Jangan lupa untuk ⭐ nya
Jangan lupa untuk 💌 nya
.
.
."karna nama nama jodoh sudah dituliskan oleh tuhan. Hanya semesta yang tinggal menjalankan nya. Dan hanya menunggu waktu yang tepat"
🌹UAK🌹
Malam semakin larut, tapi kini Rahman dan juga Nafisah tak kunjung datang untuk menjemput Haura di pesantren. Haura yang kaku dengan ke adaan sekitar, mencoba untuk tenang. Lihat saja dia sedang duduk berhadapan dengan dosen dingin dan orang paling banyak fans nya se-antreo kampus.
Kalau saja Zahra yang berada disini, bisa dipastikan dia tidak ingin pulang.
Haura yang masih berbincang dengan Tabina, lama lama akan membuat dirinya juga bosan.
"Haura, tadi bunda nelpon umi... Handphone nya tertinggal ya di jok mobil?" Tanya umi Najwa sambil duduk disamping Naufal.
Haura lantas mencari cari kedalam tas kecil nya itu, ternyata benar. Benda berbentuk persegi panjang itu tidak ada di tas nya.
"Astagfirullah Iya umi Haura lupa. Oh ya? Terus gimana umi? Bunda kapan jemput Haura?, sudah malam juga Haura tidak enak dengan umi yang harus istirahat." jelas Haura.
Umi Najwa tersenyum "engga sayang.. bunda sama papah lagi dijalan mau jemput, tapi macet. Haura bosen ya? Keliling gih di temani Tabina." ucap umi Najwa.
"Sudah jam sembilan lewat umi, memang boleh?" Tanya Haura ragu. Ah jujur, Haura ingin sekali melihat lihat pesantren yang ada disini, sepertinya Haura salah waktu untuk datang kesini.
"Boleh sayang, santri Wati masih ada yang hafalan di belakang.. karna besok tidak ada kegiatan apapun, jadi umi beri kelonggaran untuk jam waktu tidur." Jelas umi Najwa.
"Maaf ya Mba Hau, umi.. Tabina harus kirim tugas hari ini jadi ga bisa temenin Mba Hau." jelas Tabina.
Setelah mendengar itu, jantung Haura semakin berdebar. Jangan bilang ia akan berkeliling malam berdua dengan dosen dingin ini????!!!! Astagaa, cuaca diluar sudah dingin, gimana ditambah bersama dosen ini? Jadi plus plus plus dingin nya.
"Hmm.. ga usah umi Haura disini saja tunggu bunda." ucap Haura sambil tersenyum canggung.
"Kamu bosen pasti, Tabina mau pulang.. umi harus temani Abi di ruangan nya. Ohh gini aja, kamu ikut dengan Naufal mengontrol di asrama putra." jelas umi Najwa. Kan benar! Ia akan berdua dengan dosen dingin ini.
"Gimana Naufal?" lanjut umi bertanya.
"Hanya berdua umi?" Tanya naufal.
"Iya mas, emang sama siapa lagi? Umi percaya, asal kamu jaga batasan." jelas umi Najwa.
"Tapi ini di tempat putra umi." Jelas Naufal.
"Tidak usah umi, ga apa apa."
"Yasudah Haura mau disini sendiri?"
"Tapi kan asrama putra umi." Lagi lagi Naufal mengelak nya.
"Yasudah kamu ajak ke perpus, siapa tau Haura tertarik dengan buku buku nya. Ada beberapa santri wati juga disana. Jadi tidak hanya mas dan Haura." Final nya umi Najwa.
🌹🌹🌹
HAURA POV.
Ditempat ini. Di tempat pertama aku jatuh hati dengan sikap dingin nya. Allah, kenapa perasaan ini hadir disaat saat seperti ini? Entah ini perasaan kagum atau apa, yang jelas aku merasa berdebar hebat bila ada disampingnya.
Merasa nyaman, merasa tenang hati bila ada di dekatnya.
Aku dan dosen dingin itu, ah tidak sepertinya tidak sopan bila aku terus terusan menyebut nya dengan sebutan itu. Dia punya nama bukan? Pak Naufal. Iya. Si dosen dingin. Astagaaaa Haura.
"Kamu kalau capek dan ngantuk bilang saja." ucap nya dengan nada datar.
"Tidak usah ngerundal seperti itu" lanjutnya.
"Haura tidak capek, apa lagi ngantuk." balas ku. Aku hanya tidak suka, ketika melewati asrama putri... Banyak sekali pasang mata yang menyorot ku dengan tajam. Apa mereka tidak suka melihat diriku secantik ini? Hmm?? Atau mereka iri dengan ku? Karna bisa jalan berdampingan dengan seorang Gus ganteng di pesantren ini?
Tunggu! Apa tadi? Gus??! Astaga aku baru sadar, ternyata pak Naufal disini dipanggil Gus oleh santri-santri lain nya. Seperti permen saja. Sugus.
"Dasar dosen dingin, aku seperti jalan sendiri, yang cuma ditemani oleh roh nya!" Gumam Haura.
"Saya dengar, lebih baik Ngomong langsung dari pada mengumpat seperti itu. Dosa." ucap nya.
"Dosen dingin!" Ucap ku. Aku langsung menutup mulut ku. Astagfirullah, apa yang tadi aku ucapkan padanya.
🌹🌹🌹
Naufal yang sibuk dengan buku besar nya, terus membolak balikan kertas putih yang banyak tulisan nya. Sedangkan Haura dia hanya duduk manis melihat ruangan serba putih yang banyak sekali tumpukan tumpukan buku.
Beberapa santri wati bersender di antara rak Rak buku untuk membaca buku, ada juga yang hanya menutupi wajah nya dengan buku karna malu ada Gus Naufal di ruangan ini.
Sesekali Haura berjalan melihat lihat buku yang bertulisan bahasa Arab. Gini gini.. Haura cukup pintar dengan bahasa Arab.
"Pak, Haura bosen balik aja deh pak." rayu Haura.
Naufal tidak menghiraukan ucapan Haura, dia lebih memilih melanjutkan menulis di buku besar itu. "Ya Allah, ganteng ganteng tuli kali ya." gumam Haura.
Pena yang berada di tangan Naufal tiba tiba saja berhenti "kamu memuji saya?" Tanya Naufal.
Haura terkejut mendengar suara berat itu. Astaga ternyata dia masih bisa dengar. Haura hanya menghela nafasnya, sebenarnya bukan nya bosan untuk ada disini... Tapi kalo lama lama disini dan hanya berdua dalam satu meja, tidak sehat untuk jantung Haura.
"Oh ya, boleh saya bertanya?" Ucap Naufal yang langsung melihat ke arah Haura. Tidak! Tidak ke mata nya, tapi ke arah lain.
Haura hanya mengangguk, tumben sekali dosen dingin ini.
"Kamu kembar dengan anak fakultas ilmu Tarbiyah semester 8?" Tanya Naufal dengan sangat hati hati.
"Iya." Jawab Haura dengan arah mata ke jendela. Naufal mengangguk-angguk, dirinya melanjutkan menulis lagi dibuku besar itu.
"Sedikit lagi saya selesai, umi juga belum nelpon dan belum beri kabar kalau orangtua mu sudah datang."
Haura hanya mengangguk. Aah jika saja Haura memiliki jurus menghilang, akan segera haura gunakan jurus itu sekarang juga. Emang dikira ga bosen apa ya, cuma diem aja melihat dosen dingin yang sibuk sendiri.
Tunggu! Bukan nya Haura sudah berkata tidak akan memanggil nya dosen dingin lagi?
Sorry for typo 😉
Jangan lupa ⭐
Jangan lupa 💌Salam hangat
Affaf 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
SpiritualROMANCE - SPIRITUAL FOLLOW dulu SEBELUM MEMBACA ❤️ 🌸Slow update 🌸 Aku yang harus berusaha untuk mendapatkan cinta kamu seutuhnya. Aku yang rela menahan sesak setiap kali merasakan dingin nya kamu ke aku. Aku yang setiap malam menangis dalam dia...