza yang sedari tadi diam dengan menyaksikan perdebatan di depannya akhirnya pun angkat bicara.
"Sekarang gini, lo mau apa enggak?" tanya Reza mempertegas.
"Ngapain lo ikut-ikut?!" sarkas Miselle.
"Gue nengahin anjir!" seru Reza tak terima.
"Udah lah, Selle. Bilang aja mau. Gue tahu lo pengen jalan sama gue!" timpal Aldi yang langsung menggandeng Miselle menuju parkiran sekolah.
"Ajakin Lessa, Rez!" teriak Aldi.
"Lo mau ikut?" tanya Reza.
"Enggak usah, gue mau pulang aja," balas Lessa.
"Udah, gue juga tahu lo pengen ikut sama mereka," sambung Reza yang juga menggandeng Lessa agar berjalan di depannya lalu melepasnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...