~~~~~HOME~~~~~
Taeyong dan Seokmin di sidang. Bukan oleh hakim pengadilan, melainkan hakim yang lebih mengerikan dan tak kenal ampun. Lebih mirip algojo yang siap mengeksekusi tahanan terpidana mati.
"Kalian ya, sudah dewasa bukannya membahagiakan orang tua malah bikin pusing saja. Bagus memangnya bertengkar sampai saling menuntut ke pengadilan?!"
Tamat sudah. Lee bersaudara tak bisa berkata-kata. Keduanya duduk berdampingan di sofa, dipaksa dulu tentu saja, menatap lurus ke depan dengan wajah datar dan tangan bersedekap. Masih bersikeras dengan ego masing-masing.
"Papa kalian itu kerja keras supaya hidup kalian nyaman. Harusnya dimanfaatkan baik-baik bukannya malah dijadikan barang rebutan begini."
Nyonya besar berdiri berkacak pinggang menatap penuh amarah pada kedua putranya, yang otak dan akal sehatnya entah hilang kemana.
"Kasihan sekali dia, sudahnya mati muda punya anak kurang ajar seperti kalian pula."
Lee Hyukjae dan Kim Hyoyeon. Tuan dan Nyonya besar Lee yang berprofesi sebagai pebisnis dan pemilik akademi dansa terbaik di Korea Selatan.
Keduanya menikah di usia muda dan memiliki dua orang putra, Lee Taeyong dan Lee Seokmin. Mereka bukan berasal dari keluarga yang berada. Segala kekayaan yang Taeyong dan Seokmin nikmati saat ini murni hasil kerja keras Hyukjae dari titik nol.
Hyoyeon tidak habis pikir, bagaimana mungkin anak-anaknya bertengkar memperebutkan harta warisan. Sia-sia saja Hyukjae bekerja keras sampai terkena serangan jantung yang menjadi penyebab kematiannya.
"Kalian juga!"
Hyoyeon beralih pada kedua menantunya yang berjengit terkejut mendengarnya.
"Jika suami bertengkar harusnya kalian pikirkan bagaimana caranya agar mereka berbaikan, bukannya ikut-ikutan saling mendiamkan!"
Jika di keluarga Choi salah satu sedih maka yang lain ikut sedih, maka di keluarga Lee satu melakukan kesalahan yang lain pasti juga ikut kena marah.
"Kalian!"
Kini Hyoyeon beralih pada cucu-cucunya.
"Kalau sudah dewasa tidak boleh mengikuti dua orang ini,"ujarnya menunjuk Taeyong dan Seokmin.
Seokmin menunjuk wajahnya sendiri, "Orang ini?"
Padahal Hyoyeon bisa menggunakan kata 'orang tua kalian', tetapi dengan kejam memilih kata 'orang ini'. Mamanya memang kejam tiada tandingan.
"Mereka ini contoh yang buruk. Oma ingin kalian bertiga harus selalu rukun. Minhyung tidak boleh egois, Chan dan Jeno juga tidak boleh seenaknya dengan kakak,"lanjut Hyoyeon.
"Jeno masih bayi, Ma. Tidak paham,"celetuk Taeyong malas.
"Diam!"bentak Hyoyeon.
Minhyung dan Chan terkekeh geli melihat ayah mereka dimarahi habis-habisan. Kemarin saja saat bertengkar seperti singa sang raja hutan. Sekarang malah ketakutan luar biasa.
Hyoyeon menghela napas berat, ia duduk di sofa single sembari menggelengkan kepala.
"Coba kalian lihat Choi bersaudara itu. Mana ada yang bertengkar seperti kalian. Padahal mereka berempat, Mama lihat akur-akur saja. Kalian cuma berdua sudah banyak tingkah."
Yongheum dan Jisoo diam-diam melakukan tos dari balik punggung. Puas melihat Hyoyeon memberi siraman rohani pada suami mereka.
"Jadi, apa alasanmu melakukan itu?" Hyoyeon bertanya dengan nada yang lebih tenang namun serius pada putra sulungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home || SVT feat Super Generation «COMPLETE»
Fanfiction"Sejauh apapun kakimu melangkah pergi, keluarga akan selalu ada untuk menjadi tempatmu pulang." - Choi's Kisah empat anak Choi Siwon dan Choi Sooyoung yang memperjuangkan cinta masing-masing dengan cara berbeda. Tentang kuatnya ikatan keluarga, tipi...