- I t u K a m u ? -

30 10 3
                                    

"Lessa? sayang," ujar Taraz yang seakan tak percaya.

Perempuan yang ia cintai, Taraz sudah lama tak bertemu dengannya sejak kepindahannya mengikuti permintaan orang tuanya itu, akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan sang pujaan hati.

"Ta-taraz?" batin Lessa yang masih tak percaya dengan sosok lelaki di depannya saat ini.

Lessa juga tak menyangka ia akan kembali dipertemukan lagi dengan Taraz. Lelaki yang selama ini menghilang dan tak memberi kabar padanya, ada di hadapannya saat ini.

"Ini enggak mungkin. Gue pasti salah liat." Lessa terus membatin tak percaya dengan hal yang ia rasakan kini.

Lessa langsung membalikkan badannya dengan sedikit berlari dan kembali ke hadapan Miselle.

"Selle, ayo pulang. Gue enggak nemu barang yang pengen gue beli." Lessa menarik tangan Miselle untuk segera pulang.

"Iya." Miselle hanya menurut dan kebingungan kenapa Lessa tiba-tiba mengajaknya pulang.

Lessa menghampiri Aldi dan Reza yang tengah melihat-lihat komik. Tanpa basa-basi, Lessa menarik keduanya.

"Reza, Aldi. Ayo pulang, gue cape!" Alasan Lessa yang sangat tak masuo akal terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Iya, enggak usah narik-narik gini," ujar Aldi.

"Buruan, langsung cabut. Gue pengen istirahat!" Lessa sedikit merengek agar mereka bisa pulang.

Di lain sisi, pria itu masih berdiam di tempatnya. Seakan semua memori tentang Lessa terputar pada otaknya. Masa-masa dimana Lessa dan Taraz sering jalan dan menikmati hari bersama.

Dari arah belakang, Anya menatap aneh Taraz yang hanya berdiam diri. Anya melihat sekitarnya. Namun, tak menemukan keanehan.

"Taraz." Anya menepuk bahu Taraz untuk menyadarkan Taraz.

"I-iya kenapa?"

"Lo ngapain bengong di sini?" tanya Anya sambil menautkan alisnya.

"Eng-enggak kok. Tadi gue cuma bingung mau kemana," alibi Taraz mencoba mengalihkan.

"Lo baik-baik aja, 'kan?" tanya Anya memastikan,

"Iya kok." Anya masih tak percaya dengan jawaban Taraz.

"Yakin? Lo sakit?" lanjut Anya kembali bertanya untuk memastikan.

"Yakin, Nya. Enggak gue enggak sakit, kok," balas Taraz yang menatap Anya untuk meyakinkan.

-×-

Di perjalanan, Lessa hanya merenung memikirkan Taraz. Masih tak percaya jika itu benar Taraz. Bagaimana bisa dirinya bertemu dengan Taraz? Kenapa Taraz tak memberinya kabar dan kembali tiba-tib? Banyak pertanyaan yang berputar di otak Lessam

"Tadi itu Taraz bukan sih? Tapi masa iya? Dia 'kan udah lama ngilang. Tapi, kalau beneran gimana, dong? Gue kangen," batin Lessa sedang bergelut dengan otak dan hatinya yang tidak selaras.

"Lessa," panggil Reza.

Panggilan itu tak mendapat respon dari sang empunya nama yang berada di belakangnya di perjalanan pulang.

"Lessa," Reza menguatkan suaranya.

"Hah? Kenapa? Udah nyampe?" balas Lessa.

"Belum, gue lihat lo dari tadi bengong aja," jawab Reza. "Lo mikirin apa sih?" lanjut Reza.

"Eng-enggak kok, cuma mikirin tugas aja," Lessa berbohong, karena ia tak mau teman-temannya tahu.

"Masa iya? Lo mikirin tugas sampai bengong gitu? Perasaan tadi lo biasa aja, deh," kilah Reza tak percaya.

Tinta Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang