6. Ku Kira Dia

706 108 1
                                    

6. Ku Kira Dia

“Apa dia sudah menikah?” tanyaku

Chaeyoung terdiam cukup lama lalu menghela nafas.
“Apa yang akan kamu lakukan jika dia belum menikah? Apa kau ingin kembali bersamanya?” tanyanya balik.

”Tidak, tidak mungkin hal itu terjadi,” jawabku. Ya memang tidak mungkin, orang tuanya saja tidak menyetujuiku bagaimana bias aku kembali padanya.

“Lupakan dia, mulai hidup baru. Bersenang-senanglah Tzuyu.” Dahyun kini menyemangatiku.

“Iya, oh ya selama aku disini kan aku tidak ada kerjaan sama sekali, kalau kalian mau pergi jalan-jalan ajak aku ya.” Mohonku pada mereka berdua.

“Lusa sepertinya aku akan keluar dengan Mina eonnie, apa kau mau ikut?” tawar Chaeyoung.

“Ah sepertinya aku akan menjadi nyamuk, tidak deh, lagipula aku tidak kenal dengannya,” tolakku.

“Aku akan ikut juga kalau begitu, agar kau tidak menjadi nyamuk, bagaimana boleh kan Chaeng?” tanya Dahyun pada Chaeyoung.

“Kau ingin ikut karna ingin menemani Tzuyu atau karna kau ingin menemui Mina eonnie?” sindir Chaeyoung.

“Tentu saja karna aku ingin menemani Tzuyu, mana mungkin aku akan menikungmu Chaeng,” jawab Dahyun.

Chaeyoung hanya diam, aku tau dia ada masalah sepertinya. Walaupun sudah 7 tahun kita tidak bertemu, tapi aku masih ingat bagaimana wataknya. Agar tidak canggung akhirnya aku mengalihkan topik. Aku bercerita tentang pekerjaanku selama di Amerika, kita juga bercerita mengenai masa masa di SMA dulu, masa masa nakal dulu, ah itu hanya sudah menjadi kenangan, sama seperti hubunganku dengannya yang hanya sebatas kenangan.

Karna sudah cukup lama berbincang dan waktu semakin lama kita memutuskan untuk pulang.

Sebenarnya ingin sekali aku berlama-lama disini, tapi ku lihat mereka sepertinya lelah.

“Kalian naik apa?” tanyaku membuat mereka berdua menoleh ke arahku.

“Aku bawa mobil si,” jawab Dahyun.

”Kau?” aku menunjuk Chaeyoung menggunakan daguku.

“Taksi online, aku tak bawa mobil, mobilku di bengkel.” Jawabnya sambil sibuk melihat hpnya.

“Apa sudah pesan? Kalau belum biar bareng denganku,” tawarku.

“Tak usah, terimakasih. Lagipula apartementmu dengan rumahku tak searah.” Jawabnya.

“Ayolah tak apa, sekali-kali aku mengantarmu,ayooo,” ajakku sambil menarik tangannya.

“Baiklah,”

“Bye Dahyun,” ucapku pada Dahyun yang dibalas dengan lambaian tangan.

Selama perjalanan kita hanya berdiam diri, tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara lagu dari radio mobilku saja, entah kenapa lagi-lagi canggung.

“Apa sedang ada masalah?” tanyaku mencoba memecah keheningan.

“Tidak ada,” jawabnya dingin tanpa menoleh ke arahku.

“Apa dengan Dahyun baik-baik saja?” tanyaku lagi.

“Baik, seperti yang kau lihat aku manja padanya,” jawabnya masih tak menoleh ke arahku.

Aku tau dia sedang tidak baik-baik saja, aku tak ingin dia memendam semuanya sendiri, terakhir kali dia mencoba bunuh diri karena suatu masalah, jadi aku tak ingin hal itu terulang kembali.

Ku pinggirkan mobilku, dan langsung menangkup pipinya agar dia menoleh padaku.

“Cerita, cerita padaku, sekarang aku disini, cerita lah,” ucapku padanya.

Masa Lalu ( JITZU ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang