2.5 | Home

2.8K 309 106
                                    


~~~~~HOME~~~~~

Jeonghan itu lemah secara fisik. Tubuhnya mudah lelah ketika melakukan aktivitas berat. Stamina dan kesehatannya memang berada dibawah batas wajar orang dewasa normal.

Untuk sebab itulah Jungsoo meminta Jeonghan tinggal bersamanya selama masa kehamilan. Agar ada yang mengawasi, karena di Busan jika ditinggal Seungcheol bekerja, Jeonghan akan sendirian.

Itu cukup berbahaya dan Jungsoo tidak ingin mengambil resiko untuk apapun yang mengancam keselamatan anaknya.

Agak berlebihan memang, tetapi Seungcheol berusaha memaklumi. Mengingat Jungsoo mungkin memiliki trauma karna istrinya meninggal tepat setelah melahirkan Jeonghan.

Jungsoo tidak ingin hal yang sama terjadi pada putrinya.

"PAMAN JUNGSOO! KAKAK DIAM-DIAM MEMANJ-AW!"

Teriakan Seungkwan berubah menjadi ringisan ketika Jeonghan seenak jidat mencubit lengannya. Ia dihadiahi tatapan sengit dari sang kakak ipar.

"Apalagi ini?"

Jungsoo datang menghampiri Jeonghan dan Seungkwan yang berada di daun pintu kamar Jeonghan. Ia menatap jengah keduanya yang semakin tidak akur semenjak dinyatakan positif hamil.

Seperti kucing dan anjing.

"Lihat itu, Paman. Anakmu yang nakal ini mencoba menaiki kursi. Jika tidak ku pergoki, entah apa yang terjadi padanya,"adu Seungkwan, nadanya terlalu berlebihan hingga membuat Jeonghan ingin sekali menjitak keningnya.

Jeonghan menatap Jungsoo dengan pandangan memelas. "Hanya ingin mengambil pakaian di rak paling atas, Pa. Aku tidak sampai."

"Well, itu tidak bisa dijadikan alasan,"kata Jungsoo.

"Papa aku tidak sakit keras hingga harus dilarang ini dan itu. Lagipula-"

Tak

Jeonghan menggeplak kepala adik iparnya itu. Berlebihan sekali, padahal yang hamil tua Seungkwan, tetapi yang lebih dikhawatirkan justru Jeonghan.

Bahkan Seungkwan sudah seperti ibu-ibu, mengomelinya setiap kali ia bergerak. Memangnya Jeonghan patung yang harus diam saja.

"-dia terlalu berlebihan,"lanjutnya.

Terlalu dramatisir. Itulah Seungkwan.

"Lagipula kenapa Papa harus memungut bocah Jeju nyasar ini kemari? Bikin ribut saja."

Manik Seungkwan membola mendengar ucapan Jeonghan. Apa katanya barusan, bocah Jeju nyasar?

"Astaga, kakak ipar kau jahat sekali. Beruntung aku baik hati dan tidak sombong," Seungkwan tersenyum mengejek, "Tenang saja aku tidak akan tersinggung."

Jeonghan naik pitam. Ia hampir menjambak surai Seungkwan kalau saja Jungsoo segera berdiri diantara keduanya.

"Oke, oke cukup ibu hamil. Berhentilah berdebat, itu tidak baik untuk kesehatan bayi kalian." Jungsoo menoyor kening Jeonghan dan Seungkwan menggunakan telunjuknya.

Selama beberapa minggu belakangan Seungkwan memang tinggal di mansion Park. Atas permintaan Jungsoo tentu saja. Karna Hansol masih bolak-balik Seoul-Busan, sama seperti Seungcheol.

Jadi daripada Seungkwan kesepian di apartemen, Jungsoo mengajaknya menginap. Niatnya agar Jeonghan dan Seungkwan bisa saling berbagi masalah kandungan satu sama lain dan saling menemani.

Jungsoo mana tahu kalau mereka berdua malah bertengkar setiap hari. Membuat kepalanya pening luar biasa.

"Papa, aku tidak sakit keras hingga harus berbaring seharian full di ranjang. Aku juga tidak lumpuh. Jangan khawatir, Pa, aku paham batasanku."

Home || SVT feat Super Generation «COMPLETE»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang