"Tak usah repot-repot menyisakan ruangan di hatimu untuk seseorang yang tidak mau menetap." ~Fiersa besari
-×-"Lanjutin," pinta Lessa dengan ketus ketika Taraz berhenti berbicara.
"Maafin aku, ya, Les," sambung Taraz.
Lessa menatap Taraz dengan tajam. Ingin sekali dirinya membenci Taraz. Mengingat banyak hal indah yang diciptakan Taraz untuknya.
"Basi!" cibir Lessa yang langsung pergi meninggalkan Taraz dan Anya.
"Les, tunggu dulu. Anya belum tahu apa-apa di sini," cegah Taraz yang mencekal tangan Lessa.
"Yaudah lo kasih tahu aja pake kalimat manis lo!" sinis Lessa dengan menunjuk Taraz.
"Hei Lessa. Makanya duduk dulu, Anya engga ta-" Terpotonglah omongan Taraz oleh Lessa.
"Gue enggak peduli. Itu bukan urusan gue," tegas Lessa yang mulai risih.
"Ini masalah kita," sela Taraz.
"Kita? Lo bilang kita? Setelah lo balik bawa cewek lain?" tandas Lessa menekan setiap katanya.
"Les, jangan gitu. Kita ngomong baik-baik, ya," ucap Taraz terus menenangkan Lessa.
"Apa yang perlu diomongin? Hubungan kalian? Atau lo mau tahu kesakitan hati gue pas lo tinggal, ha?!" sarkas Lessa.
"Sini kita duduk lagi, ya," ujar Taraz menarik Lessa kembali duduk di tempatnya.
"Lessa," panggil Anya pelan.
Tatapan sinis dari Lessa yang menjawab. Bukan membenci, hanya sakit ketika mengingat kejadian memilukan itu.
"Gue di sini emang enggak tahu apa-apa. Gue enggak tahu hubungan lo sama Taraz itu apa. Kalau gue sal-"
"Enggak usah sok polos lo! Kalau emang lo mau Taraz, ya udah ambil aja. Gue enggak butuh laki-laki brengsek modelan lo!" bentak Lessa menyela ucapan Anya dengan menunjuk kedua insan tersebut secara bergantian.
"Basi!" Lessa langsung berjalan meninggalkan keduanya. Kali ini Taraz memilih membiarkan Lessa pergi. Melihat emosinya yang tak bisa ditahan.
Lessa memainkan ponselnya untuk memesan kendaraan online. Ia memilih memesan mobil online. Karena emosinya masih meluap-luap. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan ketika memesan motor online.
Tak lama, mobil yang ia pesan sampai. Lessa langsung masuk dan sopir melajukan mobilnya menuju alamat rumah Lessa.
Sementara di tempat kejadian perdebatan, Anya dan taraz masih sama-sama bungkam. Dengan Anya yang berposisi tak tahu apa-apa dan Taraz yang masih ragu untuk menjelaskan.
"Nya."
"Raz."
Keduanya saling memanggil diwaktu yang bersamaan. Keadaan mendadak canggung.
"Lo dulu," pinta Anya.
"Gue jelasin siapa sebenernya Lessa, ya?" kata Taraz.
Anggukan pelan tanda terima dari Anya membuat Taraz mengambil ancang-ancang untuk berucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Luka [END]
Teen FictionDuka tercipta setelah kebahagiaan sirna. Perubahan yang terpaksa karena adanya keadaan. Dia tidak mengambil kebahagiaannya, ini hanyalah sebuah amanah. Bukan tidak menerima. Tapi, menjadi sebuah trauma. Bukan tidak mendengar. Namun, mencoba untuk me...