Kita berdua akhirnya meninggalkan apartement dan langsung menuju ke rumah orang tua Chaeyoung. Selama perjalanan tak ada yang berbicara sama seperti pada saat waktu itu aku mengantarkannya pulang sehabis dari acara pemakaman Chaeyoung.Bedanya kali ini dia lebih sibuk fokus pada HPnya. Entah apa yang sedang dia lihat sekarang.
“Eonnie sedang sibuk?” tanyaku, karena sedari tadi dia tidak pernah lepas dari memperhatikan HPnya itu.
Dia menoleh ke arahku, “Kenapa?” tanyanya balik.
“Dari tadi ngelihatin HPnya terus,” balasku sambil menunjuk ke arah HPnya menggunakan daguku.
“Ah, engga sibuk. Cuman bingung mau ngapain aja, daripada ngeliatin jalanan doang ujung-ujungnya nanti ngelamun, yaudah main HP aja,” jelasnya.
“Matiin HPnya ntar pusing kalau main HP di mobil, mending ngobrol sama aku aja biar ga sunyi,” ucapku tetapi pandanganku masih fokus ke depan.
“Ntar kamu gak konsen nyetirnya,”
“Siapa bilang, gabakal itu mah, udah ahli nyetir aku,” balasku sombong membuatnya dia tertawa pelan.
“Iyaudah, mau bahas apa?” tanyanya sambil memasukan HPnya ke dalam tasnya.
Pertanyaannya membuatku bingung dengan topik apa yang akan kita bahas, jika Jihyo dia tidak akan bertanya tapi dia akan mencari topiknya sendiri, membahas hal-hal konyol, tapi Sana eonnie sangat berbeda berbeda dengan Jihyo.
“Ngga tau,” jawabku polos, dia lagi-lagi tertawa lalu memukul tanganku pelan.
“Ah iya,” aku teringat sesuatu.
“Apa perlu kita bawa sesuatu untuk orang tua Chaeyoung?” tanyaku padanya.
“Boleh,” jawabnya sambil mengangguk.
“Tapi apa?” tanyaku lagi, jujur aku bingung harus membawakan apa, karena aku tidak tau selera orang tua.
“Gimana kalau roti, kue atau semacamnya? Setelah lampu merah ini bukannya ada toko kue yang enak ya?” tawarnya padaku sambil menunjuk ke arah depan.
Aku tersenyum lalu melajukan mobilku setelah lampu merah berubah menjadi hijau, kemudian aku memarkirkan mobilku di depan toko kue itu.
“Ayo,” ajakku lalu turun dari mobil dan kemudian melangkah masuk ke arah toko. Sana eonnie juga mengikutiku.
Saat aku masuk, wuhh aroma kue-kue yang sudah terjajar rapi di rak sangat enak. Baunya sangat tajam, membuatku kelaparan.
Kita melihat-lihat beberapa kue, sangat beragam kue-kue disana.
“Harus beli yang mana? Aku tak tau selera orang tua,” tanyaku pada Sana eonnie yang sedang sibuk memperhatikan.
“Pilihkan saja sesuai dengan kesukaan mamamu Tzuyu,” jawabnya. Tapi tunggu, aku tak pernah tau kue kesukaan mamaku.
“Aku tidak tau, aku tinggal di Amerika jadi jarang membelikannya kue, palinngan aku ngasih barang, uang, atau semacanya,” jelasku membuatnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Dih dasar,” dia memberikanku sebuah nampan untuk meletakkan beberapa kue dan memintaku untuk membawanya.
“Bantu aku menyarinya juga ya,” ucapnya lalu mencari beberapa kue.
Aku juga melihat-lihat beberapa kue disana, dan menumukan cake yang lumayan cantik, dan keliatan enak. Banyak cream dan gula-gula.
“Bagaimana dengan ini?” ku tanya padanya sambil menunjuk cake itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Lalu ( JITZU ) ✓
RandomBercerita tentang Tzuyu dan Jihyo yang pernah menjadi sepasang kekasih yang terpaksa harus kandas karena tidak mendapat restu. Mereka pun berakhir dan berpisah selama 7 tahun lamanya, dan tetapi masih sama-sama memiliki rasa. Namun keduanya juga tid...