28. Tengkar.

497 88 27
                                    


Kakiku berjalan menuju tempat dimana aku memarkirkan mobil. Setelah Sana eonnie benar-benar pergi aku memutuskan untuk menyusul Dahyun yang sudah menunggu sedari tadi.

Wanita cantik, putih, tidak terlalu tinggi tapi lucu melambaikan tangannya padaku. Iya itu Dahyun, jarang banget kan aku memuji sahabatku yang satu itu.

"Udah yuk pulang, nanti malem aja ngegalaunya," ucapnya saat aku sudah berada di sampingnya.

Aku hanya tertawa menanggapinya. Dia masih belum tahu jika aku dan Sana eonnie sudah kandas semalam.

Membuka pintu mobil dan duduk di kursi sopir. Dahyun juga masuk dan duduk di kursi penumpang yang ada di sebelahku.

Aku menghidupkan mobil, dan kemudian menjalankan mobilku dengan kecepatan normal keluar dari kawasan bandara itu.

Sepanjang perjalanan tak ada obrolan yajg kita bahas. Hanya suara musik dari radio mobilku saja yang terdengar.

Hingga akhirnya Dahyun yang memang tidak suka dengan kesunyian mulai membuka suara.

"Heran deh, kenapa orang-orang bisa ngejalanin hubungan LDR, apa gak bakal kangen?"

Aku terlalu malas untuk menanggapinya. Karena jujur aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.

"Kamu yakin bisa ngejalanin LDR?" tanyanya padaku dengan pandangan yang masih lurus.

"Nggak," jawabku enteng.

"Lah gimana sih?" dia menatapku bingung.

"Apanya yang gimana?"

"Ya kan, kamu sama Sana eonnie bisa dibilang LDR-an dong," balasnya masih dengan wajah yang masih tetap bingung.

"Nggak, kata siapa?" aku makin membuatnya kebingungan.

"Kita udah putus kali Tzu," ucapku dengan santai.

Berbeda denganku, Dahyun menanggapi omonganku dengan tidak santai.

"Lah kok aku baru tau? Kapan?" Tanyanya mulai mengintrogasi.

"Semalem, dia yang mutusin," jelasku.

"Karena kalian gabisa hubungan jarak jauh?" tebak Dahyun.

Aku menggeleng, "Ada alasan lain,"

"Apa? Wah pasti kamu nyakitin dia ya? Ngaku kamu Tzu, kan aku udah bilang jangan nyakitin Sana eonnie. Cukup Jihyo eonnie aja yang kamu sakitin, Sana eonnie mah jangan," ucapnya.

"Apaansi, aku sama sekali ga nyakitin dia ya," belaku.

"Bohong, ngaku aja deh. Aku kenal Sana eonnie, dia kalau sayang sama orang gabakal ninggalin gitu aja kalau ga orang itu yang bikin salah,"

Aku mulai tidak terima Dahyun menyudutkanku seperti ini.

"Kalau aku bilang kita putus karena ada sangkut pautnya sama kamu, kamu bakal percaya?" Kurasa Dahyun memang sudah harus tahu tentang ini.

"Ha? Maksudnya gimana,"

"Kita berdua memang pacaran, tapi perasaanku masih ada buat Jihyo, dan dia ju-"

"Kan sialan lo Tzu, gue udah bilang kan. Kalau lu emang masih sayang sama Jihyo harusnya gausah pacaran sama Sana eonnie," Dahyun memotong ucapanku. Nada suaranya juga sudah meninggi, dengan cara dia menggunakan kata "gue" dan "lo" ini sudah menandakan bahwa dia benar-benar emosi.

Aku pun sendiri tidak tahu kenapa dia marah.

"Diem dulu mangkanya sat, bukan cuma gue yang ga ada rasa, dia juga. Dia suka sama lo, dari lama. Sampe sekarang rasa dia ke lo masih ada, dia pergi juga karna pengen move on dari lo," ucapku yang juga dengan nada yang mulai tinggi. Tapi tetap tidak menatap Dahyun, karena posisinya aku sedang menyetir.

"Wah bercanda lo ga lucu Tzu," Dia tak percaya.

"Gue serius, gue gamungkin bercanda soal ini,"

"Kenapa lo gabilang ke gue Tzu, kenapa ga bilang anjing," dia menggoyang goyangkan lengan tanganku yang sedang menyetir.

"Buat apa? Lu udah sama Mina eonnie. Kalau gue bilang lu bakalan jadian sama Sana eonnie? Nggak kan?"

"Mungkin,"

Wah jawabannya sungguh membuatku tercengang. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu.

"Lo bakalan mutusin Mina eonnie gitu aja? Bodoh bangsat," umpatku padanya.

"Gue sempet ada rasa juga sama Sana eonnie," lagi-lagi jawabannya membuatku kehilangan kata-kata.

"Tapi disaat yang bersamaan gue juga sayang sama Mina eonnie," lanjutnya.

"Gila lo ya Hyun, gue kira gue adalah paling brengsek di dunia ini. Tapi ternyata lo jauh lebih brengsek dari yang gue kira. Lo nikung sahabatlu sendiri buat ngedapetin Mina eonnie. Tapi di waktu yang sama lo juga suka sama orang lain? Lo gak berhak nyalahin gue yang udah nyakitin Jihyo. Karena nyatanya lo malah nyakitin tiga orang sekaligus, Mina, Sana, dan Chaeyoung sahabat lo sendiri," balasku yang semakin tersulut emosi karena ucapan dari Dahyun. Sesekali aku juga melihat ke arahnya.

"Jaga omongan lo Tzu, gue gak brengsek. Gak ada salahnya kan nyaman sama dua orang sekaligus? Gue yakin lo juga gitu kan, ya emang lo ga ada rasa sama Sana eonnie tapi lu nyaman sama dia kan?" Dahyun menebak apa yang aku rasakan selama ini.

"Iya, karena itu gue sebut gue brengsek. Sama kayak lo,"

Dahyun adalah tipe orang yang sensitif, gampang tersulut emosi, dan gampang main kasar. Seperti sekarang dia menghantamku dengan kepalan tangannya.

Tidak tahu tempat memang, padahal sekarang kita sedang berada di jalan raya, di mobil yang berjalan juga.

Aku tidak membalas pukulannya, karena memang ini salahku yang sudah memancing emosinya.

Awalnya aku tidak tahu jika Dahyun akan semarah ini padaku.

"Seenggaknya gue gak pernah ngasih harapan ke anak orang Tzu. Gak kayak lo, yang bilang bakal berjuang eh taunya ngilang," sindirnya setelah berhasil memukulku.

"Pengecut tau gak lo?" lanjutnya.

Sama seperti Dahyun, aku juga orang yang gampang emosian. Gampang sensitif juga, kata-kata singkat dari Dahyun cukup membuatku sedikit emosi.

Sekarang kecepatan mobil bertambah. Aku melajukan dengan kecepatan penuh. Ku lihat Dahyun mulai khawatir di sebelahku.

Sebenernya aku ingin memukulnya, tapi aku tak mau membuatnnya sakit sendirian.

"Tzu, so-sorry pelan-pelan aja anjing nyetirnya. Tzu banyak bus loh, awas nabrak," Dahyun sudah mulai memegang pegangan yang ada dibagian atas.

Dan..

BRUAKK!!

Bus besar menabrak mobilku, membuat mobil yang kutumpangi ini bergelinding,

Aku yang tadinya menduduki kursi mobil, sekarang malah tertimpa mobil. Sakit, itu yang kurasakan. Darah, itu yang kini ku lihat.

Dahyun? Mungkin dia tidak apa-apa, aku memeluknya sekarang, berusaha agar tidak membuatnya terkena pecahan mobil.

Hanya saja, nyeri yang aku rasakan dari dalam tubuhku. Sebelum tertabrak tadi, aku berusaha untuk melindungi Dahyun, tapi tidak sengaja perutku mengenai setir mobil dengan sangat keras. Rasa sakit dari ulahku sendiri kini tercipta.

Aku tidak kuat, ini salahku karena sudah nekat. Tapi sungguh aku melakukan ini karena emosi.

Aku dengan setia memeluk tubuh sahabat kecilku ini, berharap semoga dia baik baik saja.

Maafkan aku Hyun.

Hai! Apa kalian masih setia? Kalau masih bagus lah.

Awalnya alurnya ga gini, tapi gatau kenapa emang harus kayak gini. Eh paham gasi? Ya itu lah intinya.

Part ini lebih pendek dari biasanya kan ya? Maaf, soalnya bingung harus dibikin kyk gimana wkwk.

Udahlah, silahkan vote ya.












Masa Lalu ( JITZU ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang