🌹PART LIMA PULUH SATU🌹

4K 370 67
                                    

Siapa yang udah nungguin?!
Coba angkat tangan nya ☝️☝️

Jangan lupa bintang di bawah bestieee🖤





Haura sudah empat hari di ruang ICU namun kondisinya belum ada peningkatan, selama empat hari pula dirinya belum sadar. Naufal selalu setia untuk menemani sang istri, bercerita setiap hari nya, walaupun tidak ada respon apa apa dari Haura.

Sekarang Naufal sedang bersimpuh di hadapan sang Khaliq, lima belas menit sudah tangan nya mengadah. Meminta keajaiban untuk sang istri yang sedang terbaring tak berdaya saat ini.

Bahunya bergetar hebat, Abi Adam melihatnya. Hampir dua puluh enam tahun dirinya tidak melihat Naufal menangis sampai seperti ini. Ia mendekat, memegang bahu yang bergetar itu.

"Tidak ingin menemui istri mu?"

Naufal yang kaget lantas mendongak, ia usap sudut matanya yang berair.

"Bi.. Naufal tidak tega melihat kondisi istri Naufal, Bi."

Naufal tidak lagi bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Bukan hanya kamu Naufal, semua. Semua orang juga prihatin dengan kondisi Haura saat ini. Kita hanya terus berdoa dan meminta yang terbaik dari Allah, Abi juga akan mengadakan pengajian untuk kesembuhan Haura di pondok. Semoga doa doa dari kami tersampaikan."

"Aamiin... Terimakasih, Bi.."

"Sekarang kamu kembali temani Haura, disana ada Naura dan juga umi. Mertuamu nanti menyusul."

"Yasudah Naufal duluan ya Bi, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Di pertengahan jalan, ia berpapasan dengan Naura. Naura menyapa keberadaan Naufal di dekatnya. Jujur, lagi lagi perasaannya tidak berbohong.

Rasa itu masih ada.

"Saya fikir Bapak pulang." Basa basi Naura.

"Tidak mungkin saya meninggalkan istri saya."

Degh!

Perih mendengar jawaban Naufal.

"Di ruangan ada umi, Bapak tidak mau makan dulu? Dari tadi saya tidak melihat bapak makan."

"Biar saya susul Kesana."

Naufal berjalan meninggalkan Naura yang masih terpaku di tempatnya.

"Sedingin itu sekarang kamu sama sama, aku?" Lirih nya.

"Ra, ternyata sesulit ini. Sampai saat ini sulit untuk mengikhlaskan, dengan cara apalagi aku harus melupakan?" Tanya Naura pada dirinya sebelum ikut pergi meninggalkan tempat itu.

Dari kaca berukuran besar berbentuk persegi, Naufal melihat jelas umi Najwa sedang memandangi Haura dengan mata yang sendu. Ia menduduki dirinya di kursi panjang yang berada disitu.

Kepala nya sangat sakit, mungkin juga efek Naufal tidak makan dari semalaman. Apalagi ia juga harus bolak balik kampus untuk pekerjaan nya.

"Nih buat ganjal perut." Sebuah kantong plastik putih terulur di hadapannya.

Naufal yang menunduk kini mengangkat kepalanya, dan melihat siapa itu.

"Ini ambil."

"Tidak usah repot-repot Naura, saya bisa pergi beli sendiri jika saya mau." Tolak Naufal.

Terlihat kekecewaan di wajah Naura, ia ikut duduk disamping Naufal dan hanya longkap satu bangku.

"Padahal aku sengaja beliin hehe, tapi ga papa." Ucap Naura sedikit nada yang kecewa.

Takdir Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang