🌹PART TIGA PULUH 🌹

5.2K 339 57
                                    

"Do'a ku masih sama. Semoga hatimu cepat menerima keberadaan ku disini. Semesta, jangan biarkan usahaku patah di tengah dengan begitu saja."

🌹UAK🌹




Haura merasa dirinya sangat lelah setelah belajar masak tadi. Senyuman manis terus terpancar dari wajah nya saat ini, setidaknya dengan ia belajar masak bisa menambah usahanya untuk meluluhkan hati sang suami.

Haura mulai melangkahkan kakinya menuju lantai atas, ingin bersih-bersih. Ia merasa tubuh nya sudah lengket penuh dengan keringat dan kuman.

Baru saja ia menepakan kaki nya di anak tangga,

"Haura!"

Haura yang hendak menaiki tangga menoleh kembali ke belakang.

"Iya pak?"

Naufal sedikit maju untuk menjajarkan tubuh nya dengan tubuh sang istri.

"Tadii.. bunda ada tanya sesuatu?"

Haura mengerutkan keningnya.

"Maksudnya, bunda menanyakan soal rumah tangga kita?"

Haura menggeleng. "Tidak." Jawab nya singkat.

Terlihat Naufal bernafas lega, Setidaknya hatinya sudah mulai plong. Mulai dari rapat di kampus tadi ia memikirkan takut Haura keceplosan tentang mereka berdua, karna istrinya ini sangat cerewet bila sudah bertemu dengan sang bunda.

"Tapii.." ucap Haura menggantung.

Wajah Naufal terlihat kembali tegang, ia takut mendengar apa ucapan yang akan dilontarkan gadis ini.

Omong-omong tentang sebutan gadis untuk Haura, karna Haura belum bahkan tidak pernah sama sekali melakukan seperti apa yang biasanya dilakukan sepasang suami istri. Apakah masih bisa disebut Gadis?

"Tadi Ka Naura hanya bertanya, Ka Nau bilang..."

"Apa?" Naufal tidak sabar untuk mendengar nya.

Haura menundukkan kepalanya.  "Haura bahagia tidak dengan bapak."

"Lalu jawaban mu?"

Haura diam sebentar.

"Bahagia karna pak Naufal sangat baik pada Haura."

Lagi lagi hembusan nafas Naufal terdengar. Ia tersenyum malu tidak enak kepada Haura, pasalnya ia tidak baik untuk Haura.

"Terimakasih. Dan maaf atas semua ini, maaf saya belum bisa me--"

"Haura paham. Haura pamit ke kamar." Tidak ingin Haura mendengar kalimat selanjutnya. Sangat sakit bila ia terus terusan mendengarnya.

Wajah yang tadi bahagia dan penuh senyuman kini berubah menjadi sendu.

Sesampainya di kamar, Air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya tumpah dengan cepat. Ia terus memukul dadanya karna sesak yang ia dapatkan.

"Ya Allah, sakittt ya Rab. Aku tau pernikahan tentang ku dan dia hanya sebatas pengganti belas kasih, hanya aku yang mencintai nya. Ya Allah, hanya engkau yang maha membolak-balikkan hati seorang hamba-nya. Ya Allah hanya engkau yang maha pengasih."

"Ya Allah, tolong kuatkan hati ini untuk terus berusaha mendapatkan hati nya ya Allah. Jangan akhiri pernikahan ini dengan yang tidak baik ya Rabb."

"Aku berharap engkau tidak lelah dengan segala keluhan hamba-mu yang berdosa ini, Yang selalu meminta padamu ya Rabb. حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ."

Takdir Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang