22. Pernikahan

744 79 31
                                    

Seminggu yang lalu, mungkin hari yang cukup baik untukku. Hari dimana aku pergi menghabiskan waktu dengan Jihyo. Kita berdua bermain bersama, bersenang-senang bersama, dan saling berbagi senyuman. Kita seperti sepasang kekasih saat itu. Aku sangat senang saat itu, bisa melakukan hal yang selama ini aku rindukan, tanpa memikirkan bahwa kita sama-sama memiliki pacar.

Hari itu aku benar-benar merasa bahagia, ya walaupun tak berlangsung lama. Aku mendapatkan telfon dari Sana eonnie. Dia menghubungiku dengan suara yang sangat lemah, dan ternyata dia sedang deman. Sebagai pacar aku merasa khawatir, aku langsung pergi ke rumahnya.

Satu kesalahanku pada saat itu adalah mengizinkan Jihyo untuk ikut bersamaku ke rumah Sana eonnie. Bagaimana bisa aku mengajak mantanku untuk pergi ke rumah pacar baruku.

Saat itu, setelah Sana eonnie sudah tertidur dan sudah kupastikan demamnya sudah turun, aku langsung menuju sofa yang diduduki Jihyo. Dia melihatku dengan tatapan yang sulit ku artikan, matanya bengkak dan ada bekas air mata disana. Apa dia menangis? Dan ya kurasa dia menangis.

Bukan sok tahu, tapi aku rasa aku memang mengerti alasan dia menangis. Alasannya adalah karena dia melihat caraku memperlakukan Sana eonnie sama dengan caraku memperlakukan Jihyo dulu. Aku memeluk Sana eonnie, menciumnya, memperhatikannya, sama seperti yang dulu aku lakukan pada Jihyo.

Dulu aku pernah janji pada Jihyo bahwa tak akan ada orang lain lagi yang akan kuperlakukan sama sepertinya. Namun sekarang seperti nya aku mengingkarinya. Tapi aku juga tidak terlalu merasa bahwa aku mengingkarinya, karena aku saat mengatakan janji itu posisinya Jihyo masih menjadi pacarku, dan sekarang aku dan Jihyo tidak ada hubungan apa-apa lagi.

Waktu mengantarkannya pulang juga kita hanya saling diam, hening, sunyi, itu yang kita rasakan. Aku juga tidak menanyakan apa-apa pada Jihyo. Bukannya aku tidak peka, hanya saja aku tidak mau Jihyo merasa tidak nyaman karena aku menginterogasinya. Dia hanya mengatakan satu kata sebelum akhirnya dia memaduki rumahnya, yaitu "Terimakasih". Matanya masih sangat kelihatan jika dia habis menangis. Dan itu membuat aku kecewa pada diriku sendiri, aku lagi-lagi membutanya menangis.

Setelah seminggu lalu juga aku tak pernah kembali bertemu dengannya, berkomunikasi lewat telpon saja tidak pernah. Oh pernah sekali, beberapa hari yang lalu, aku menghubunginya karena ingin mengucapkan terimakasih. Karena atas bantuannya, akhirnya Dahyun dan Mina eonnie kembali bersama lagi, mereka balikan.

Aku turut senang saat Dahyun bercerita padaku beberapa hari yang lalu mengenai hubungannya dengan Mina eonnie. Tapi ada masa dimana aku iri dengan mereka berdua, mereka berdua bisa kembali bersama dengan orang yang mereka sayang,  berbeda denganku yang sangat pengecut ini. Sebenarnya bukan pengecut sih, cuman sadar diri saja, sainganku adalah seorang laki-laki. Dibandingkan dengannya, aku sudah kalah jauh.

Tapi aku juga sedang berusaha untuk menerima keadaan, apalagi sekarang aku sudah memiliki pacar. Aku dan Sana eonnie semakin dekat saat ini, setelah suhu badannya kembali normal, kita sering bersama. Dahyun juga sudah kembali kerja, jadi Sana eonnie tidak lagi sibuk, kini dia memiliki waktu untuk bertemu denganku.
Aku cukup senang memiliki dia sebagai pacarku.

"Tzuyu-aa sudah siap?" teriak Sana eonnie dari luar kamarku.

"Ya, tunggu sebentar," aku menjawabnya dengan teriakan juga.

"Cepatlah, acaranya akan segera dimulai," lanjutnya dengan masih berteriak.

Ya, aku sekarang sedang siap-siap untuk pergi ke pernikahan Nayeon eonnie dan Jeongyeon eonnie. Mereka melangsungkan pernikahan hari ini. Dan tentunya hanya orang-orang terdekat saja yang diundang, dan aku pun termasuk. Aku mengajak Sana eonnie untuk menemaniku kesana, dan dia mau-mau saja.

Masa Lalu ( JITZU ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang