~~~~~HOME~~~~~Seungkwan meminta Hansol untuk duduk di sofa. Diambilnya kotak P3K di dalam nakas. Sudut bibirnya terangkat mendapati pemuda tampan itu wajahnya kini tak lagi tampan.
Berantakan.
Lebam, sudut bibir berdarah, mata sembab.
Diobatinya luka di sudut bibir Hansol menggunakan obat merah.
"Sshh..."
Ringisan itu membuat Seungkwan menghentikan gerakannya. "Ulah siapa ini?"
"Papa, Kak Junhui, Ayahmu, dan Bundamu." Hansol menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Seungkwan barang seinchi saja.
"Pasti sakit sekali."
"Tidak semengerikan rasa sakit yang kuberikan padamu."
"Ini sama sekali tidak sakit." Seungkwan menatap ke dalam manik kelam Hansol. "Aku bahagia. Tidak pernah sebahagia ini sebelumnya."
Seungkwan tidak berdusta. Ia memang bahagia. Walaupun sempat berpikir untuk menggugurkan janin dalam rahimnya, kini tidak ada rasa selain sayang dan cinta yang semakin hari semakin bertumbuh bersamaan dengan jabang bayi yang akan lahir dalam kurun waktu 3 bulan ke depan.
"Bagaimana kondisinya?" Hansol mengusap perut Seungkwan, "Dia sehat, kan?"
"Tentu saja. Dia amat sangat sehat."
Hansol mengangguk. Jujur, ia tidak mengerti perasaan macam apa yang kini ia rasakan. Hangat, berbunga-bunga, dan rasanya lebih indah daripada ketika dulu mengetahui bahwa cintanya untuk Seungkwan tak bertepuk sebelah tangan.
Rasa haru yang membuatnya tak mengerti harus menangis ataukah tersenyum.
"Maaf, aku membuatmu menunggu terlalu lama. Maaf aku tidak bisa menemani masa sulitmu sebelumnya. Maaf aku..."
Hansol tak kuasa melanjutkan ucapannya. Ia pernah bersumpah akan menjadi lelaki kuat yang tak mudah menangis.
Tetapi kini, dengan mudahnya airmatanya menetes. Akibat penyesalan begitu dalam. Kepada anaknya, dan juga ibu dari anaknya.
"Maafkan aku,"lanjutnya.
Hansol tahu, bahkan beribu maaf pun tidak akan bisa menebus sakit yang ia berikan untuk Seungkwan. Setidaknya ia harap, permohonan maafnya dapat mengaburkan luka yang toreh.
Menggantinya dengan hidup bahagia sebagai bentuk pertanggung jawaban terbaik yang dapat Hansol berikan.
"Tidak apa-apa." Seungkwan memeluknya. Membiarkan Hansol menumpahkan segala emosi di bahunya. "Ini kesalahan kita bersama."
Kyuhyun benar ketika mengatakan tak ada gunanya menyesali perbuatan yang telah lalu. Mereka harus menghadapi kenyataan yang ada. Belajar dari kesalahan, melakukan yang lebih baik di masa depan.
Itu adalah penebusan dosa terbaik yang bisa keduanya lakukan.
~~~~~HOME~~~~~
Perseteruan antar saudara yang berujung ke meja hijau tak pernah berakhir baik. Hampir 4 bulan berjalan dan hakim pengadilan belum memutuskan apapun terkait gugatan yang Taeyong ajukan.Jisoo sudah membujuk Seokmin untuk mundur. Akan lebih baik jika mereka mengalah daripada maju terus tetapi ikatan persaudaraan harus dikorbankan.
Karena Jisoo tidak pernah diajari melawan saudara sampai seperti itu.
Tetapi Seokmin, dia tumbuh dengan cara yang berbeda. Hak miliknya jika diklaim dengan cara yang salah oleh orang lain, maka ia harus berjuang untuk mendapatkan haknya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home || SVT feat Super Generation «COMPLETE»
Fanfiction"Sejauh apapun kakimu melangkah pergi, keluarga akan selalu ada untuk menjadi tempatmu pulang." - Choi's Kisah empat anak Choi Siwon dan Choi Sooyoung yang memperjuangkan cinta masing-masing dengan cara berbeda. Tentang kuatnya ikatan keluarga, tipi...