Di malam yang dingin ini menjadikan Taraz hanya duduk menyandar di atas kasurnya dengan benda pipih di tangannya yang tiba-tiba muncul sebuah notifikasi bertuliskan 'anniversary' pada pengingat kalender digital.
Tak terasa hubungan keduanya telah berjalan satu tahun lamanya. Keduanya tak bisa merayakan bersama.
"Happy anniv Lessa, aku sayang sama kamu," ucapnya sambil menatap layar ponsel yang menampilkan Lessa dengan senyum mirisnya.
"Maaf, harusnya kita bisa ngerayain ini bareng-bareng. Tapi, justru kita harus berjauhan kayak gini," lanjutnya dan mengusap wajahnya kesal. "Aku harap kamu bahagia di sana."
-×-
Gea merasakan perubahan sikap putrinya itu yang jadi lebih pendiam sejak beberapa hari yang lalu.
"Lessa, kamu enggak apa-apa? Ada masalah apa?" tanya Gea yang melihat Lessa sedari tadi hanya diam di meja makan.
"Eh, enggak Ma, Lessa baik-baik aja," jawab Lessa lesu.
"Mama perhatiin kamu beda, Les. Enggak kayak biasanya," jelas Gea yang mencoba mengulik apa yang terjadi pada Lessa.
"Lessa enggak beda, kok," jawab Lessa dengan senyum palsunya untuk menyembunyikan kesedihannya.
"Lessa, ayo berangkat!" ajak Dion yang telah bersiap dengn pakaian rapinya.
"Ma, Lessa pamit dulu, ya."
Sepanjang koridor sekolah, banyak siswa laki-laki yang menggoda Lessa namun Lessa tak peduli dengan mereka.
"Lessa cantik banget. Jadian, yuk?"
"Cewek cantik kayak Lessa dianggurin sama pacarnya, dong."
Aldi dan Reza yang melihat hal itu dari kejauhan langsung berlari dan menyejajarkan langkahnya dengan Lessa.
"Lo-lo pada jangan gangguin dia. Awas aja!" amncam Reza yang membuat mereka diam.
"Tahu, heran banget udah ada cowoknya masih aja pada gangguin," tambah Aldi.
"Les, Lo udah baik-baik aja, 'kan?" tanya Reza yang masih melihat Lessa lesu.
"Gue enggak apa-apa, kok. Cuma ngerasa ada yang kurang aja," jawab Lessa mencoba setegar mungkin.
"Sabar aja, dia pasti balik lagi ke sini," tutur Reza pada Lessa.
"Iya, gue percaya sama Taraz." Lessa berusaha berpikir kalau Taraz akan kembali pada dirinya.
"Mau dianter ke kelas?" tawar Reza pelan.
"Gue bisa, kok," tolak Lessa.
"Udah ayo anterin, aja. Gue pengen ketemu Miselle," alibi Aldi.
"Yaudah ayo. Kita anter, ya, Les." Reza beruaha meyakinkan Lessa kalau ia akan aman bersamanya.
Ketiganya berjalan beriringan menuju kelas Lessa dengan banyak siswa yang memperhatikannya.
"Makasih, ya," ungkap Lessa sesampainya di kelasnya.
"Iya, kalau ada apa-apa langsung ke kita aja, ya, Les," pesan Reza.
"Jangan lupa, Les. Kita bakal terus bantu lo, kok," imbuh Aldi.
"Iya. Gue duluan, ya," pamit Lessa yang langsung masuk ke kelasnya.
Mata Aldi mengikuti perginya Lessa hanya karena ingin melihat Miselle. Senyum manis tercipta di bibirnya setelah menangkap paras cantik Miselle.
"Udah ayo!" seru Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...