"Mungkin, kita terlalu pandai berpura-pura hingga kita lupa bahwa kita sedang berpura-pura. Dan akhirnya kepura-puraan tersebut kita anggap kebenaran." - Fiersa Besari
-×-"Besok udah bebas!" seru Miselle bersemangat setelah mengetahui jadwalnya ujian sudah berakhir hari ini.
"Hidup baru dimulai," sahut Lessa yang berjalan beriringan dengan Miselle menuju kelas.
"Lah ngapain? Ya tetep lah! Tetep jadi manusia bukan berubah jadi bunglon," balas Miselle.
"Ye terserah lo!" Lessa memilih berjalan mendahului. Ia sudah bosan mendengar kalimat aneh yang tercipta dari mulut Miselle.
"Woi Les! Jahat lo ninggalin Ratu Miselle!" teriak Miselle dengan memuji dirinya sendiri.
"Bodo!"
Tak terasa kaki mereka sudah menginjak ruang kelasnya. Lessa dan Miselle langsung duduk di tempat mereka.
Miselle memilih untuk memainkan ponselnya sembari menunggu waktu ujian dimulai. Berbeda dengan Lessa yang memilih untuk memejamkan matanya sejenak dengan tumpuan lengan yang ia tekuk di atas meja.
-×-
"Iya, sih. Tapi, lebih kasian sama Upin enggak, sih? Dia di ejek Fizi botak." Aldi yang sedari tadi mengucapkan hal tidak penting, membuat Reza semakin geram.
"Kayaknya lebih kasin lo kalau lo botak di tangan gue gegara kebanyakn bacot, deh," sahut Reza yang tak kuasa menahan emosinya.
"Enggak mau! Gue cuman iba aja sama Upin Ipin." Aldi masih melanjutkan ucapannya yang jelas ada di ujiannya nanti, dan jelas tak ada faedahnya sama sekali.
"Lo lihat muka gue peduli? Oh tentu tidak!" Reza sudah bosan dengan perbincangan mereka sembari menunggu jam ujian di dalam kelas mereka.
"Gue juga enggak peduli, sih, sebenernya. Cuman, kalau dipikir-pikir, Sekolah Tadika Mesra itu emang menghambat pertumbuhan anak, ya?" Aldi masih melanjutkan pikirannya yang menyeleneh.
"Iya juga, ya? Udah berapa tahun yang sekolah di situ enggak gede-gede." Akhirnya Reza menyelami percakapan Aldi.
"Tuh 'kan! Udah berapa tahun anjir!" sahut Aldi yang merasa senang karena memenangkan perdebatan dingin dengan Reza yang enggan untuk berboncang.
"Hello Bro!" seru Taraz memecah keseruan di dan Reza yang sedang memecahkan keanehan dalam film Upin dan Ipin.
"Hm," dehem Reza yang langsung merubah mimik wajahnya menjadi lesu.
"Kira-kira gue harus apa biar Lessa bisa maafin dan hubungan gue sama dia akan baik-baik aja?" Taraz meminta saran pada kedua sahabatnya setelah mendudukkan dirinya di depan Aldi dan Reza.
"Minta maaf dan lo jelasin apa yang harusnya lo jelasin ke dia," jawab Aldi, sedangkan Reza lebih memilih diam.
"Tapi, Lessa enggak mau dengerin penjelasan gue, gue harus gimana?" tanya Taraz lagi.
"Ya coba lagi lah, masa gitu doang lo nyerah? Cih!" Aldi meledek Taraz yang tampak lemah.
"Kalian marah juga sama gue?" tanya Taraz melempar tatap bergantian ke arah Reza dan Aldi.
"Gue sih, yes. Karena lo udah lama banget enggak ngajak kita main PS," sahut Aldi.
"Rez, lo marah, ya sama gue?" tanya Taraz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...