Masa Lalu ( JITZU ) ✓

20. Kerja Sama

Setelah aku berbaikan dengan Dahyun, aku merasa hari-hariku berjalan lebih sedikit tenang dari biasanya. Kini aku memiliki teman mengobrol lagi, memiliki teman untuk bertukar cerita, dan pastinya memiliki teman untuk diajak keluar lagi. Ya walaupun rasanya tidak sama seperti dulu lagi, sekarang kondisinya sudah berubah. Tidak ada lagi Chaeyoung yang bersama kita, tapi aku yakin Chaeyoung sekarang senang melihat aku dan Dahyun sudah akur-akur saja.

Walaupun hari-hariku menjadi lebih tenang, tapi ada hal yang selalu membuatku gelisah. Aku kira saat aku berbaikan dengan Dahyun bisa membuatku dan Sana eonnie menjadi lebih dekat, tapi nyatanya salah. Sana eonnie masih sibuk dengan pekerjaannya, dia sudah tidak pernah lagi berkunjung ke apartementku, ya walaupun aku masih mengantarnya ke kantor dan menjemputnya untuk pulang tapi masih ada yang terasa kurang. Sana eonnie, satu-satunya orang yang bisa membuat aku sedikit lupa dengan seseorang yang ada di masa laluku kini malah sibuk. Tapi aku sadar, aku tidak boleh menuntut, aku saja masih belum ada rasa padanya, dan entahlah dia apa sudah melupakan Dahyun atau belum. Dia masih terlalu sibuk untuk aku ajak bicara.

Sebenarnya aku tidak menyalahkan Sana eonnie. Bagaiomana juga ini salahku, Dahyun masih tidak bekerja karena memang seperti itu wataknya, ketika sedang galau dia memilih untuk tidak berkerja. Dan penyebab Dahyun menjadi galau adalah karena dia putus dengan Mina eonnie, dan dalang masalahnya adalah aku.

Sejujurnya aku ingin kembali menyatukan dua orang itu, tapi aku tak mengerti caranya untuk menyatukan dua orang yang sudah pernah berakhir. Aku tidak tahu harus melakukan apa agar mereka bisa bersatu lagi, aku tak pandai menyatukan sesuatu yang sudah hancur. Tapi aku yakin hubungan mereka belum terlalu hancur, aku yakin mereka masih saling mencintai.

Kata Dahyun, dia dan Mina eonnie belum pernah bertemu lagi sejak Dahyun mengakhiri hubungan mereka. Jadi aku berniat untuk membuat mereka bertemu lagi. Tapi masalahnya aku tidak dekat dengan Mina eonnie, bahkan nomer teleponnya saja aku tidak punya. Seingatku waktu itu dia memberiku nomer Jihyo, bukan nomernya sendiri.

Awalnya aku ingin meminta bantuan kekasihku, tapi dia menjadi wanita yang sibuk sekarang. Aku juga sudah meminta bantuan pada Jeongyeon eonnie dan Nayeon eonnie tapi mereka tidak mau katanya aku harus berjuang sendiri. Sungguh eonnie yang tidak berperikemanusiaan.

Ada satu orang sebenarnya yang terlintas di pikiranku. Satu-satunya sahabat Mina eonnie yang aku kenal, Jihyo. Tapi bagaimana bisa aku meminta bantuannya, memikirkannya saja sudah membuatku frustasi. Aku tidak tahu apa yang terjadi bagaimana nanti jika aku mendengar suaranya, bisa bisa semua usaha yang aku lakukan untuk melupakannya malah terbuang sia-sia.

Tapi kurasa hanya dia yang bisa membantuku untuk menyatukan Mina eonnie dan Dahyun. Ku rasa ini saatnya membuang ego demi seorang sahabat. Semoga saja dengan membantu sahabat bisa membuatku dengan cepat melupakan Jihyo, walaupun harus merasakan pahit terlebih dahulu. Tapi aku bingung bagaimana caranya meminta tolong pada Jihyo. Aku sudah lupa caranya berbicara dengan Jihyo. Apa perlu aku menelponnya sekarang? Ya kurasa perlu.

Dengan niat yang sangat kecil akhirnya aku mengambil handphoneku yang terletak di meja hadapanku. Aku mencari menu kontak dan kemudian mencari kontak Jihyo. Saat sudah menemukannya aku tidak langsung menelfonnya. Masih ada banyak keraguan pada diriku tapi demi Dahyun akhirnya aku mengklik tombol telpon.

Cukup lama, tak ada jawaban dari seberang. Apa dia sedang sibuk? Atau sedang dengan pacarnya? Atau dia tak suka aku menelponnya? Tak ada sautan sama sekali, aku pun memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu, tapi sebelum aku mengakhiri panggilan itu hpku bergetar sebentar yang menandakan bahwa dia menjawab telponku.

“Halo? Ada apa Tzu?” suaranya membuatku diam, suara yang membuatku candu kini kembali aku dengar, membuatku diam tak bisa menjawab.

“Halo? Apa kau salah sambung? Jika iya akan aku matikan. Aku sedang sibuk sekarang,” ucapnya dari seberang sana dengan nada dingin, nada yang tak pernah aku dengar sebelumnya.